Pemuka Agama Budha Mengutuk Kekerasan Terhadap Muslim Rohingya
2015.05.28
Ratusan anggota Front Pembela Islam Indonesia (FPI), Forum Umat Islam (FUI) dan berbagai organisasi Islam melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta tanggal 27 Mei mengecam kekerasan terhadap Muslim Rohingya.
Pemimpin agama Budha di Indonesia, mengimbau pemerintah Myanmar untuk segera mengambil tindakan konkrit untuk mengakomodasi dan mengakhiri kekejaman terhadap etnis Muslim Rohingya.
“Situasi di Myanmar sangatlah disesalkan. Kami mengutuk tindakan kekerasan terhadap Muslim Rohingya, tindakan mereka bukanlah representasi agama kami,” kata pemuka agama Budha di Jakarta, Bikkhu Tukimin Dhammakaro kepada BeritaBenar tanggal 28 Mei.
“Kekerasan yang dilakukan oleh umat Budha di Myanmar telah mencoreng dan mempermalukan agama Budha, bukan hanya di Indonesia tetapi perwakilan Budha diseluruh dunia,” katanya seraya mengatakan bahwa tindakan penganut Budha anti-Islam telah menghambat para misionaris Budha yang ingin mengenalkan kebaikan dan ajaran agama Budha.
Kekejaman terhadap etnis Rohingya harus dihentikan
Massa ormas Islam mengepung gedung keduataan Myanmar dengan berpakaian serba putih di depan Kedutaan Myanmar tanggal 27 Mei.
Mereka long march dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Kedutaan Myanmar yang berjarak satu kilometer sambil menyerukan “hancurkan pemerintahan militer Myanmar,” dan “Budha teroris,” merujuk kepada poster Biksu Ahsin Wirathu dengan gambar silang dimukanya.
Ahsin adalah Biksu yang dikenal radikal dan menolak umat Muslim etnis Rohingya di Myanmar.
“Kekejaman penganut Budha terhadap Muslim Rohingya tidak bisa dibiarkan,” kata seorang demonstran dengan lantang.
Berbagai macam spanduk terlihat dalam aksi tersebut termasuk tulisan “Save Rohingya Muslims,” “Dead Budha,” “Bantu Muslim Rohingya,” dan sejumlah poster lainnya mengutuk pemerintahan Myanmar.
Dalam puncak acara, massa membakar manekin [patung plastik] yang merupakan representasi Biksu Ahsin.
Demonstran juga mengunakan acara tersebut untuk mengumpulkan uang sumbangan membantu pengungsi Rohingya.
“Dana terkumpul kira-kira lebih dari tiga juta Rupiah,” Kata Muhammad Syaid Anshori yang terlibat dalam pengumpulan bantuan tersebut.
Aksi unjuk rasa hanya berlangsung kurang dari dua jam.
Muhammad Huda, salah satu koordinator Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam orasinya mengatakan penindasan terhadp etnis Rohingya merupakan “kejahatan kemanusian yang keji.”
Ia menyerukan agar dunia internasional memberikan sangsi.
“PBB [Perserikatan Bangsa-Bangsa] harus memberikan sangsi pelanggaran HAM [hak asasi manusia] yang sedang terjadi di Myanmar.
Majelis Mujahidin (MM) mendesak pemerintah Indonesia untuk ikut andil dalam menyelesaikan masalah masyarakat muslim Rohingya.
“PBB dan dunia Islam harus segera menghentikan genosida (pembersihan etnis) masyarakat muslim Myanmar,” kata Abu Muhammad Jibriel salah satu pemimpin MM ketika berorasi.
“Mereka harus segera mengirimkan pasukan perdamaian ke Myanmar.”
Walubi dan NU bersatu melawan kekerasan terhadap etnis Rohingya
Sumarto perwakilan dari Wali Umat Budha Indonesia (Walubi) dari Jawa Timur mengecam tindakan kekerasan umat Budha di Myanmar.
"Indonesia harus berani mendesak Myanmar untuk mengakhiri penindasan ini. Kalau Myanmar tindak menghiraukan seruan dunia internasional, Myanmar harus dijatuhi sangsi seberat mungkin,” katanya kepada BeritaBenar.
Sebelumnya anggota Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur bersama-sama dengan anggota Walubi mengadakan protes di Surabaya tangal 22 Mei lalu dengan seruan yang sama “Kami mengutuk tindakan biadab atas nama agama,” “Aung San Su Kyi, mana suaramu untuk Rohingya?” “Rohingya bukan anjing gila,” dan “PBB harus turun jangan hanya berbicara.”
KTT di Thailand harus membawa solusi untuk krisis migrasi di Asia
Abdul Mu’thi, sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, juga mendesak pemerintah Indonesia.
“Harapan kita KTT [Konferensi Tingkat Tinggi] yang akan dilaksanakan Thailand besok akan memberikan pemecahan terhadap krisis migran,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 28 Mei.
“Tetapi sambil menunggu hasil KTT ini, umat Islam harap tenang jangan menggunakan krisis ini untuk kekerasan,” katanya.
Syaiful Bahri Anshori, anggota Fraksi PKB di Komisi I di DPR RI yang menangani masalah hubungan internasional mengatakan bahwa dalam pertemuan di Thailand nanti, paling tidak ada dua hal yang harus dicapai.
“Pertama tekanan terhadap Myanmar dan Bangladesh agar mengatasi konflik internal. PBB harus berani memberikan sangsi jika mereka tidak melaksanakan aturan,” katanya kepada Berita Benar.
“Kedua, negara lain seperti Thailand, Malaysia, Indonesia serta negara lain, harus sepakat mengatasi krisis kemanusiaan termasuk komitmen untuk menampung dan memberikan bantuan kemanusiaan.”