Peluncuran Buku “Aku Istri Teroris” Dibatalkan
2015.06.01
Abidah El Khalieqy tidak menyangka novelnya yang ke-14 mengundang kontroversi di kalangan publik. Peluncuran novel Abidah “Akulah Istri Teroris” yang direncanakan digelar di toko buku Gramedia cabang Margonda, Depok, Jawa Barat, Minggu (31 Mei), dibatalkan. Alasannya karena acara ini juga diramaikan lomba berbusana mirip istri teroris.
“Kami membuat lomba dengan konsep unik ini untuk menarik perhatian massa. Sebelumnya saya juga pernah buat lomba yang mirip, yaitu lomba senyum mirip Jokowi, dalam rangka peluncuran buku saya tentang Jokowi [Presiden Joko Widodo],” ujar Ahmad Bahar, pimpinan Solusi Publishing dalam jumpa pers yang digelar di sebuah rumah makan di kawasan Depok, Minggu, 31 Mei.
Solusi Publishing telah menerbitkan karya Abidah dan telah mengumumkan lomba tersebut lewat media sosial twitter dan selebaran.
Ahmad mengaku sejak awal peluncuran buku Abidah ini banyak menuai reaksi, terutama dari mereka yang belum membaca buku tersebut.
“Kami launching pertama kali di Universitas Islam Negeri Yogyakarta, November tahun lalu. Kami mengundang 200 orang, yang datang 450 orang. Namun di Tasikmalaya, kami didemo oleh sekumpulan massa yang mengatasnamakan pesantren di sana,” katanya sambil mengatakan bahwa salah pembicara saat itu adalah pimpinan pesantren terbesar di Taskimalaya.
“Kita mendapat ultimatum 2x60 menit untuk bubar. Mereka ternyata sudah menyiapkan massa,” kata Ahmad.
“Buku ini sendiri bermaksud mendukung pihak kepolisian dalam menggalakkan program deradikalisasi,” kata Ahmad.
Dalam penelitiannya [Abidah] juga dibantu oleh pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Kepolisian Reserse Poso, tegas Ahmad.
Terkejut dengan pembatalan acara
Abidah mengaku terkejut dengan pembatalan ini. Ia mengaku bahwa sebelumnya tidak tahu tentang adanya lomba berbusana mirip istri teroris.
“Saya baru tahu ada lomba itu di Facebook. Tapi saya tidak khawatir,” ucap Abidah yang juga memiliki novel sukses Perempuan Berkalung Sorban yang sudah diangkat ke layar lebar.
Abidah sendiri yakin bukunya mampu membuka wawasan baru bagi publik terkait kehidupan istri seorang teroris.
“Buku itu saya buat karena merasa dalam sastra Indonesia belum ada yang membicarakan tentang istri teroris. Mereka, menurut saya sebagai seorang sastrawan, saya penasaran untuk mengetahui siapa mereka,” ungkap Abidah.
Abidah mengaku tidak tahu mengawali bagaimana menulis buku ini.
“Saya melakukan riset tentang mereka [istri teroris] lewat media, buku-buku, dan tentunya riset lapangan. Itupun tidak mudah, harus didampingi oleh pihak kepolisian. Saya lalu berangkat ke Poso.
Dalam wawancara langsung dengan istri para teroris, Abidah menemukan beberapa tipe.
“Ada mereka yang tidak tahu sama sekali suami mereka teroris, ada yang tahu, dan mereka yang baru tahu suaminya seorang teroris ketika suaminya wafat.
Abidah menegaskan bahwa buku yang ditulisnya bertujuan membuka mata masyarakat bahwa para istri teroris juga manusia biasa. Mereka punya anak-anak dan cita-cita di masa depan di luar stigma yang melekat pada mereka.
“Mereka butuh penghargaan dan perhatian untuk melanjutkan hidup dan masa depan mereka,” katanya.
Abidah berbagi bahwa novel terbarunya mengingatkan kepada setiap orang bahwa masyarakat tidak seharusnya melakukan diskriminasi terhadap para istri dan anak-anak teroris.
“Saya harap novel ini menyadarkan kita semua dalam memberi pembelaan kepada mereka,” kata Abidah.
Novel setebal 481 halaman ini bergambar seorang perempuan bercadar ungu yang melambangkan feminism. Dalam novelnya Abidah menceritakan seorang perempuan bernama Ayu yang mendapat perlakuan diskriminatif karena suaminya Ardiyanto adalah seorang terduga teroris.
Ayu dikucilkan dan dijauhkan dari pergaulan masyarakat sekitar.
Ardiyanto sendiri adalah seorang baik dan sikap santun. Ayu menggunakan cadar untuk menutupi tubuh dan wajahnya.
Novel ini sendiri merupakan salah satu karya Abidah yang rencananya akan diangkat ke layar lebar.
Reaksi
Komisi Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta, Anton Tabah, mengecam acara ini.
“Saya belum membaca isi buku selengkapnya tetapi lomba mirip istri teroris ini yang meresahkan masyarakat Depok,” katanya kepada BeritaBenar sambil menyatakan bahwa MUI sudah mengimbau pihak Gramedia Sabtu malam agar membatalkan acara ini.
Pihak penyelenggara meminta maaf atas pembatalan ini.
“Kami sama sekali tidak ada niat untuk mendiskreditkan para istri teroris dengan lomba ini. Justru kami ingin melawan stigma bahwa seseorang yang mengenakan burqa belum tentu teroris,” kata Anang Sam, ketua penyelenggara (event organizer) kepada BeritaBenar tanggal 1 Juni.
Anang mengatakan bahwa acara peluncuran buku ini sudah sejak 5 Mei lalu tetapi ide tentang lomba berbusana mirip isteri teroris memang baru muncul minggu lalu.
“Saya meminta maaf atas kejadian ini,” katanya.
Pakar kontra terorisme Harits Abu Ulya memuji upaya penulisan buku.
“Ini merupakan langkah bagus untuk membuka wacana di masyarakat bahwa Islam tidak identik dengan teroris,” katanya kepada BeritaBenar.
Kapolresta Depok AKBP Dwiyono mengatakan bahwa kepolisian akan menyelidiki kasus.
“Jika ada maksud lain dalam acara perlombaan tersebut,” katanya.
Paramita Dewiyani ikut memberikan kontribusi dalam artikle ini.