Polisi Bertekad Tuntaskan Dugaan Persekusi di Solok

Warga menggelar aksi unjuk rasa menuntut dr. Fiera Lovita diproses hukum, karena pernyataannya di media dianggap mencemarkan citra kota Solok.
M.Sulthan Azzam
2017.06.06
Padang
17o605_ID_Solok_1000.jpg Tiga warga memegang kertas bertuliskan “#Solok @man & damai” saat mereka ikut dalam unjuk rasa di Kota Solok, Sumatera Barat, 5 Juni 2017.
Surya Bintang/BeritaBenar

Polisi bertekad menuntaskan dugaan persekusi yang dialami dr. Fiera Lovita di Kota Solok, Sumatera Barat (Sumbar), yang mengaku diintimidasi sekelompok orang dari organisasi massa (Ormas) Islam yang terganggu dengan status Facebooknya.

Kepala Sub Direktorat Penerangan Masyarakat (Kasubdit Penmas) Polda Sumbar, AKBP Nina Martini, menyebutkan sejumlah saksi akan diperiksa terkait kasus itu.

"Ada sekitar 11 orang yang akan diperiksa, termasuk juga dr. Fiera Lovita akan di-BAP nantinya," katanya kepada wartawan di Mapolda Sumbar, Selasa, 6 Juni 2017.

"Kita tunggu sajalah bagaimana proses hukumnya. Yang jelas saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut," tambah Nina, tanpa menjelaskan secara detil siapa saja saksi yang sudah dan akan diperiksa. Begitu juga dengan jadwal pemeriksaan Fiera – yang kini berada di Jakarta.

Kapolres dicopot

Mencuatnya kasus dugaan persekusi atas Fiera sejak tiga pekan lalu berujung pada dicabutnya Kapolres Solok Kota, AKBP Susmelawati Rosya, dari jabatannya karena tidak menindak pelaku persekusi Fiera.

“Sudah saya sampaikan, kalau saya nilai, Kapolres Solok, saya anggap lemah, takut, ya saya ganti. Ganti dengan yang tegas,” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Jumat pekan lalu.

Susmelawati ditarik ke Polda Sumbar. Posisinya digantikan AKBP Dony Setiawan yang sebelumnya menjabat salah satu Kepala Unit di Direktorat Narkoba Bareskrim Polri.

Pergantian itu memicu amarah warga Kota Solok. Mereka menggelar aksi unjuk rasa menuntut Fiera diproses hukum, karena komentarnya di sejumlah media massa dianggap telah mengganggu kenyamananan masyarakat setempat.

Kasus Fiera, seorang dokter di RSUD Solok, dimulai 19 Mei lalu saat ia menulis status di akun Facebooknya: “Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib”.

Tanpa menyebutkan siapa yang dimaksud, status tersebut menjadi viral, yang berujung dengan diintimidasinya Fiera oleh orang-orang yang diduga tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI), yang menganggap unggahan tersebut menghina pimpinan FPI, Rizieq Shihab, yang saat ini sedang berada di Arab Saudi dan telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pornografi.

Dalam konferensi pers bersama Koalisi Anti Persekusi di Jakarta, Kamis, 1 Juni 2017, Fiera mengaku terpaksa pindah sementara bersama kedua anaknya ke Jakarta menyusul intimidasi yang dialaminya.

“Intimidasi memang ada dan masih berlangsung walau intensitasnya sudah berkurang,” ujarnya.

Fiera juga menyatakan dalam pertemuan dengan jajaran polisi Kota Solok dan direksi rumah sakit setempat, dia diminta menyampaikan permintaan maaf, penyesalan, dan tidak akan mengulangi perbuatannya.

“Saya mengucapkan hal tersebut dengan terbata-bata, menahan tangis dan perasaan campur aduk, karena saya di bawah tekanan dan posisi ketakutan,” papar Fiera dalam forum tersebut.

Pernyataan-pernyataan Fiera tersebut dinilai sejumlah warga Solok telah mencemarkan citra kota Solok yang selama ini oleh warga dianggap sebagai kota yang aman, damai, dan mampu menerima semua pihak dengan baik.

“Namun karena kepintaran seorang dokter memfinah dan memutarbalikkan fakta, Solok seakan menjadi kota yang tak aman dan tidak layak untuk dikunjungi,” demikian Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Solok, Rusli Khatib Suleman.

Warga Solok dari berbagai kalangan menggelar unjuk rasa, Minggu dan Senin, mendesak polisi untuk memproses hukum Fiera. Bukan hanya kaum ninik mamak dan pemuda, aksi juga didukung sejumlah anggota DPRD setempat.

“Kami seluruh elemen masyarakat Kota Solok menuntut dokter Fiera Lovita untuk mempertangungjawabkan ucapannya,” tambah Rusli.

Dokter Fiera yang dihubungi BeritaBenar untuk konfirmasi, tak menjawab panggilan. Pesan singkat yang dikirim juga tidak dibalasnya.

Belum ajukan surat pindah

Sejak kasusnya mencuat, Fiera kabarnya berniat pindah ke Jakarta. Namun hingga kini, Pemerintah Provinsi Sumbar belum menerima permintaan pindah tugas dari Fiera.

“Belum. Hingga kini belum ada surat permintaan (pindah),” jelas Kabiro Humas Provinsi Sumbar, Jasman Rizal, kepada BeritaBenar.

Menurut Jasman, Fiera belum bisa pindah selama prosesnya belum selesai. Pemprov. Sumbar tidak akan mempersulit proses pindah Fiera kalau dokter tersebut mengurus permohonan pindah.

“Ia bisa datang dengan baik-baik,” katanya.

Fiera diketahui mengajukan surat cuti pada 29 Mei selama dua minggu. Tapi, proses cuti juga dianggap bermasalah, karena hanya menyerahkan selembar kertas.

“Cuti ada proses. Pemohon cuti harus mengisi blangko, lalu menunggu permohonan cuti dikabulkan. Sementara dr. Fiera menyerahkan selembar surat, belum diizinkan, dia sudah pergi ke Jakarta,” terang Jasman.

“Cutinya dua minggu. Padahal, pegawai hanya boleh cuti enam hari. Namun, karena kondisinya seperti itu, kami tidak mempermasalahkan cutinya karena pertimbangan lain.”

Jasman menambahkan kalau masa cutinya sudah habis, tapi Fiera belum juga masuk bertugas di Kota Solok, dia akan diberikan sanksi.

Dalam suratnya yang tersebar di media, Fiera yang mengaku tidak memiliki saudara di Solok, memang mengatakan bahwa dalam kasusnya ini ia tidak mendapat dukungan nyata dari teman sejawat atau juga pihak lainnya, sehingga ia minta “diselamatkan” ke luar dari Sumatera Barat.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.