Ulama Diminta Lebih Berperan dalam Tangkal Radikalisme
2017.07.20
Padang
Pertemuan ratusan ulama dan dai se-Asia Tenggara yang digelar di Padang, ibukota Sumatera Barat, Kamis, 20 Juli 2017, berakhir dengan melahirkan deklarasi, dimana salah satu rekomendasinya adalah mendorong ulama lebih berperan dalam upaya menangkal bahaya radikalisme dan terorisme.
“Kita memandang peran ulama sangat penting dan kuat dalam mengarahkan umat agar terhindar dari pemikiran ekstrim, baik ekstrim kanan seperti aksi terorisme dan radikalisme, maupun ekstrim kiri atau ke arah liberalisme,” kata Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua Umum Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara kepada BeritaBenar usai penutupan kegiatan tersebut.
Menurutnya, ulama bisa memberi arahan dan contoh teladan bagi masyarakat, agar berjalan lurus sesuai tuntunan Islam.
Hal lain yang dihasilkan dalam pertemuan sejak Senin lalu, jelas Zaitun, membangun persatuan umat Islam di dunia. Persatuan adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam dan salah satu kebutuhan manusia.
“Walaupun terdapat perbedaan dan ancaman perpecahan seperti terjadi di negara-negara Arab sekarang, selama semua pihak mau duduk bersama dan berkomunikasi, persatuan umat bisa diwujudkan,” imbuhnya.
Pandangan berkaitan dengan penguatan peran ulama dalam menangkal radikalisme, terorisme dan liberalisme itu dituangkan pada poin kelima kesepakatan pertemuan. Kesepakatan yang dinamakan “Deklarasi Padang” dibacakan saat penutupan.
Menjaga persatuan
Ada enam poin dalam Deklarasi Padang tersebut. Selain tentang bahaya radikalisme, terorisme dan liberalisme, para ulama juga menyepakati penting menjaga persatuan di tengah umat dalam membantu Muslim lain yang sedang mengalami kesulitan dan kezaliman seperti terjadi di Rohingya, Palestina dan beberapa negara lain.
Pentingnya persatuan umat dan peningkatan peran ulama juga diserukan oleh Imam Masjidil Haram, Syaikh Hasan Bukhari, serta mantan Presiden Sudan Jenderal Siwar El-Dzahab.
Hasan menyebutkan, kegiatan pertemuan dai dan ulama di Padang merupakan salah satu penerapan dari seruan Islam tentang persatuan dan perdamaian.
"Saya sebagai Imam Masjidil Haram mengungkapkan rasa gembira atas kebahagiaan dan keberkahan pada pertemuan ulama dan dai ini," katanya.
Mantan Presiden Sudan, Siwar El-Dzahab menambahkan bahwa dalam mewujudkan persatuan, Muslim harus sadar sebagai umat yang satu.
"Persatuan dapat mencegah dan menghadapi ancaman-ancaman yang datang pada umat Islam, sebab persatuan adalah anjuran dari Allah," ujarnya.
Ia mengingatkan agar umat Islam untuk tidak terpecah-belah, karena setiap Muslim bersaudara, seperti disebutkan dalam Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama Bin Mohammad Abdullah Al Shuaibi, menjanjikan pemerintah Kerajaan Arab Saudi akan mendukung sepenuhnya segala upaya untuk menciptakan Islam yang damai.
"Saya berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang senantiasa menyerukan persatuan. Indonesia menjadi contoh bagaimana persatuan umat Islam untuk dunia," tuturnya.
Ia kembali mengulang pidatonya saat pembukaan pertemuan empat hari lalu dengan mengatakan, pemerintahnya mendukung penuh upaya pemerintah Indonesia dalam membangun dan mengajarkan Islam moderat sesuai ajaran Rasulullah SAW.
“Moderat dalam artian tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan,” tegas Osama, yang menambahkan Arab Saudi mendukung semua kegiatan dan forum yang mengajarkan umat tentang Islam moderat.
"Arab Saudi mendukung penuh setiap upaya mengajarkan Islam moderat, yang tidak mengajarkan radikalisme dan mendorong pada dialog bagi semua pihak," katanya.
Sinergi sesama
Para dai dan ulama yang ikut pertemuan berasal dari berbagai negara Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, Singapura, Timor Leste, Vietnam, Malaysia, dan Laos serta Indonesia sebagai tuan rumah. Selain itu, juga hadir sejumlah perwakilan ulama Afrika dan Eropa.
Mereka membahas berbagai isu keagamaan di tingkat regional dan internasional.
"Urgensinya ada silaturahmi, ada sinergi terutama dai Asia Tenggara, dan tentu kita bergembira datang ulama dari berbagai wilayah dan banyak negara,” kata Zaitun.
“Tapi yang terpenting lagi adalah menyamakan pemahaman, Islam yang benar-benar moderat dan bisa membawa rahmat bagi semua."
Menurutnya, para ulama yang hadir, semuanya menolak radikalisme dan terorisme. Para peserta menginginkan pemahaman tentang moderasi Islam benar-benar dapat menyebar di tengah kaum Muslim.
Kegiatan di Padang ini merupakan pertemuan ulama dan dai Asia Tenggara ketiga. Sebelumnya, pertemuan serupa berlangsung di Bandung dan Bogor. Tahun depan, pertemuan keempat akan digelar di Makassar, Sulawesi Selatan.
Indonesia selalu jadi tuan rumah karena pertemuan ini memang dirintis di tanah air, termasuk karena Indonesia sebagai negara dengan populasi Islam terbesar di dunia.
Pertemuan ulama dan dai dari tiga benua itu digelar, berkat dukungan dari Yayasan Al Manarah Al Islamiyah, Arab Saudi.