Pengamanan dan Harapan dari Liburan Raja Salman di Bali

Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia Bali, meski jumlahnya terkecil, pengeluaran turis Timur Tengah justru terbesar.
Anton Muhajir/BeritaBenar
2017.03.10
Nusa Dua
kingsalman_1000.jpg Pantai di Hotel Saint Regis, Nusa Dua, Bali, dipagari selama menjadi tempat menginap Raja Salman dari Arab Saudi. Foto diabadikan 10 Maret 2017.
Anton Muhajir/BeritaBenar

Dua petugas keamanan Kerajaan Arab Saudi langsung menghardik saat BeritaBenar mendekat ke arah pantai di belakang Hotel St Regis Nusa Dua, Jumat, 10 Maret 2017. Dari jarak sekitar 100 meter, mereka sudah mengibaskan tangan ke depan, gerakan menyuruh pergi.

No... No..,” salah satu dari mereka berteriak sambil menggoyangkan telunjuk tangan kanannya.

Mereka menjaga pantai yang biasanya terbuka buat umum. Sejak beberapa hari lalu, pantai itu tertutup pagar dari bambu setinggi 2 meter. Tak ada yang boleh melewati pantai itu tanpa izin petugas keamanan tersebut.

Salah satu petugas Arab Saudi itu menyuruh seorang anggota TNI yang juga berjaga untuk mengecek kamera BeritaBenar. Anggota TNI berpakaian hijau loreng lengkap dengan senjata laras panjang mendekat.

“Cek kameranya sebentar saja. Biar mereka melihat saya sudah bekerja. Dimaklumi saja. Mereka memang gawat banget,” kata personel TNI dalam bahasa Bali.

Bersama dua petugas keamanan Arab Saudi, anggota TNI menjaga sisi timur pantai yang menghadap Samudera Hindia. Lokasi yang mereka jaga adalah pantai tempat menginapnya Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al-Saud.

Berjarak 150 meter dari mereka, dua petugas berpakaian loreng bersiaga. Mereka bahkan menyiapkan ranjang tidur lipat di situ. Di kawasan lebih luar, puluhan polisi juga berjaga-jaga lengkap dengan kendaraan taktisnya: perahu karet, sepeda motor, dan ATV.

Pengamanan ketat

Pengamanan area wisata Nusa Dua, Bali, memang diperketat selama kunjungan Raja Salman. Dia berlibur di kawasan elite itu pada 4-12 Maret 2017 setelah kunjungan kenegaraan di Jakarta dan mampir sebentar di Brunei Darussalam. Dari rencana semula hanya sampai 9 Maret, liburan Raja Salman diperpanjang hingga Minggu, 12 Maret 2017.

Salman dan sekitar 1.500 rombongan menginap di kawasan yang dikelola Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Dalam area seluas 350 hektar itu, ada 19 hotel berbintang. Rombongan Sang Raja menginap di lima hotel utama.

Hotel Saint Regis menjadi pilihan Salman. Anggota rombongan menginap di hotel sekitarnya, seperti JW Marriot, Laguna, Hilton, dan Westin. Tarif hotel itu berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 63 juta per malam.

Karena ketatnya pengamanan, tak ada satupun orang boleh melintas, termasuk para pedagang acung yang sehari-hari berjualan di pantai berpasir putih itu.

“Sudah dikasih tahu petugas (keamanan) tidak boleh mendekat. Kami sebal, tapi mau bagaimana lagi,” kata Ni Kadek Meti, seorang pedagang acung.

Siang itu, dia membuat banten, persembahan saat umat Hindu Bali sembahyang, bersama dua temannya. Mereka berteduh di pagar hotel lain berjarak sekitar 200 meter dari lokasi Raja Salman menginap.

Berbeda dengan Meti, para turis di sana mengaku tidak terlalu peduli pada liburan Salman yang memblokir sebagian kawasan pantai.

“Nusa Dua memang kawasan privat, tidak seperti di Kuta atau Sanur. Jadi kami maklum saja kalau dia tidak mau diganggu,” ujar Jonathan, turis dari Jerman.

Meski sebagian hotel diblokir, ratusan turis lain asyik menikmati pantai. Mereka memenuhi Pantai Mengiat di timur Hotel St Regis. Ada yang asyik berjemur, mandi di pantai, atau sekadar duduk di kursi malas.

Seorang petugas keamanan berjalan di pantai sebagai bagian dari penjagaan keamanan Raja Salman yang berlibur di Nusa Dua, Bali, 10 Maret 2017. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Tren meningkat

Kalangan pelaku pariwisata di Bali menyambut antusias kedatangan Raja Salman. Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang akrab dipanggil Cok Ace, liburan Raja Salman di Bali sangat berpengaruh.

Pertama, menurutnya, karena yang berlibur adalah seorang raja sehingga menjadi promosi bagi Bali. “Kalau seorang raja saja sudah berlibur di Bali, maka rakyatnya juga akan mengikuti,” katanya.

Kedua, kunjungan itu memutuskan mitos susahnya Bali menembus pasar Timur Tengah. Mitos itu, kata Cok Ace, karena anggapan turis dari negara-negara Muslim tidak suka dengan budaya Bali. Faktanya, mereka justru menikmati budaya Bali, tidak hanya pantai.

Tentang isu Raja Salman dan rombongannya meminta pelaku pariwisata Bali menutup patung-patung telanjang misalnya, Cok Ace membantahnya. “Mereka justru menikmati budaya Bali yang apa adanya,” katanya.

Berdasarkan data, kunjungan turis dari Timur Tengah ke Bali meningkat. Cok Ace menyebut dari sisi jumlah, turis Timur Tengah belum mencapai 50 ribu orang per tahun.

Tapi, dari sisi peningkatan, jumlahnya jauh lebih besar. Dari 2015 ke 2016, jumlah turis Timur Tengah meningkat hingga 59 persen.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah turis dari Timur Tengah dan Afrika selama ini masih sedikit. Hingga akhir 2015 lalu, jumlah turis mancanegara paling banyak dari kawasan Asia Pasifik dengan sekitar 8 juta turis, disusul Eropa sekitar 1,4 juta, dan Amerika 401 ribu. Adapun turis Timur Tengah dan Afrika sekitar 300 ribu.

Meski jumlahnya terkecil, menurut Cok Ace, pengeluaran turis Timur Tengah justru terbesar. Dalam tiga hari kunjungan, rata-rata turis asing di Bali menghabiskan uang $1.200. Namun, turis Timur Tengah bisa menghabiskan dua kali lipatnya, $2.400.

“Itu yang kita suka dari mereka,” katanya.

Cok Ace berharap, jika nantinya Raja Salman berinvestasi, mereka agar bisa memilih sektor infrastruktur, bukan fasilitas pariwisata. Hal itu karena Bali sudah memiliki hotel berlebih. Dia sendiri mengaku belum pernah mendengar apakah Raja Salman jadi berinvestasi atau tidak.

“Kalau memang mau berinvestasi, lebih baik di infrastruktur seperti bandara, jalan raya, atau penerbangan. Itu yang Bali perlukan saat ini,” pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.