Polisi tambah personel untuk perkuat keamanan setelah lima separatis Papua tewas
2024.01.24
Jakarta
Polda Papua mengumumkan pada Rabu pihaknya akan menambah personel untuk memperkuat keamanan menyusul baku tembak dan pembakaran rumah warga serta aparatur sipil negara di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah.
Baku tembak antara pasukan TNI-Polri dengan anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), yang merupakan sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), juga telah menewaskan satu personel polisi dan lima anggota kelompok separatis Papua tersebut.
“Akan kita perkuat dari pihak keamanan, termasuk dalam waktu dekat dari Tim Satgas Damai Cartenz 2024,” ucap Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri dalam keterangannya pada Rabu (24/1).
“Saya minta untuk mem-back-up polres dahulu supaya proses-proses penyelidikan dan penyidikan berjalan sebagaimana kita diharapkan.”
Mathius juga meminta Kapolres Intan Jaya AKBP Afrizal Asri untuk mengumpulkan keterangan masyarakat sebanyak-banyaknya maupun saksi yang berada di tempat kejadian.
“Proses penyelidikan tersebut telah berjalan, saya minta untuk tidak ada lagi yang dipelintir dengan isu-isu lain yang tidak berdasar,” ungkap Mathius.
Mathius berharap situasi di wilayah Papua bisa dijaga karena dalam beberapa hari ke depan kegiatan pendistribusian logistik pemilu akan berlangsung.
Untuk itu, kata Mathius, Polda Papua telah mempersiapkan 8.617 personel dan tambahan ratusan personel tentara mengamankan tempat pemungutan suara pada pemilu 14 Februari mendatang.
Pada Jumat (19/1), TPNPB menyerang aparat keamanan hingga menyebabkan satu personel Operasi Damai Cartenz 2024, Bripda Alfandi Steve Karamoy, gugur.
Tak hanya itu, TPNPB juga melakukan pembakaran terhadap salah satu rumah dinas aparatur sipil negara di wilayah tersebut pada Sabtu (20/1).
Pemberontak TPNPB pada Senin (22/1) juga membakar empat rumah warga yang merupakan rumah bantuan Dinas Sosial Kabupaten Intan Jaya.
“Tidak ada korban dalam aksi pembakaran ini,” ujar Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo saat dikonfirmasi BenarNews.
Namun Benny tidak memberikan keterangan lebih rinci soal jumlah tambahan polisi yang akan diterjunkan untuk memperkuat keamanan di Kabupaten Intan Jaya.
“Belum ada keterangan terkait informasi tersebut. Namun itu sudah kami rencanakan,” jelasnya.
AKBP Bayu Suseno, juru bicara Satuan Tugas Damai Cartenz – yang menangani pemberontakan di Papua – mengatakan pihaknya juga telah menewaskan lima anggota TPNPB di Kabupaten Intan Jaya.
“Belum ada info tambahan (jumlah TPNPB yang tewas). Dari pihak TNI-Polri, tidak ada yang terluka,” kata Bayu kepada BenarNews.
Bayu menerangkan empat orang tewas pada Minggu (21/1) yaitu Oni Kobagau, Jaringan Belau, Agustia, dan Ones Jabugau.
Dia mengatakan serangan terbaru TPNPB terjadi pada Selasa (23/1) sekitar pukul 09.30 WIT.
Kejadian bermula ketika pesawat Satuan Tugas Damai Cartenz yang akan mendarat di Intan Jaya, ditembaki oleh anggota TPNPB.
Personel TNI kemudian melakukan tembakan balasan yang menewaskan satu personel TPNPB.
"Pantauan drone menunjukkan bahwa satu anggota KKB, bernama Melkias Maisani, tewas dalam serangan tersebut, baik jenazah maupun senjata api yang digunakan telah dibawa kabur oleh rekan KKB lainnya,” jelas Bayu merujuk kepada Kelompok Kriminal Bersenjata yang merupakan nama kelompok separatis Papua versi pemerintah.
Bayu menegaskan peristiwa ini menunjukkan upaya keras pasukan keamanan dalam menanggapi serangan dari kelompok bersenjata yang terus mengancam keamanan di wilayah Intan Jaya.
“Pihak berwenang terus mengintensifkan upaya untuk menangani situasi keamanan di daerah tersebut, sambil terus memantau perkembangan dan memberikan perlindungan maksimal kepada masyarakat setempat,” ucap Bayu.
Bayu juga menghimbau kepada warga masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang datang dari sumber tidak jelas.
>>> Untuk berita terkini terkait Pemilu 2024, klik di sini.
TPNPB bantah
Sementara itu, TPNPB membantah lima anggotanya ditembak mati oleh TNI-Polri.
Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menegaskan lima orang yang ditembak tersebut adalah warga sipil.
Dia juga mengatakan hanya satu anggota TPNPB yang tertembak aparat tapi kini masih hidup.
“Lima orang yang ditembak militer dan polisi Indonesia itu adalah masyarakat sipil Orang Asli Papua (OAP) yang berasal dari Suku Moni,” kata Sebby Sambom dalam keterangan tertulisnya kepada BenarNews.
Sebaliknya, Sambom mengklaim TPNPB telah menembak mati satu anggota aparat keamanan Indonesia di Intan Jaya.
“Brigjen Undius Kogoya dan Apeni Kobogau bertanggung jawab atas tewasnya satu teroris Indonesia di Kabupaten Intan Jaya,” jelas Sebby.
Sebby juga meminta TNI, Polri, untuk segera meninggalkan wilayah Intan Jaya yang diklaim datang untuk membunuh warga sipil.
“Dan perang kami tidak akan berhenti sampai Papua mereka dan itu tujuan kami,” jelasnya.
Pemicu konflik di Intan Jaya
Cahyo Pamungkas, peneliti Papua dan Profesor Riset pada Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan ada beberapa faktor mengapa Intan Jaya kerap menjadi pusat pertempuran antara aparat pemerintah Indonesia dengan TPNPB.
Pertama, kata dia, menguatnya perlawanan TPNPB di daerah-daerah Papua karena perjuangan melalui penyampaian aspirasi di perkotaan seperti Jayapura sudah tidak mendapat tempat.
Banyak OPM dan kelompok masyarakat sipil Papua yang mau melakukan demonstrasi dan menyatakan berpendapat di Jayapura langsung ditangkap aparat pemerintah, ujar Cahyo.
“Karena kelompok resistensi yang di kota ditekan, OPM akhirnya melakukan ekspansi territorial ke wilayah pegunungan untuk menunjukkan eksistensi,” ujar Cahyo kepada BenarNews.
Faktor kedua, perebutan pengelolaan sumber daya alam di Intan Jaya.
Menurut Cahyo, Intan Jaya kaya akan emas, perak, dan tembaga. Jadi peperangan di Intan Jaya tidak lepas dari konflik penguasaan sumber daya alam antara aparat pemerintah dengan TPNPB.
“Papua itu bukan tanah kosong. TPNPB tidak setuju dengan eksplorasi emas PT Blok Wabu karena berdiri di lahan masyarakat adat Suku Moni,” jelasnya.
Faktor ketiga, banyak personel TNI-Polri turun ke daerah-daerah di Papua menjelang pemilu untuk melakukan pengamanan.
Situasi ini membuat TPNPB memanfaatkan momentum untuk melancarkan aksinya, kata Cahyo.
“TPNPB tidak peduli dengan pemilu karena mereka menanggap ini pemilu kolonial. Tapi ini momen bagi untuk menyerang personel TNI-Polri saat mereka fokus ke pemilu,” jelas Cahyo.
Arie Firdaus berkontribusi dalam berita ini.