Putin dipastikan tidak hadir dalam KTT G20, Rusia diwakili Menlu
2022.11.10
Jakarta
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pekan depan, dan mengutus Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, kata Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Kamis (10/11).
Luhut mengatakan pemerintah Rusia sudah menyampaikan secara resmi kepada pihak Indonesia.
“Ya, ndak hadir, tadi sudah disampaikan juga. Dia kirim Menlunya untuk datang,” kata dia kepada wartawan.
Sementara itu, sejumlah pakar mengatakan ketidakhadiran Putin justru bagus karena tidak akan membawa efek terhadap keberhasilan bagi penyelenggaraan G20.
Pemerintah Indonesia, kata Luhut, menghormati keputusan tersebut, menambahkan bahwa Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga sudah berupaya berkomunikasi dengan Presiden Putin beberapa waktu lalu.
Luhut mengatakan tidak mengetahui alasan presiden Rusia tersebut urung menghadiri langsung KTT G20 secara langsung.
“Mungkin karena Presiden Putin sibuk di rumah. Keputusan ini harus dihormati. Apa pun keputusan Rusia itu untuk kebaikan kita bersama dan yang terbaik untuk kita semua,” lanjut Luhut.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyatakan ada 17 kepala negara anggota G20 yang mengonfirmasi menghadiri langsung KTT G20 di Bali, antara lain Presiden AS Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Presiden Jokowi juga sempat menghubungi Putin sekaligus Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk memastikan kedua pemimpin negara yang sedang berperang itu bisa hadir di Bali.
“Sepertinya (Presiden Zelenskyy) tidak akan hadir,” kata Vasyl Harmianin, Dubes Ukraina untuk Indonesia, kepada BenarNews.
Presiden Zelenskyy kemungkinan berpartisipasi secara virtual dalam KTT G20, seperti disampaikan juru bicaranya Serhiy Nykyforov, Selasa lalu.
Ukraina bukan anggota G20 namun presidennya diundang sebagai pengamat.
Sebelumnya Zelenskyy pernah mengatakan bahwa dia tidak akan berpartisipasi dalam KTT itu jika Putin hadir di Bali.
Menurut Kantor Berita Rusia RIA, Presiden Putin kemungkinan mengambil bagian dalam konferensi tersebut secara daring.
“Format keikutsertaan Presiden Vladimir Putin sedang disusun. Ada kemungkinan dia hadir virtual,” kata kantor berita tersebut mengutip salah satu diplomat Rusia.
Keputusan Putin tidak hadir mengemuka sehari setelah penarikan pasukannya dari Kherson, kota sisi barat Sungai Dnipro, yang merupakan garis depan pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina.
Kherson merupakan salah satu dari empat kawasan yang telah diklaim oleh Presiden Putin sebagai bagian dari Rusia pada September lalu.
Kantor PBB urusan Hak Asasi Manusia melaporkan sejak invasi militer Rusia pada 24 Februari hingga awal Oktober, lebih dari 6.100 warga sipil Ukraina tewas dan setidaknya 9.000-an lainnya luka-luka. Sementara itu14 juta rakyat Ukraina tercerabut dari tempat tinggal mereka, menurut Kantor PBB urusan Pengungsi.
Putin takut dikudeta
Pakar hubungan internasional dari Deakin University Greg Barton mengatakan absennya Putin dari pertemuan G20 merupakan hal yang positif karena jika presiden Rusia itu hadir maka akan mengganggu pertemuan tersebut.
“Setiap pihak akan mendapatkan keuntungan. Putin takut akan kudeta Kremlin. Meninggalkan Moskow saat ini terlalu berisiko,” ujarnya kepada BenarNews.
Sementara Ukraina, menurut Barton, pidato virtualnya akan menarik banyak perhatian.
Menurut Barton, Putin memaksakan perang Ukraina untuk menunjukkan kebesaran kekaisaran Rusia dan mengesampingkan keputusan kolektif demi mengklaim dirinya lebih besar dari pemimpin Rusia mana pun sejak Stalin.
“Ada banyak elite Rusia yang ingin melihat dia pergi. Jika dia bertahan tahun 2022 maka tahun 2023 akan lebih berbahaya karena biaya dari invasi sembrononya tidak dapat lama ditekan,” kata dia.
Selain itu, kata Barton, ketidakhadiran Putin akan membantu AS dan anggota G20 lainnya, termasuk China, untuk fokus pada keterlibatan yang konstruktif, termasuk kemungkinan peningkatan hubungan antara Barat dan Beijing.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Airlangga Radityo Dharmaputra mengatakan ketidakhadiran Putin pada KTT G20 ini tidak akan terlalu berdampak pada hasil pertemuan tersebut karena tidak akan tercapai keputusan bersama.
“Sudah diperkirakan dia tidak akan datang. Sulit dibayangkan ketika Rusia datang di tengah negara-negara yang menentangnya. Dia tidak ingin malu di hadapan banyak pemimpin negara dunia. Apalagi Rusia baru dipukul mundur di Ukraina jadi banyak tekanan dalam negeri,” ujar Radityo kepada BenarNews.
Menlu Rusia Sergei Lavrov sempat meninggalkan ruangan saat pertemuan Menlu G20 di Bali Juli lalu karena dikritik sejumlah negara soal invasi negaranya ke Ukraina.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia meninggalkan pertemuan Dewan Keamanan PBB ketika Presiden Dewan Eropa Charles Michel menuduh Moskwa memicu krisis pangan global akibat menginvasi Ukraina.
Menurut Radityo, kondisi terakhir Rusia memang tidak memungkinkan meninggalkan negaranya karena banyak warga Rusia sendiri yang sebenarnya tak menginginkan perang.
“Kalau tiba-tiba dia pergi ke G20 lalu dikudeta bagaimana?” ujarnya.
Citra Indonesia
Radityo menilai citra Indonesia sebagai tuan rumah akan ditentukan dalam sikap yang diambil pemerintah pada pertemuan tersebut, bukan semata karena keberhasilan menghadirkan semua negara anggota.
“Padahal bukan soal kehadiran tapi hasilnya apa. Joint Communique juga tidak ada, misal ada menyentuh soal Rusia - Ukraina, pasti Rusia tidak setuju jadi tidak akan tercipta keputusan bersama. Seperti buah simalakama. Rusia datang bingung, tidak datang juga tidak akan ada hasilnya,” kata dia.
“Sulit untuk menyelesaikan isu ekonomi yang lain, sebelum menyelesaikan perang, karena sumber dari masalah ekonomi global seperti krisis pangan, krisis energi ya penyebabnya perang Rusia-Ukraina,” tambah Radityo.
Selama ini, ujar dia, justru negara Barat tidak mau jika Rusia diundang bahkan beberapa negara anggota pernah mengancam akan memboikot Rusia jika Putin datang, sebagai reaksi atas invasi militer Kremlin di Ukraina.
Indonesia menolak segala tekanan dari negara Barat untuk tidak mengundang Putin dan mengeluarkan Rusia dari G20, sebaliknya menegaskan bahwa semua anggota berhak untuk datang.