Enam Orang Ditahan Di Juanda Diduga Akan Bergabung ISIS
2015.05.15
Enam orang warga negara Indonesia ditahan di Bandara Juanda, Surabaya dengan dugaan akan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Kepolisian masih memeriksa kasus ini. Kita mempunyai waktu tujuh hari untuk melakukan penyelidikan,” kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti kepada wartawan Jumat tangal 15 Mei.
Badrodin mengatakan bahwa penangkapan tersebut dilakukan berdasarkan data sebelumnya yang dimiliki oleh kepolisian bahwa satu dari keenam orang tersebut sudah pernah mengunjungi Suriah.
Keenam orang tersebut adalah Muhammad Riduansah, Siti Hajar Mustafa Mademing, Zaid Toha Fauzan, Harianto Sultan Lamaddu, Murniati Mappa, dan Ahmad Muadz Mustafa.
Mereka ditangkap tanggal 14 Mei malam ketika akan terbang ke Penang, Malaysia dengan menggunakan Air Asia QZ386.
“Satu orang tersebut (Muhammad Riduansah) diduga pernah di Suriah dan ini adalah upaya yang kedua,” katanya lanjut.
Saat ini keenam orang tersebut sedang diinvesitasi oleh Densus 88.
“Jika dalam waktu 7 x 24 jam kita tidak menemukan bukti-bukti untuk menjerat mereka, maka kepolisian harus membebaskan mereka,” kata Badrodin.
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf mengatakan bahwa enam orang tersebut bukan buronan Interpol.
"Bukan buronon Interpol, penahanan dilakukan karena nama tersebut ada dalam daftar pencekalan kepolisian," kata Anas mengkonfirmasi kepada BeritaBenar tanggal 15 Mei.
Indonesia terus melawan ISIS
Ratusan Indonesia telah dilaporkan bergabung ISIS di Suriah. Pakar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto mengatakan jumlah tersebut terus meningkat.
“Sekarang jumlahnya sudah lebih dari 600. Itu data yang terdeteksi tapi harus diingat jumlah yang tidak terdeksi bisa jadi lebih banyak,” katanya kepada Berita Benar tanggal 15 Mei.
Ia menyatakan pencegahan dari dalam sangat penting, termasuk mencegah mereka yang ingin bergabung di medan peperangan di Suriah.
“Setelah kembali dari Suriah biasanya mereka lebih radikal, dan ini ancaman serius bagi negara. Tidak mudah mengubah ideologi seseorang,” katanya lanjut.
Menyikapi dengan bijaksana
Komandan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko mengatakan Indonesia harus siap menghadapi ancaman ISIS, termasuk mereka yang pulang dengan membawa ideologi radikal.
“Kita harus mengetahui tingkat pengaruh mereka di masyarakat,” katanya di depan Istana Negara tanggal 13 Mei lalu.
Menurut Moeldoko kunci melawan radikalisme adalah dengan cara tidak memberikan stigma kepada mantan pejuang dan pendukung ISIS.
“Jangan menghakimi mereka….karena penghakiman hanya akan menggerakkan masalah,” katanya lanjut.
Moeldoko juga mengatakan segala upaya untuk mengantisipasi timbulnya gerakan radikal diantara mereka yang baru pulang.
“Militer terus melakukan pendataan dan monitoring,” katanya.