Kandidat yang Diusung Koalisi Partai Pendukung Jokowi Dominasi Pilkada

Seorang pengamat politik mengatakan hasil Pilkada tidak otomatis bisa dijadikan patokan Pilpres 2019.
Arie Firdaus
2018.06.27
Jakarta
180627_ID_Pilkada_1000.jpg Petugas mendekorasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilkada serentak seperti dapur di Desa Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, 27 Juni 2018.
Eko Widianto/BeritaBenar

Sejumlah calon gubernur yang diusung koalisi partai pendukung Presiden Joko "Jokowi" Widodo dilaporkan menang berdasarkan hitung cepat pemilihan kepala daerah atau Pilkada serentak yang digelar Rabu, 27 Juni 2018.

Kemenangan bahkan didapat di beberapa provinsi berkantung suara besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Hasil yang kemudian dinilai pengamat dapat menguntungkan Jokowi dan pengusungnya: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk menghadapi pemilihan umum dan pemilihan presiden tahun depan.

"Apalagi melihat hasil Jawa Barat, Deddy Mizwar (calon Partai Demokrat) ternyata juga tidak menang," kata pengamat politik Universitas Padjadjaran, Muradi, kepada BeritaBenar.

"Coba jika menang, Demokrat akan merasa punya kantong suara di Jawa Barat dan berani lobi partai lain untuk memunculkan calon sendiri di Pilpres dan mengubah peta politik 2019."

Partai Demokrat -- selain Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), memang belum menentukan kubu koalisi untuk menghadapi pemilihan presiden 2019.

"Tapi dengan hasil ini, kemungkinan tidak akan ada perubahan skenario. Hanya tetap ada dua koalisi di 2019 nanti. Cukup menguntungkan bagi PDI-P dan Jokowi," tambah Muradi.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, Ridwan Kamil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum memenangkan Pilkada Jawa Barat dengan perolehan suara lebih dari 32 persen.

Posisi kedua ditempati Sudrajat - Ahmad Syaikhu yang diusung PKS, Gerindra, dan PAN dengan perolehan suara lebih dari 29 persen, disusul pasangan dari Partai Golkar dan Demokrat, Deddy Mizwar – Dedy Mulyadi yang meraih 25 persen suara dan pada posisi terakhir adalah calon PDIP, Tubagus Hasanuddin - Anton Charliyan yang mendapat 12 persen.

Meski tidak didukung PDI-P, Ridwan Kamil  yang merupakan mantan Wali Kota Bandung disokong partai koalisi pendukung Jokowi, yaitu Nasdem, PPP dan Hanura.

Di Jawa Tengah, calon petahana Ganjar Pranowo berpasangan dengan Taj Yasin yang diusung PDIP, Golkar, Demokrat, PPP, dan Nasdem meraup lebih dari 58 persen suara, mengalahkan pasangan calon dari Gerindra, PKS, PAN, PKB, dan PBB yaitu Sudirman Said dan Ida Fauziah yang mendapat 41 persen lebih.

Hasil mengejutkan terjadi di Jawa Timur, dimana pasangan Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak meraih 54 persen lebih, mengalahkan calon petahana Saifullah Yusuf - Puti Guntur Soekarno yang mendapat lebih dari 45 persen.

Khofifah yang mengundurkan diri dari Menteri Sosial Pemerintahan Jokowi untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Timur diusung Demokrat, Nasdem, PAN, Hanura, Golkar, PPP, dan PKPI. Sedangkan, Saifullah dicalonkan koalisi PDIP, PKB, Gerindra, dan PKS.

Hasil hitung cepat, dua provinsi yang pasangan calonnya dimenangkan koalisi Gerindra yaitu Sumatera Utara dan Kalimantan Timur. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat, calon yang diusung PKS dan Demokrat meraih kemenangan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU), rekapitulasi suara Pilkada masih akan dilakukan sampai sepekan ke depan. Hingga nantinya diumumkan secara resmi pada 9 Juli 2018.

Petugas mengenakan pakaian adat Minang di Parapuak Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, 27 Juni 2018. (M. Sulthan Azzam/BeritaBenar)
Petugas mengenakan pakaian adat Minang di Parapuak Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, 27 Juni 2018. (M. Sulthan Azzam/BeritaBenar)

‘Tidak mutlak tolak ukur’

Berbeda dengan Muradi, pengamat politik Universitas Paramadina, Toto Sugiarto, berpendapat hasil Pilkada 2018 tidak otomatis dapat dijadikan patokan pemilihan presiden tahun depan.

"Sekilas mungkin bisa dianggap sejalan dengan hasil Pemilu 2019," kata Toto.

"Tapi kalau dilihat lebih detail, tidak semudah itu. Pilkada juga dipengaruhi ketokohan. Lagipula politik tidak pernah linier."

Toto mencontohkan pemilihan Gubernur Maluku dalam Pilkada ini berdasarkan hasil hitung cepat memenangkan Murad Ismail, yang diusung oleh koalisi PDI-P dan Gerindra.

"Jadi tidak mutlak hasil Pilkada kali ini dapat dijadikan tolak ukur Pemilu dan Pilpres 2019," tambahnya.

Selain di Maluku, calon Gerindra juga memenangkan pemilihan kepala daerah Sumatera Utara. Mereka mengalahkan calon diusung PDI-P yaitu Djarot Saiful Hidayat -mantan Gubernur DKI Jakarta.

Warga berada di bilik suara yang bertema tentang Piala Dunia untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada serentak di Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 27 Juni 2018. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Warga berada di bilik suara yang bertema tentang Piala Dunia untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada serentak di Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 27 Juni 2018. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Tidak ditemukan masalah

Pilkada serentak 2018 yang digelar di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota dengan jumlah pemilih tercatat lebih dari 152 juta ini berjalan aman.

Untuk menarik minat pemilih, sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) dihias dengan tema-tema tertentu, seperti Piala Dunia, warung, bahkan horror, seperti sebuah TPS di Semarang, dimana anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tempat itu berpakaian layaknya hantu.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan HAM, Wiranto, dalam keterangan pers di Mabes Polri berharap para calon kepala daerah menyikapi hasil hitung cepat dengan bijaksana.

"Tidak terlalu emosional, baik yang kalah atau yang menang," ujar Wiranto, "kita jaga hingga perhitungan selesai. Sikapi dengan kesatria."

Adapun Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dalam kesempatan sama mengatakan tidak ada masalah berarti yang ditemukan dalam pelaksanaan Pilkada 2018.

"Hanya ditemukan satu petugas KPPS yang membawa kabur logistik pilkada di Jayawijaya, Papua," ujar Tito.

"Tapi kini sudah dibawa ke kantor polisi. Itu juga hanya di satu TPS.”

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.