Indonesia Mengatakan akan Gelar Latihan Patroli Darat Bersama Malaysia, Filipina

Juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan ketiga matra TNI akan dilibatkan dalam latihan bersama itu.
Ismira Lutfia Tisnadibrata
2018.06.08
Jakarta
180608_ID_Trilateral_620.jpg Dari kiri: Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, Menhan Malaysia Hishamuddin Hussein, dan Menhan Filipina Delfin Negrillo Lorenzana berfoto sebelum peluncuran patroli udara bersama ketiga negara di Subang, Selangor, Malaysia, 12 Oktober 2017.
Reuters

Diperbarui pada Senin, 11 Juni 2018, 21:00 WIB

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Indonesia, Malaysia, dan Filipina akan mengadakan latihan patroli darat bersama dalam upaya menangkal penyebaran militan di kawasan antara ketiga negara.

Hal ini dikatakannya di kantor Kementerian Pertahanan, Jumat, 8 Juni 2018 usai melepas rombongan mudik bersama Kementerian Pertahanan.

“Saya yang rencanakan. Pelaksanaanya sesudah Lebaran,” ujarnya, tanpa memberikan detil lebih lanjut, hanya mengatakan bahwa pelatihan patroli darat tersebut akan diadakan di Kalimantan. Perwakilan dari Malaysia dan Filipina belum bisa dihubungi segera untuk konfirmasi.

Sebelumnya dalam pidatonya pada konferensi keamanan regional - Shangrila Dialogue di Singapura minggu lalu, Ryamizard juga telah mengungkapkan rencananya tersebut. “Kami akan meningkatkan kerjasama yang ada dengan mengadakan patroli darat bersama,” ujarnya saat itu.

Menurut Ryamizard, Malaysia dan Filipina sudah setuju dengan usulannya tersebut dan rencana latihan patroli darat gabungan adalah pengembangan dari kerjasama trilateral ketiga negara.

“(Patroli) maritim sudah, udara juga sudah walaupun lebih banyak pakai drone, tapi sama saja. Di darat belum, padahal (latihan gabungan) darat sangat menentukan,” ujar Ryamizard.

Kerjasama darat ini adalah pengembangan dari patroli bersama maritim dan udara ketiga negara di sekitar Laut Sulu dan Laut Sulawesi yang terletak di antara Malaysia, Filipina dan Indonesia.

Patroli maritim trilateral diluncurkan di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 19 Juni 2017 dan patroli udara diluncurkan di pangkalan udara Subang, Malaysia, 12 Oktober 2017.

Patroli maritim awalnya dibentuk sebagai respons atas pembajakan kapal komersil dan penculikan awak kapal yang terjadi beberapa kali pada awal 2016, yang dilakukan oleh militan-militan terkait Abu Sayyaf Group (ASG), kelompok berbasis di Filipina Selatan yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Patroli bersama itu menjadi semakin signifikan setelah dikuasainya Marawi, di Filipina Selatan oleh kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS selama beberapa bulan pada 2017 sampai akhirnya mereka berhasil dilumpuhkan militer Filipina.

“Kita lokalisir (agar) jangan kemana-mana,” kata Ryamizard, sambil menambahkan bahwa sebelumnya sudah ada pergerakan lintas batas yang dilakukan anggota kelompok militan yang berhasil melakukan pemboman.

“Sekarang (mereka) sudah ada dari Sabang sampai Merauke. Tidak boleh lagi, kita akan ciutkan mereka,” tambahnya.

Ryamizard tidak menjelaskan lebih rinci latihan patroli darat yang akan dilakukan apa saja, tapi mengatakan kekuatan militer ketiga negara yang terlibat akan menyesuaikan langkah dengan pergerakan kelompok militan dan terorisme di kawasan tersebut.

Sebelumnya harian The Jakarta Post melaporkan dalam pertemuan bilateral dengan rekannya Menteri Pertahanan Malaysia Mohammad Sabu, di sela-sela Shangrila Dialogue, Ryamizard menyebutkan bahwa latihan tersebut akan difokuskan pada perang melawan pasukan gerilya, perang di perkotaan dan bagaimana melumpuhkan penembak jitu.

Libatkan pasukan elit

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Totok Sugiharto mengatakan kepada BeritaBenar bahwa nantinya yang akan terlibat dalam latihan ini adalah pasukan-pasukan elit dari ketiga matra Tentara Nasional Indonesia (TNI).

“Ini juga lanjutan dari kerjasama berbagi informasi inteligen ‘Our Eyes’ yang diluncurkan sebelumnya,” ujarnya, merujuk pada kerjasama sub regional dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand yang diluncurkan awal tahun ini.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan latihan gabungan patroli darat menjadi perlu karena Indonesia, Malaysia dan Filipina masing-masing menghadapi kelompok militan yang mempunya karakteristik yang kurang lebih sama.

“Jadi perlu ada peningkatan dan penyetaraan kemampuan untuk melumpuhkan kelompok-kelompok tersebut. Menghadapi mereka adalah problem yang sudah ada lama di masing-masing negara,” ujar Fahmi kepada BeritaBenar.

Namun untuk kerjasama latihan patroli darat dengan Filipina bisa dilakukan dengan cara berbagi informasi dan penyamaan prosedur karena Indonesia dan Filipina tak memiliki perbatasan darat.

“Melakukan latihan gabungan di darat di negara yang berbeda perlu untuk pengenalan medan dan budaya setempat serta memahami karakteristik masing-masing kelompok pemberontak, sehingga nantinya bisa mengenali jenis serangan dan kelompok mana yang melakukan serangan bila ada serangan yang terjadi,” tambahnya.

Dalam versi yang diperbarui ini, kata "latihan" ditambahkan dalam judul untuk akurasi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.