Operasi Pencarian Korban Pesawat Polri yang Jatuh di Kepulauan Riau

Tia Asmara
2016.12.05
Jakarta
151205_ID_aviationaccident_1000.jpg Polisi mengangkat kantong jenasah korban pesawat Polri yang jatuh di perairan Kepulauan Riau, 4 Desember 2016.
AFP

Operasi pencarian korban pesawat jenis M-28 Skytruck milik Polri yang jatuh di perairan Lingga, Kepulauan Riau, Sabtu, 3 Desember 2016, terus diupayakan tim SAR gabungan terdiri dari TNI, Polri dan para nelayan setempat.

“Tim SAR baru menemukan empat kantong jenazah berisi beberapa potongan tubuh manusia,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Madya F Henry Bambang Soelistyo, kepada BeritaBenar, Senin, 5 Desember 2016.

“Jumlah korban yang ditemukan belum diketahui pasti karena berupa potongan tubuh, masih harus melalui proses identifikasi lebih lanjut,” tambahnya.

Sesuai prosedur tetap Basarnas, ujar dia, pencarian korban dilakukan hingga tujuh hari sejak kejadian.

“Saat ini kan sudah tiga hari seharusnya akan berakhir Sabtu namun kami akan evaluasi apakah ada perpanjangan masa pencarian,” jelasnya.

Pesawat dengan nomor registrasi P4201 yang menurut kepolisian mengangkut 15 orang, terdiri dari lima awak dan 10 penumpang –  jatuh saat dalam perjalanan dari Pangkal Pinang Bangka Belitung ke Bandara Internasional Hang Nadim Batam.

Insiden yang menimpa pesawat Polri itu terjadi sepekan setelah helikopter Bell TNI AD jatuh di Malinau, Kalimantan Utara, dan menewaskan empat prajurit TNI.

Soelistyo menjelaskan, koordinat titik jatuh pesawat sudah diketahui, tak jauh dari Batam, dengan kedalaman diperkirakan antara 24 – 32 meter.

Tapi, ia tak memungkiri kondisi arus bawah laut yang kuat mempengaruhi pencarian korban.

“Kendala tidak ada yang signifikan sejauh cuaca cerah, kecuali dalam penyelaman di bawah laut saja karena arus kuat,” imbuhnya.

Soelistyo menambahkan pada Senin, pihaknya menemukan satu bagian pesawat di permukaan laut.

“Namun kami belum bisa mengonfirmasi bagian mana dari pesawat tersebut apakah badan, sayap atau ekor, kami belum tau,” katanya.

Saat proses pencarian Sabtu dan Minggu, kapal Basarnas menemukan serpihan pesawat berupa satu ban pesawat, red box, serpihan badan pesawat, dan manual box pesawat.

Pencarian korban

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Rikwanto menegaskan pihaknya memfokuskan pencarian korban dan puing-puing pesawat sehingga investigasi yang menyeluruh mengenai penyebab pesawat jatuh belum dilakukan.

“Kami siapkan penyelam terbaik untuk mengangkut korban dari kedalaman 24 meter,” katanya.

Dari keterangan saksi nelayan, menurut dia, diketahui pesawat naas itu menukik dari ketinggian tertentu sebelum kemudian jatuh ke permukaan laut.

“Jadi posisinya tidak dalam landing di air tapi menukik ke bawah,” katanya.

Dia mengonfirmasi sudah ditemukan tiga jenazah yang belum teridentifikasi dan telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat.

“Untuk mencari jenazah dan puing pesawat lain kami lebarkan pencarian menjadi radius 5 km, barangkali ada yang terbawa arus,” jelasnya.

Ia berharap dalam waktu tujuh hari pencarian badan pesawat dan seluruh korban dapat ditemukan.

“Siapa tahu jenazah masih terikat di seatbelt tempat duduk masing-masing. Kalau masih ada yang hanyut seperti potongan tubuh atau puing diharapkan tidak dalam bentuk besarnya,” katanya.

Tim DVI Polri, ujar dia, telah meminta sampel DNA anggota keluarga untuk keperluan identifikasi jenazah.

“Sejauh ini belum ada yang berhasil diidentifikasi,” katanya.

Ia mengatakan penyidikan penyebab pesawat jatuh akan dilakukan Polri dan sejumlah pakar penerbangan termasuk Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Tak investigasi

Menanggapi hal itu, Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan aturan di Indonesia, KNKT tidak melakukan investigasi untuk pesawat TNI, Polri atau negara.

“Kami hanya menyelidiki pesawat sipil, namun jika diminta kami akan siap membantu,” katanya kepada BeritaBenar.

Pakar penerbangan, Dudi Sudibyo mengatakan kecelakaan bisa terjadi karena beberapa faktor di antaranya kesalahan teknis atau cuaca. Ia menduga kecelakaan pesawat Polri itu karena faktor cuaca.

“Kemarin cuaca memang buruk, dari saksi juga bilang mesin hidup mati, hidup mati, bisa juga artinya karena masalah teknis, kerena apa nanti akan diselidiki,” katanya.

Berdasarkan saksi nelayan, pesawat jatuh ke air dengan sangat keras dan meledak.

“Menurut saya, bukan karena bahan peledak tapi karena pesawat masuk ke air dengan keras bisa saja meledak, pesawat pecah,” pungkas Dudi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.