Biro Pengawas Maritim: 2016, Penculikan di Wilayah Filipina Selatan Meningkat

Penculikan di antara perairan Kalimantan dan Kepulauan Mindanao mewakili hampir setengah dari keseluruhan insiden di dunia.
Staf BeritaBenar
2017.01.10
Washington
170110-MY-ID-kidnappings-1000.jpg Anak buah kapal asal Indonesia, Mohammad Nazer (kiri) and Robin Peter dirawat di sebuah rumah sakit di Zamboanga, Filipina, sesudah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf, 12 Desember 2016.
AFP/Westmincom

Penculikan di perairan di seluruh dunia mencatat rekor 10 tahun pada 2016 dengan peningkatan mengkhawatirkan pada penculikan terhadap anak buah kapal (ABK) Indonesia dan Malaysia di wilayah laut antara Kalimantan dan Filipina selatan, demikian laporan sebuah organisasi pengawas pembajakan internasional yang dipublikasikan Selasa.

Ada lebih banyak penculikan ABK di laut tahun lalu di seluruh dunia dibandingkan dengan kapanpun dalam dekade terakhir, dengan 62 insiden keseluruhan, tapi hampir setengahnya, 28, terjadi pada kapal-kapal yang berlayar di Laut Sulu dan wilayah perairan di Pulau Kalimantan, demikian menurut Biro Maritim Internasional (IMB) dengan kantor pusat pelaporan pembajakan yang berbasis di Kuala Lumpur.

Jumlah insiden penculikan di laut di seluruh dunia pada tahun 2016 adalah lebih dari tiga kali jumlah pada tahun sebelumnya, yaitu 19, demikian dinyatakan oleh IMB, yang walaupun demikian mengatakan bahwa aksi global pembajakan tahun lalu mencapai level terendah dalam hampir dua dekade.

"Penculikan di Laut Sulu antara Malaysia Timur dan Filipina menjadi perhatian khusus," kata direktur IMB Pottengal Mukundan. Organisasinya telah memantau pembajakan maritim di dunia sejak tahun 1991.

"Terus menurunnya angka pembajakan adalah berita baik, tetapi rute pengiriman tertentu tetap berbahaya, dan eskalasi penculikan ABK adalah tren yang mengkhawatirkan di beberapa daerah baru," katanya.

Laporan IMB menunjukkan ancaman yang muncul untuk kapal dagang" di Sulu dan Laut Sulawesi, di mana 12 ABK diculik dari dua kapal kargo dan sebuah perahu nelayan yang berlabuh di sana pada kuartal terakhir 2016.

"Sejumlah ABKsebelumnya diculik dari kapal tunda dan tongkang dalam tiga insiden terpisah di paruh pertama 2016. Ini menandai eskalasi mengkhawatirkan penculikan ABK di wilayah tersebut,” kata laporan itu.

Dokumen IMB tersebut tidak menyebutkan kasus terbaru dari delapan mayat nelayan Filipina yang tubuhnya ditemukan penuh peluru di perahu mereka di Teluk Moro di semenanjung Zamboanga di Pulau Mindanao di wilayah selatan Filipina, kata militer Filipina, Selasa, menurut Agence France-Presse.

Pembicaraan trilateral

Pejabat Malaysia, Indonesia, dan Filipina telah bertemu beberapa kali pada tahun 2016 untuk membangun kerangka kerjasama, termasuk patroli gabungan di perairan mereka sebagai respons terhadap serangkaian penculikan yang dilakukan oleh militan Filipina yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf Group (ASG).

Meskipun sejumlah upaya untuk mencapai kesepakatan dilakukan, patroli gabungan yang melibatkan negara-negara tetangga itu belum dimulai.

“Saya benar-benar ingin bisa melakukannya segera,” kata jurubicara TNI Brig. Gen. Wuryanto kepada BeritaBenar bulan November 2016.”

Sementara itu, pejabat Malaysia mengklaim ASG masih menawan lima sandera yang diculik dari perairan Lahad Datu di negara bagian Malaysia, Sabah, pada 18 Juli 2016.

Pada bulan Desember, pejabat Malaysia menewaskan tiga orang bersenjata dan menangkap dua orang lainnya dalam sebuah tembak-menembak di perairan Sabah. Baku tembak meletus setelah sejumlah orang bersenjata di sebuah speedboat mendekati kapal Tiger Platoon yang berpatroli perairan setempat, mereka mengira kapal tersebut adalah kapal biasa yang bisa dibajak. Tiger Platoon adalah unit khusus kepolisian Malaysia.

ASG masih menawan dua pelaut Indonesia yang diculik pada 20 November tahun lalu.

Kelompok militan itu telah menculik 27 orang Indonesia pada tahun 2016. Pada bulan Maret, 10 ABK Indonesia diculik ASG dan kemudian dibebaskan dua bulan kemudian. Empat ABK lainnya diculik pada bulan April dan dibebaskan pada 11 Mei. Pada bulan Juni, tujuh ABK kembali diculik. Dari ketujuh orang tersebut, salah seorang berhasil melarikan diri, dan yang lainnya dibebaskan dalam waktu yang tidak bersamaan. Dua terakhir dibebaskan pada bulan Desember. Tiga ABK diculik pada bulan Juli dan dibebaskan pada bulan September, bersama seorang pelaut yang diculik pada bulan Agustus. Pada bulan November, dua ABK kembali diculik ASG.

Azmi Hassan, seorang analis keamanan di Universitas Teknologi Malaysia, mengatakan kepada BeritaBenar bahwa longgarnya keamanan di Laut Sulu di Filipina selatan memungkinkan ASG untuk membajak kapal dan melakukan penculikan.

"Tidak hanya di Laut Sulu, tapi juga di perairan Filipina tidak dikontrol, dan yang lebih buruk lagi adalah di daratan Mindanao yang tidak bisa dikendalikan Manila," Azmi.

Dia memuji keputusan Presiden Filipina yang baru, Rodrigo Duterte, yang mengijinkan pasukan keamanan dari Malaysia dan Indonesia untuk mengejar para pembajak ke perairan Filipina. Menurutnya ini menunjukkan keseriusan Manila dalam memberantas penculikan.

Hata Wahari di Kuala Lumpur turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.