Analis: Lawatan luar negeri perdana Presiden Prabowo tandai kembalinya Indonesia ke kancah global
2024.11.05
Jakarta
Kunjungan perdana Presiden Prabowo Subianto ke lima negara minggu ini merupakan tanda yang jelas bahwa Indonesia berencana kembali ke panggung dunia sebagai pemain kunci, kata para analis.
Menurut para pakar diplomasi, hal ini menandai pergeseran ke arah kebijakan luar negeri yang lebih tegas yang mencerminkan visi pribadi Prabowo mengenai peran Jakarta dalam urusan global.
Prabowo yang dilantik 20 Oktober lalu memulai perjalanan 12 hari minggu ini ke China, Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Inggris. Perjalanannya ini mencerminkan keinginan Prabowo untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara adikuasa dan negara-negara berkembang, kata para analis.
Bagi Prabowo, yang memiliki pengalaman internasional sejak muda dan karier militer yang panjang, kebijakan luar negeri telah lama menjadi minat pribadinya.
“Baginya, adalah hal yang wajar untuk berperan lebih langsung dalam membentuk hubungan global Indonesia,” kata Rizky Ihsan, kandidat PhD di Universitas Griffith di Australia yang meneliti hubungan internasional Indonesia-China.
Keputusan Prabowo menunjuk Sugiono – bekas anak didiknya di Kopassus yang tidak memiliki latar belakang diplomatik – sebagai menteri luar negeri, mencerminkan keinginannya untuk menjaga kebijakan luar negeri selaras dengan agenda politiknya yang lebih luas, ujar Rizky.
“Pilihan ini menggambarkan keterkaitan pribadi dan ideologis Prabowo terhadap urusan internasional,” tambah Rizky.
Prabowo juga bermaksud "untuk mengambil peran yang lebih aktif di forum internasional dan dalam menangani masalah global," kata Rizky, saat ia merujuk pada keputusan Indonesia untuk mencari keanggotaan dalam blok ekonomi BRICS.
Hal ini merupakan pembalikan dari kepemimpinan pendahulunya, Joko “Jokowi” Widodo, yang tampak ragu untuk bergabung dengan kelompok ekonomi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan itu.
"Indonesia juga menunjukkan antusiasme yang lebih besar untuk memainkan peran penting di tengah politik kekuatan besar antara Tiongkok dan AS," tambah Rizky.
Di bawah Jokowi, Indonesia sering fokus pada isu pragmatis dalam kebijakan luar negeri yang berdampak langsung pada ekonomi, sementara keputusan strategis yang lebih luas dipercayakan kepada menteri luar negerinya.
Perjalanan Prabowo diawali dengan kunjungan ke Beijing pada 8 - 10 November, di mana ia akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang, dan pejabat senior Partai Komunis China, kata Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Selasa.
Prabowo sebelumnya telah bertemu dengan Xi pada awal tahun ini, atas undangan Xi. Hal ini mengundang banyak perhatian karena Tiongkok adalah negara pertama yang dikunjungi Prabowo setelah memenangkan kursi kepresidenan.
Namun, setelah lawatannya ke China itu Prabowo langsung ke Jepang, sekutu dekat negara adidaya lainnya, AS, sehingga ia tidak dapat dituduh condong ke arah negara Beijing.
Saat pelantikannya sebagai presiden bulan lalu, Prabowo bertemu dengan Wakil Presiden Tiongkok Han Zheng.
Presiden Prabowo kemudian akan menuju Washington, untuk bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih. Tanggal pasti kunjungan itu belum dikonfirmasi.
Setelah kunjungan di AS, Prabowo dijadualkan di Peru dan Brasil, di mana ia akan menghadiri pertemuan terkait dengan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dan KTT G20.
Perhentian terakhir dalam lawatan diplomatiknya adalah London pada 19 November, di mana ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Wali Kota London Sadiq Khan.
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, agenda perjalanan Prabowo di Inggris mencakup pertemuan dengan Raja Charles di Istana Buckingham.
Muhammad Waffa Kharisma, peneliti di Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan perjalanan pertama Prabowo sebagai presiden menunjukkan keinginannya untuk menunjukkan pemahaman mendalam mengenai geopolitik global.
“Prabowo ingin menunjukkan bahwa ia memiliki visi geopolitik yang luas, terutama terkait persaingan AS-China,” ujar Waffa. “Kunjungan ini bertujuan mengamankan peran Indonesia dalam tatanan global.”
Rizky dari Griffith University mengatakan Indonesia akan menjadi lebih aktif dalam diskusi global, terutama karena hubungannya dengan Tiongkok dan AS semakin erat.
“Prabowo memposisikan Indonesia untuk memainkan peran penting di antara kedua negara adikuasa ini, terutama karena ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan AS terus meningkat,” katanya.
Pada saat yang sama, Indonesia tetap berkomitmen untuk mendiversifikasi hubungan perdagangannya, dan memperkuat hubungan ekonominya dengan negara-negara di belahan bumi selatan, termasuk Amerika Latin, kata para analis.
Kehadiran Prabowo di KTT G20 yang dihadiri 20 negara ekonomi teratas dunia (18-19 November) dan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (10-16 November) mengisyaratkan keinginannya untuk memperdalam keterlibatan dengan organisasi multilateral, kata para analis.
“Kunjungan awal ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia akan didorong oleh pertimbangan pragmatis – mengamankan kesepakatan perdagangan, meningkatkan kemitraan pertahanan, dan meningkatkan posisi global Indonesia,” kata Waffaa.
“Dengan caranya sendiri”
Reza Widyarsa, pakar hubungan internasional di Universitas Paramadina, mencatat bahwa perjalanan Prabowo mungkin bertujuan untuk menegaskan kemandirian Indonesia.
“Prabowo ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak bergantung pada satu negara dengan mencari alternatif untuk mendiversifikasi sumber daya untuk kebutuhan nasional kita,” ungkap Reza kepada BenarNews.
“Kita tidak lagi terlalu bergantung pada peralatan militer dari negara tertentu, sementara di masa lalu, biasanya dari AS atau Inggris,” tambahnya.
Meskipun mungkin tidak akan ada perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri Indonesia, Prabowo tampaknya bersemangat untuk menentukan jalannya sendiri, kata Vinsensio Dugis, kepala Pusat Studi ASEAN di Universitas Airlangga.
“Prabowo selalu dilihat sebagai figur yang dipengaruhi oleh warisan pihak lain, baik dalam karir militernya maupun kebangkitan politiknya melalui hubungan dengan Soeharto,” ujar Dugis. “Kini, sebagai presiden, ia ingin membuktikan bahwa ia bisa memimpin dengan caranya sendiri.”
“Keterlibatan Prabowo di luar negeri adalah tentang menunjukkan bahwa dia berbeda dari pendahulunya,” kata Dugis.