Umat Katolik Asia-Pasifik antusias sambut kunjungan Paus

Paus Fransiskus akan mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor-Leste.
Ahmad Syamsudin dan Tria Dianti
2024.08.30
Jakarta
Umat Katolik Asia-Pasifik antusias sambut kunjungan Paus Paus Fransiskus melambaikan tangan setelah memberikan khotbah mingguannya di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, 28 Agustus 2024.
Andrew Medichini/AP

Komunitas Katolik di Indonesia, Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura dengan penuh harap menunggu kunjungan pemimpin gereja mereka, Paus Fransiskus, yang dijadwalkan akan dimulai minggu depan.

Di Jakarta, dua stadion sepak bola besar sedang dipersiapkan untuk pertemuan besar umat Katolik dalam misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus, sementara kunjungannya ke Timor-Leste terjadi di tengah bayang-bayang skandal yang mengguncang gereja Katolik di negara kecil ini.

Antonius Subianto Bunjamin, ketua Konferensi Waligereja Indonesia, mengadakan konferensi pers awal minggu ini untuk menyampaikan arti kunjungan Sri Paus bagi umat Katolik Indonesia.

“Kunjungan ini bukan hanya tentang kehadiran Paus tetapi juga tentang mempraktikkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya pada Rabu (28/8).

Paus Fransiskus akan bertemu dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Kepresidenan, menghadiri pertemuan lintas agama di Istiqlal – masjid terbesar di Asia Tenggara -, dan berbincang dengan para pemimpin agama Katolik di Katedral Jakarta dalam kunjungan yang dijadwalkan pada tanggal 3-6 September.

Seorang perempuan berswafoto dengan potongan gambar pemimpin agama Katolik Paus Fransiskus di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, atau Katedral Jakarta, di Jakarta, 8 Agustus 2024. [Achmad Ibrahim/AP]
Seorang perempuan berswafoto dengan potongan gambar pemimpin agama Katolik Paus Fransiskus di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, atau Katedral Jakarta, di Jakarta, 8 Agustus 2024. [Achmad Ibrahim/AP]

Indonesia adalah pemberhentian pertama Sri Paus di Asia Tenggara, dalam apa yang disebut oleh teolog Katolik yang berbasis di Singapura, Michel Chambon, sebagai perjalanan terpanjangnya selama menjadi pemimpin umat Katolik sejak ia diangkat menjadi paus lebih dari satu dekade lalu.

“Paus Fransiskus dijadwalkan mengunjungi empat negara — Indonesia, Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura — dalam 12 hari, terbang lebih dari 28.000 kilometer,” kata Chambon, teolog Prancis dan antropolog budaya, dalam sebuah wawancara dengan media independen Union of Catholic Asian News.

“Ini adalah perjalanan paling ekstensif yang pernah dilakukan Paus Fransiskus sejak menjadi paus pada tahun 2013. Banyak yang terkejut bahwa ia melakukan ini di usia 87 tahun meskipun sedang sakit. Jawabannya akan diperoleh dari beberapa tempat yang dikunjunginya.”

Chambon berbicara tentang Timor-Leste, “negara yang langka,” katanya, dengan 98% penduduknya beragama Katolik.

“Timor menepis narasi yang ada tentang Katolikisme Asia sebagai kolonial dan marjinal,” kata Chambon, seraya menambahkan, dan itulah sebabnya Paus Fransiskus ingin mengarahkan perhatian ke negara ini.

“Gereja-gereja lainnya perlu mendengarkan sejarah terkini Timor.”

Seorang laki-laki berjalan di pelataran  Masjid Istiqlal sementara menara Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga terlihat di latar belakang, di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024. [Tatan Syuflana/AP]
Seorang laki-laki berjalan di pelataran Masjid Istiqlal sementara menara Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga terlihat di latar belakang, di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024. [Tatan Syuflana/AP]

Salah satu tujuan kunjungan ke negara-negara lainnya dalam perjalanan ini adalah untuk menunjukkan bagaimana umat Katolik Asia hidup dalam masyarakat yang sangat multiagama.

“Mereka tahu apa yang dapat dilakukan gereja ketika menjadi minoritas dan tidak dalam situasi kekuasaan dan dominasi,” kata Chambon.

“Dan itu seharusnya menjadi model atau setidaknya sumber inspirasi bagi seluruh gereja, terutama di Barat, di mana Gereja Katolik sedang kehilangan pijakan.”

Bagi umat Katolik di Jakarta, acara yang paling dinantikan adalah Misa Kudus yang dipimpin Paus di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 5 September yang akan dihadiri sekitar 60.000. Sementara tambahan 25.000 umat akan mengikutinya dari Stadion Madya di dekatnya.

Paus Fransiskus akan berpidato di hadapan khalayak di kedua tempat tersebut, dan akan berkeliling menyapa umat dengan kendaraan terbuka, kata perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia sekaligus Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, RD Thomas Ulun Ismoyo.

Paus Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia.

Warga Indonesia bertemu dengan pemimpin agama Katolik Paus Fransiskus dalam audiensi umum mingguan di Vatikan, 21 Agustus 2024. [Gregorio Borgia/AP]
Warga Indonesia bertemu dengan pemimpin agama Katolik Paus Fransiskus dalam audiensi umum mingguan di Vatikan, 21 Agustus 2024. [Gregorio Borgia/AP]

Pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II, berkunjung pada bulan Oktober 1989 selama lima hari, dan mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili di tempat yang sekarang menjadi negara merdeka Timor-Leste.

Paus Paulus VI adalah paus pertama yang mengunjungi Indonesia, ketika ia mengadakan misa di tempat yang sama, yang saat itu bernama Istana Olahraga Senayan.

Benedicta Dwi, seorang warga Katolik berusia 38 tahun dari Yogyakarta, mengungkapkan kegembiraannya atas kunjungan Paus.

“Ini adalah berkat yang langka, karena terakhir kali seorang Paus mengunjungi Indonesia adalah 35 tahun yang lalu,” katanya kepada BenarNews.

“Meskipun saya ingin menghadiri misa di Jakarta, saya tidak bisa karena harus dengan undangan, dan setiap kota memiliki kuotanya sendiri,” katanya.

Dengan memulai perjalanan ini di Indonesia, Paus menggarisbawahi peran penting Indonesia dalam membina dialog antaragama, kata para pemimpin gereja.

“Paus adalah pemimpin paling berpengaruh dalam isu-isu kemanusiaan secara global,” kata Uskup Agung Jakarta, Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, menambahkan fokus Paus dalam melayani masyarakat yang terpinggirkan.

- Orang-orang berolahraga di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, 26 Agustus 2024. [Dita Alangkara/AP]
- Orang-orang berolahraga di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, 26 Agustus 2024. [Dita Alangkara/AP]

Kunjungan ke Papua Nugini

Setelah kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Papua Nugini dari tanggal 6-9 September, dengan fokus utama pada kota pesisir kecil Vanimo, dekat perbatasan dengan wilayah Papua.

Vanimo, yang hanya dapat diakses dengan pesawat terbang atau kapal laut, telah berubah karena komunitas Katolik setempat meningkatkan persiapan untuk kunjungan Paus, kata Pastor Martín Prado, seorang misionaris dari Institut Sabda Inkarnasi yang telah melayani di Vanimo selama satu dekade.

Warga Vanimo telah menyiapkan tempat di sebuah lapangan sepak bola, di mana doa-doa malam, nyanyian dan tarian–tarian tradisional yang dilakukan telah menarik banyak orang. Diperkirakan 4.000 orang telah hadir dalam beberapa malam terakhir.

“Kunjungan Bapa Suci ke Papua Nugini, khususnya ke Vanimo, disambut dengan kegembiraan yang luar biasa oleh semua orang,” kata Prado kepada Aid to the Church in Need (ACN), sebuah badan amal Katolik internasional, menurut sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs web organisasi tersebut.

“Karena keterbatasan akses ke berita dan media sosial, tidak banyak orang yang menyadari bahwa Paus sedang dalam lawatannya,” katanya.

“Kami semua sangat gembira dan bekerja keras untuk dapat menyambut Paus sebaik mungkin, meskipun kami hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan.”

Prado menggambarkan bahwa keyakinan masyarakat lokal di sana sebagai “sangat hidup dan sangat sederhana,” meskipun masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan leluhur.

Agama Kristen diperkenalkan di Papua Nugini hanya 70 tahun yang lalu.

“Banyak yang masih menafsirkan Kekristenan melalui kerangka kepercayaan leluhur mereka, karena spiritualitas adat masih sangat berpengaruh,” katanya.

Pemimpin agama Katolik saat itu Paus Yohanes Paulus II (kedua dari kanan) didampingi Uskup Carlos Ximenes Belo (kanan) membagikan hadiah kepada warga Timor Timur saat kedatangannya di ibu kota Timor Timur, Dili, 12 Oktober 1989. [Manuel Ceneta/AFP]
Pemimpin agama Katolik saat itu Paus Yohanes Paulus II (kedua dari kanan) didampingi Uskup Carlos Ximenes Belo (kanan) membagikan hadiah kepada warga Timor Timur saat kedatangannya di ibu kota Timor Timur, Dili, 12 Oktober 1989. [Manuel Ceneta/AFP]

Timor Leste dan skandal pelecehan seksual Uskup Belo

Dari Papua Nugini, Sri Paus akan melawat ke Timor-Leste pada 9 September. Ia akan mengakhiri perjalanan Asia-Pasifiknya dengan kunjungan ke Singapura dari 11-13 September.

Di Timor Leste, ia akan bertemu dengan Presiden José Ramos-Horta dan pemerintah setempat, mengunjungi anak-anak penyandang disabilitas di Sekolah “Suster Alma”, dan merayakan Misa di Taci Tolu, serta berpidato di hadapan kaum muda Timor-Leste di Pusat Konvensi Dili.

“Dengan penuh harap dan antusiasme, kami menunggu kedatangan Paus Fransiskus,” kata Tomás do Rosário Cabral, wakil koordinator umum untuk kunjungan Paus, dalam sebuah pernyataan di situs web pemerintah Timor Leste.

Ia menambahkan bahwa kunjungan tersebut akan menjadi “pembaruan spiritual bagi semua warga Timor, yang menginspirasi kita masing-masing untuk terus membangun masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai perdamaian, solidaritas, dan persaudaraan.”

Namun, kunjungan Fransiskus terjadi di tengah bayang-bayang skandal yang mengguncang Gereja Katolik di Timor-Leste.

Pada tahun 2022, Vatikan mengakui bahwa Uskup Carlos Ximenes Belo, atau dikenal sebagai Uskup Belo, pahlawan kemerdekaan Timor Leste dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, telah melakukan pelecehan seksual kepada sejumlah anak laki-laki.

Pengungkapan ini kembali menggemakan skandal pelecehan seksual oleh para pastor gereja Katolik di sejumlah negara lainnya yang terungkap terlebih dahulu, dan merusak kredibilitas gereja.

Seorang jurnalis asal Belanda, Tjiyske Lingsma, berperan penting dalam mengungkap kasus-kasus pelecehan ini ke publik. Investigasinya mengenai kasus Belo diterbitkan pada September 2022 oleh majalah De Groene Amsterdammer.

Sehari setelah laporan tersebut dirilis, Vatikan mengonfirmasi bahwa Belo telah dikenai sanksi secara diam-diam dua tahun sebelumnya, sebuah pengungkapan yang mengejutkan banyak orang di negara tersebut.

Lingsma mengatakan kepada kantor berita Associated Press dalam sebuah wawancara baru-baru ini dari Amsterdam bahwa pengakuan dari Paus Fransiskus saat berada di Timor-Leste akan berarti bagi para korban. "Saya pikir ini saatnya bagi Paus untuk menyampaikan pernyataannya kepada para korban, untuk meminta maaf,” ungkapnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.