2 Polisi dan 1 Camat Tewas Ditembak di Papua

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua mengatakan kekerasan menjelang maupun saat Pilkada belum tentu dilakukan kelompok separatis bersenjata.
Victor Mambor
2018.06.28
Jayapura
180628_id_pilkada_papua.jpg Proses perhitungan suara sebuah tempat pemungutan suara di Kelurahan Kalisusu, Kabupaten Nabire, Papua, 9 Desember 2015. Pilkada Papua tahun ini diwarnai beberapa insiden termasuk tewasnya dua polisi dan seorang camat di Kabupaten Puncak Jaya seusai mengamankan logistik Pilkada.
BeritaBenar

Dua anggota polisi dan seorang camat tewas ditembak dalam penghadangan kelompok bersenjata yang belum diketahui identitasnya di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Rabu sore waktu setempat, 27 Juni 2018.

Kapolda Papua Irjen Pol. Boy Rafli menyatakan tujuh polisi yang bertugas mengamankan logistik Pilkada Gubernur di kawasan Distrik Torere selamat dalam penghadangan yang menewaskan dua polisi dan camat setempat, Obaja Froaro.

"Tujuh polisi selamat, termasuk tiga anggota yang sebelumnya dilaporkan hilang," katanya kepada wartawan di Jayapura, Kamis.

Boy menambahkan ketujuh anggota yang selamat telah berada di Polsek Dabra, wilayah Polres Mamberamo Raya dan segera dievakuasi ke Jayapura bersama kedua mayat polisi.

Kedua anggota yang meninggal dalam insiden tersebut yakni Ipda Jesayas H. Nusi dan Brigpol Sinton Kabarek. Mereka adalah anggota Polres Puncak Jaya.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ahmad Kamal, menjelaskan penghadangan itu terjadi saat Ipda Jesayas bersama Camat Torere dan delapan anggota yang tergabung dalam pengamanan Pilkada Gubernur Papua di Kabupaten Puncak Jaya hendak pulang ke Distrik Torere menggunakan dua perahu motor.

Pemilihan Gubernur Papua merupakan salah satu dari 171 Pilkada serentak yang dilakukan pada 27 Juni 2018.

“Speed boat pertama yang ditumpangi masyarakat berhasil lolos sedangkan speed boat yang ditumpangi camat dan anggota mendapat tembakan dari darat,” katanya.

Penghadangan itu terjadi sekitar pukul 16.00 WIT di sekitar tebing sungai yang dilalui perahu motor yang dalam perjalanan pulang usai mencoblos di Distrik Mamberamo Hulu ke Distrik Torere.

Dalam insiden itu, dua senjata api jenis SS1 dan AK 101 hilang yang diduga hanyut di sungai, kata Kamal.

Mempertanyakan

Izaak Rumbarar, pengurus DPD Golkar Papua, mempertanyakan peristiwa penembakan menjelang dan saat hari H pencoblosan. Dia juga meminta masyarakat tak terpengaruh dengan insiden di Nduga dan Torere.

Pada Senin lalu, tiga warga sipil tewas ditembak dan dua lainnya mengalami luka-luka setelah kelompok bersenjata menembak pesawat yang mengangkut anggota brimob pemantau persiapan Pilkada, saat pesawat itu mendarat di Bandara Keneyam, Nduga. Sedangkan pada Jumat lalu, sebuah pesawat lainnya ditembak di tempat yang sama dan melukai seorang co-pilotnya.

“Ini harus diungkap tuntas agar tidak berdampak pada kepentingan besar lainnya di Papua,” ujarnya.

Kepentingan besar lain itu, menurut Izaak,  salah satunya adalah akses transportasi yang sedang dibangun pemerintah atas inisiatif Presiden Joko Widodo di Nduga.

Dia juga menduga insiden-insiden kekerasan ini berkaitan dengan perolehan suara salah satu pasangan calon Pemilihan Gubernur karena terjadi di kantong-kantong suara calon dimaksud.

Tetapi, Izaak tidak bersedia menyebutkan siapa pasangan calon yang dimaksudnya.

Pilkada Gubernur Papua diikuti dua pasangan calon yaitu Lukas Enembe - Klemen Tinal yang diusung Demokrat, Golkar, Hanura, PKB, PAN, PKS, Nasdem, PKPI, PPP, serta PBB dan pasangan John Wempi Wetipo - Habel Melkias Suwea yang diusung PDIP, Gerindra dan Perindo.

“Selain mengembosi suara salah satu calon, juga memberi opini bahwa kepemimpinan calon tersebut tidak bisa menjamin kondisi keamanan akan lebih baik,” ujar Izaak.

Akibat insiden bersenjata di Nduga, pelaksanaan Pilkada di kabupaten tersebut harus ditunda.

“Pelaksanaan Pilkada Gubernur di Nduga akan diambil alih oleh KPU Provinsi,” ungkap Penjabat Gubernur Papua, Soedarmo.

Belum tentu separatis

Sedangkan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), John Gobay, memandang insiden kekerasan bersenjata yang terjadi menjelang maupun saat Pilkada belum tentu dilakukan kelompok yang sering disebut oleh aparat keamanan sebagai separatis.

“Saya belum yakin ini dilakukan kelompok bersenjata yang disebut sebagai separatis itu sebab Pilkada kali ini banyak kejadian aneh. Saya menduga bahwa ada yang seting agar Papua kacau,” katanya.

Menurut Gobay, insiden-insiden kekerasan sedang menegaskan bahwa Papua sebagai daerah rawan konflik.

Dia berharap aparat keamanan, terutama kepolisian, dapat memahami psikologi rakyat Papua yang telah sekian lama mengalami trauma fisik dan psikis dari aparat keamanan dalam memburu pelaku penembakan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.