Pesawat Sriwijaya Hilang Kontak di Atas Perairan Kepulauan Seribu
2021.01.09
Jakarta
Pesawat Sriwijaya SJ-182 yang mengangkut 62 orang menuju Pontianak diperkirakan jatuh setelah hilang kontak saat melintasi wilayah udara Laut Jawa dekat Jakarta, sekitar lima menit setelah lepas landas dari bandara di Tangerang, Sabtu (9/1), demikian Badan SAR Nasional (Basarnas).
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Bambang Suryo Aji mengatakan pihaknya telah mengerahkan armada di sekitar perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, di mana pesawat diperkirakan jatuh.
“Sea rider sudah kita berangkatkan dan menuju ke lokasi yang diduga pesawat itu jatuh,” kata Bambang dalam jumpa pers.
“Begitu dapat lokasi, besok pagi kita lakukan pencarian dan pendalaman,” lanjutnya.
Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air, Theodora Erika mengatakan pesawat ditumpangi 50 penumpang yang terdiri dari 40 orang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi. Sementara kru pesawat berjumlah 12 orang.
“Sriwijaya Air sampai saat ini masih terus melakukan kontak dengan berbagai pihak terkait guna mendapatkan informasi lebih rinci terkait penerbangan SJ-182,” kata Erika dalam pernyataan tertulis kepada wartawan.
Kementerian Perhubungan menerima laporan SJ-182 lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada pukul 14.36 WIB dan satu menit setelahnya masih melakukan kontak dengan petugas air traffic control untuk naik ke ketinggian 29.000 kaki.
“Pukul 14.40, menara di Jakarta melihat Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat, melainkan ke Barat Laut. Oleh karenanya, ATC meminta pesawat melaporkan arahnya. Tidak lama kemudian, dalam hitungan seconds, SJY-182 hilang dari radar,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam jumpa pers terpisah.
Budi belum bisa memastikan penyebab pesawat hilang kontak, berikut kemungkinan cuaca buruk yang memengaruhi penerbangan. “Kondisi cuaca pada saat kejadiaan sedang dikoordinasikan datanya dengan BMKG,” kata Budi.
Basarnas mengidentifikasi pesawat merupakan model Boeing 737-524 dengan nomor registrasi PK-CLC.
Situs flightradar24.com mencatat SJ-182 sempat berada di ketinggian 10.900 kaki sebelum diduga mengalami penurunan ketinggian secara drastis dalam waktu satu menit. Pesawat terakhir terlihat di ketinggian 250 kaki di perairan Laut Jawa sekitar Provinsi DKI Jakarta, tulis situs tersebut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus, mengatakan pihaknya menerima informasi dari nelayan yang mendengar suara ledakan sebanyak dua kali di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, pada Sabtu siang.
“Info dari nelayan sekitar pukul 15.00 WIB, mendengar suara ledakan di sekitar timur Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Ini yang masih perlu dilakukan pengecekan oleh Polair dan Polres Kepulauan Seribu,” kata Yusri.
Laporan media lokal menyebutkan nelayan juga menemukan serpihan besi, kabel, dan kursi, di sekitar perairan tersebut. Barang-barang tersebut telah diangkut oleh Basarnas untuk selanjutnya diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menyiagakan kapal riset Baruna Jaya IV ke lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat.
“Sudah ada beberapa peralatan untuk underwater recovery. Kami saat ini mempersiapkan untuk operasional besok mencari black box,” kata Soerjanto.
Lepas landas penerbangan sempat tertunda 30 menit karena hujan deras, kata Presiden Direktur Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya juga telah menyiagakan dua unit helikopter Super Puma dan belasan kapal perang RI (KRI) untuk membantu misi pencarian Basarnas.
“Satuan Angkatan Laut terdekat ada di Tanjung Pasir di Tangerang di pesisir utara Teluk Jakarta. Pesawat TNI AU ada di Lanud Halim Perdana Kusuma. Demikian juga potensi SAR lainnya dari TNI disiagakan untuk membantu,” kata Hadi.
Sriwijaya Air pertama kali beroperasi pada 10 November 2003 dan sejak 2007 mendapat predikat sebagai maskapai penerbangan nasional yang memiliki standar keamanan kategori 1, tulis situs resmi maskapai.
Sepanjang perjalanannya, Sriwijaya Air mengalami lima kali tergelincir tanpa ada korban jiwa yang dilaporkan dari insiden tersebut.
Pada Oktober 2018, sebuah Boeing 737 Max milik maskapai Lion Air jatuh ke Laut Jawa, menewaskan 189 orang di dalamnya. Cacat desain dan kurangnya panduan bagi pilot pada fitur sistem penerbangan Boeing 737 tersebut disinyalir sebagai penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Pada Maret 2019 sebuah pesawat Boeing 737 Max lainnya juga mengalami kecelakaan di Ethiopia menewaskan keseluruhan 157 orang di dalamnya. Setelah kedua kecelakaan itu, pesawat Boeing jenis tersebut dilarang beroperasi. Setelah 20 bulan tidak mengudara Boeing 737 Max diijinkan terbang kembali November tahun lalu.