Polisi: Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Makassar Pasangan Suami-Istri

Seusai insiden bom bunuh diri, 13 orang terduga militan ditangkap di sejumlah tempat di tanah air.
Arie Firdaus
2021.03.29
Jakarta
Polisi: Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Makassar Pasangan Suami-Istri Dua orang petugas membawa plastik berisi sejumlah barang bukti yang disita dari rumah pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral berinisial L di Jalan Bunga Ejaya, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, 29 Maret 2021.
Yayank Stiv/BenarNews

Dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu pagi kemarin diketahui sebagai pasangan suami-istri yang dinikahkan enam bulan lalu oleh seorang militan yang tewas di tangan polisi Januari lalu, demikian Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam keterangan pers di Mapolda Sulawesi Selatan, Senin (29/3).

Identitas sang suami berinisial L dan istrinya yang disebut YSF telah dikonfirmasi lewat tes DNA dan sidik jari dengan keluarga masing-masing, kata Listyo.

"Saudara L dan YSF dinikahkan enam bulan lalu oleh Rizaldi yang telah ditangkap pada Januari kemarin," kata Listyo.

Muhammad Rizaldy S merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) jaringan militan yang telah berbaiat dengan kelompok ekstrim ISIS dan memiliki keterkaitan dengan peristiwa pengeboman di Gereja Katedral Jolo di Filipina pada 2019. Ia tewas dalam penggerebekan oleh Densus 88 Mabes Polri pada Januari 2021, yang juga dibarengi dengan penangkapan 18 orang lainnya.

Polisi menyebut baik L dan YSF merupakan anggota JAD Makassar, dan memiliki kaitan dengan pasangan suami istri Rullie Rian Zeke - Ulfah Handayani Saleh yang meledakkan diri mereka di pengeboman katedral di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina selatan pada 2019 yang menewaskan 23 orang.

JAD telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Indonesia pada 2018.

Sebelum meledakkan diri di depan gereja, ditambahkan Listyo, L sempat pula menuliskan surat wasiat kepada orangtuanya yang berisi ucapan pamit untuk mati syahid.

Sebanyak 20 orang terluka akibat insiden Minggu pagi kemarin, kata kepolisian. Hingga sore ini, 16 orang di antaranya masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Makassar, termasuk petugas keamanan gereja bernama Kosmas (51).

Kosmas mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh setelah sempat mengadang kedua pelaku bom bunuh diri yang hendak memasuki halaman gereja dengan sepeda motor.

Mengenai muasal paham radikal kedua pelaku, Listyo tak merinci. Ia hanya mengatakan bahwa kedua pelaku sering mengikuti pengajian berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringnaya, Makassar. Dalam pertemuan tersebut, keduanya juga kerap mengisi pengajian.

"Dalam kelompok pengajian tersebut, masing-masing memiliki peran untuk memberikan doktrin dan mempersiapkan rencana untuk jihad," lanjut Listyo.

Di rumah kontrakan pelaku di Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala itu, petugas melakukan penggeledahan dan mengamankan sejumlah barang bukti. 

Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes E Zulpan mengatakan, pasca kejadian di Gereja Katedral, tim gabungan langsung bergerak. 

“Yang pasti tim sedang melakukan pengembangan untuk mencari orang yang terlibat, termasuk di dalamnya siapa yang menyiapkan bom,” ujarnya. 

Salah seorang tetangga pelaku di Lorong I, Jalan Bunga Ejaya, Siti Hasnawati mengatakan, L dan YSF sudah menetap selama sekitar empat bulan di wilayahnya. Sepanjang kurun waktu tersebut, keduanya dikenal tertutup dengan warga lain.

"Yang kami tahu, L tidak punya pekerjaan dan jarang keluar rumah. Istrinya berwirausaha di rumah," kata Siti kepada BenarNews.

Dikutip dari Detik.com, ibu pelaku perempuan mengatakan telah lama tidak bertemu putrinya. 

"Selama menikah, jarang datang ke rumah," ujarnya, seraya menambahkan bahwa sang putri bekerja sebagai penjual makanan online dan suaminya bertugas mengantar pesanan makanan.

Penangkapan

Seusai insiden bom bunuh diri, kepolisian telah menangkap 13 orang terduga teroris di beragam tempat di tanah air. 

Empat orang ditangkap di Makassar yakni AS, SAS, MR, dan AA. Keempatnya tergabung dalam kelompok pengajian sama dengan kedua pelaku bom bunuh diri di gereja Makassar.

"Masing-masing berperan memberikan doktrin, mempersiapkan rencana jihad, dan membeli bahan yang digunakan untuk bom bunuh diri," terang Listyo.

Lima orang ditangkap di Bima, Nusa Tenggara Barat --satu di antaranya ditangkap hari ini. Kelimanya juga terafiliasi dengan kelompok JAD, tapi Listyo tidak memerinci identitas kelimanya dan dugaan keterkaitan dengan insiden bom Makassar.

Adapula empat terduga teroris yang ditangkap dua tempat di Jabodetabek: Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat. Mereka adalah ZA (37), HH (56), AJ (46), dan BS (43).

Listyo tidak memerinci apakah keempatnya berkaitan dengan insiden di Makassar.

Dalam rangkaian penangkapan di Jabodetabek tersebut, Densus 88 juga menemukan bahan peledak dan lima bom aktif bersumbu siap ledak. Adapula lima stoples besar berisi aseton, H2O2, HCL, sulfur, alumunium powder, dan termometer yang siap dirakit menjadi bahan peledak dengan jumlah mencapai empat kilogram.

"Kami menemukan pula bahan peledak yang sudah jadi dengan jumlah mencapai 1,5 kilogram," terang Listyo.

Bom yang ditemukan itu kemudian diledakkan tim Gegana Polri karena sulit untuk dijinakkan.

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadli Imran dalam keterangan pers di Jakarta menambahkan, ZA berperan membeli bahan baku dan bahan peledak.

ZA pula yang mengajarkan BS dan AJ (pembuat bom) untuk membuat dan mencampur cairan-cairan yang telah disiapkan. Dalam merakit bahan peledak, para pelaku disebut Fadli mengistilahkan bom sebagai “takjil”'.

Sementara HH disebut berperan penting seperti merencanakan dan mengatur teknis pembuatan bom. "Dia hadir dalam beberapa pertemuan untuk mempersiapkan kegiatan amaliyah, membiayai, dan mengirimkan video teknis pembuatan ke tersangka lain," kata Fadli. Amaliyah adalah istilah kelompok radikal untuk aksi teror.

Merespons bom bunuh diri di Makassar, Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal Hendro Pandowo, mengatakan bahwa patroli gabungan yang diisi TNI, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dan Satpol PP akan digelar untuk menjaga objek-objek vital di ibu kota.

"Guna memberikan rasa aman dan ketenangan kepada masyarakat, kami melaksanakan patroli berskala besar dengan sasaran gereja dan tempat ibadah lain," kata Hendro.

Fenomena serangan pasangan suami-istri

Bom bunuh diri yang dilakukan L dan YSF merupakan kasus teror terbaru yang dilakukan pasangan suami-istri. 

Pada 13 Mei 2018, pasangan suami-istri Dita Oeprianto (48) dan Puji Kuswati beserta empat anaknya meledakkan diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Total, 18 orang --termasuk pelaku-- meninggal dunia dalam rangkaian insiden tersebut.

Keesokan harinya, pasangan suami-istri Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43) beserta tiga anaknya meledakkan diri di Mapolresta Surabaya. Semua pelaku meninggal dunia, kecuali seorang anak balita Murtiono.

Dua bulan berselang, pasangan suami-istri berinisial GI dan NH juga berupaya meledakkan bom di dalam panci di Mapolres Indramayu, Jawa Barat. Beruntung, bom yang dilempar gagal meledak.

Terkait fenomena teror pasangan suami-istri tersebut, peneliti Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) Muhammad Adhe Bhakti menilai hal tersebut dipicu oleh narasi yang dikembangkan kelompok teror yang menganjurkan perempuan untuk turut melakukan amaliyah.

Adhe merujuk tulisan di sebuah media propaganda Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Maret yang menyerukan perempuan untuk ikut serta dalam aksi teror. Seruan itu belakangan diadopsi pada rangkaian teror Surabaya.

"Ulama pro-ISIS di sini tidak menyerukan hal tersebut. Bahkan Aman (Abdurrahman) sendiri menentang dan mengutuk aksi di Surabaya," kata Adhe, menyebut nama pentolan JAD tersebut.

Pelibatan perempuan dalam aksi teror pun dinilai Adhe sebagai bagian kelompok radikal untuk menggaungkan dan memberi dampak lebih luas dari teror yang dilakukan.

"Serta, semacam upaya mengelabui penegak hukum. Kalau perempuan kan tidak dicurigai, apalagi membawa anak-anak," ujar Adhe.

Adapun terkait motif aksi bom di Makassar, Adhe menilainya sebagai balasan terhadap penangkapan sejumlah anggota JAD di Sulawesi Selatan pada Januari lalu. Ia tak memastikan pula sejak kapan kedua pelaku bergabung dengan JAD.

"Menurut saya, ini adalah respons atas penangkapan kemarin. Kepada setiap anggota, mereka kan memang selalu menyerukan perlawanan," pungkas Adhe.

Keisyah Aprilia di Palu ikut berkontribusi pada laporan ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.