Ratusan ribu warga Timor-Leste hadiri misa Paus Fransiskus yang soroti hubungan negara-gereja

Ahmad Syamsudin
2024.09.10
Jakarta
Ratusan ribu warga Timor-Leste hadiri misa Paus Fransiskus yang soroti hubungan negara-gereja Umat Katolik berkumpul dalam misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus di Dili, Timor Leste, pada 10 September 2024.
Willy Kurniawan/Pool via AFP

Paus Fransiskus pada Selasa di Timor-Leste menyampaikan pesan harapan, kerendahan hati, dan pembaruan dalam misa agung di hadapan sekitar 600 ribu umatnya, yang menyoroti hubungan yang kuat antara negara tetangga Indonesia tersebut dan Gereja Katolik.

Berpidato di hadapan jemaat Katolik di Taci Tolu, lapangan terbuka yang jaraknya sekitar 8 kilometer di sebelah barat ibu kota Dili, Paus memuji kelompok usia muda di negara yang populasi umat Katolik-nya 98% dari 1,4 juta penduduk sebagai simbol harapan bangsa.

"Betapa hebatnya bahwa di sini di Timor-Leste begitu banyak anak-anak," kata Paus dalam pidatonya. "Sungguh anugerah yang luar biasa bahwa begitu banyak orang muda hadir, yang terus-menerus memperbarui energi, kegembiraan, dan antusiasme rakyatnya."

Sebanyak 300.000 orang resmi mendaftar untuk misa tersebut, tetapi pihak keamanan mengizinkan mereka yang tidak mendaftar untuk tetap hadir, dengan membawa payung putih dan kuning — warna Vatikan — untuk melindungi diri mereka dari terik sinar matahari.

Paus Fransiskus tiba di negara bekas provinsi ke-27 Indonesia ini dan disambut dengan antusias pada Senin. Saat iring-iringan mobil Paus berjalan di sepanjang jalan, ribuan warga berbaris di sepanjang rute, melambaikan bendera Vatikan dan Timor-Leste.

Kunjungan tersebut menandai misi kunjungan ke-3 dari tur 12 harinya di kawasan Asia-Pasifik, yang merupakan perjalanan terpanjang selama masa kepausannya, setelah mengunjungi Indonesia dan Papua Nugini.

Paus dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Singapura pada Rabu dan kembali ke Roma pada Jumat.

Timor-Leste, yang juga dikenal sebagai Timor Timur, secara resmi memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada tahun 2002 setelah perjuangan yang keras, dan Gereja telah memainkan peran penting dalam perjalanan negara tersebut menuju perdamaian dan rekonsiliasi.

Rakyat Timor-Leste memilih kemerdekaan dari Jakarta melalui referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 30 Agustus 1999.

Timor-Leste masih menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Menurut data PBB, sekitar 40% penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

000_36FX2V4.jpg
Paus Fransiskus melambaikan tangan ke arah umat Katolik seusai memimpin misa suci di Dili, Timor-Leste, pada 10 September 2024. [Yasuyoshi Chiba/Pool via AFP]

Pada 1989, Paus Yohanes Paulus II memimpin misa di Taci Tolu, dengan tiga danau air asin dan garis pantai yang indah, selama kunjungan apostoliknya ketika negara itu masih di bawah pemerintahan Indonesia.

Untuk menghormati kunjungan tersebut, pemerintah Timor-Leste mendirikan patung Yohanes Paulus II setinggi enam meter, yang diresmikan pada tahun 2008, yang menghadap ke lapangan terbuka tempat misa hari Selasa berlangsung.

"Ini adalah berkat yang sangat saya syukuri," kata Ernestina Gomes, 38, seorang peziarah yang menghadiri misa tersebut.

"Saat Paus [Yohanes Paulus] pertama kali mengunjungi kami pada tahun 1989, saya masih kecil dan hanya bisa mendengar cerita," katanya kepada BenarNews.

"Pesan Paus tentang perdamaian, cinta kasih kepada sesama, dan solidaritasnya dengan kaum miskin sangat menyentuh hati kami semua."

Dalam khotbahnya di misa, Paus Fransiskus menekankan bahwa kebesaran sejati datang dari kerendahan hati dan memberi ruang bagi mereka yang membutuhkan.

"Dengan mengecilkan diri, kita mengizinkan Yang Mahakuasa melakukan hal-hal besar dalam diri kita," katanya, seraya mendesak umat beriman untuk tidak takut mengorbankan rencana dan ambisi pribadi untuk membantu sesama.

000_36FW2GJ.jpg
Paus Fransiskus menerima sambutan di acara misa suci di Dili, Timor-Leste, pada 10 September 2024. [Willy Kurniawan/Pool via AFP]

Namun, kunjungan Paus terjadi di tengah skandal baru-baru ini yang telah mencoreng reputasi Gereja di Timor-Leste.

Pada 2022, Vatikan mengakui bahwa Uskup Carlos Ximenes Belo, peraih Nobel Perdamaian, telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki.

Pengungkapan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh jurnalis Belanda Tjiyske Lingsma pada 2022. Sehari setelah laporan itu dirilis, Vatikan mengonfirmasi bahwa Belo telah dikenai sanksi secara diam-diam dua tahun sebelumnya.

Paus tidak membahas skandal itu secara langsung, tetapi selama pertemuan dengan para pejabat dan kelompok masyarakat sipil pada Senin, dia menyoroti kekhawatiran akan konsumsi alkohol yang berlebihan di kalangan pemuda.

Paus mendesak masyarakat untuk memberikan contoh teladan dan cita-cita yang positif untuk membantu menjauhkan kaum muda dari perilaku yang merugikan tersebut.

"Janganlah kita lupa bahwa anak-anak dan remaja ini telah dilanggar martabatnya, sebuah fenomena yang muncul di seluruh dunia," kata Paus.

"Sebagai tanggapan, kita semua dipanggil untuk melakukan segala yang mungkin untuk mencegah segala jenis pelecehan dan menjamin masa kanak-kanak yang sehat dan damai bagi semua kaum muda," katanya.

Dalam pidato paginya kepada para pendeta di Katedral Dikandung Tanpa Noda di Dili, Paus mengakui signifikansi geografis dan simbolis Timor-Leste, yang dia gambarkan sebagai "di ujung dunia" tetapi menjadi pusat pesan Kristen.

"Saya senang berada bersama Anda selama perjalanan ini di mana saya menjadi peziarah di tanah-tanah Timur," katanya.

Pada pertemuan tersebut, Santos Amaral, 68, seorang pendeta diosesan, menyoroti peran Gereja tidak hanya dalam kehidupan beragama tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan Timor-Leste.

Amaral mengingat kembali momen penuh ketegangan ketika dia diminta untuk membantu komandan pemberontak Xanana Gusmao, yang kini menjadi perdana menteri negara itu, dalam sebuah operasi penting pada tahun 1990-an.

"Komandan itu meminta saya untuk menemaninya ke zona timur," kata Amaral.

"Tidak ada orang lain yang dia percaya untuk menemaninya. Saya bingung, tetapi setelah berdoa memohon kebijaksanaan, saya tahu saya harus membantu."

Namun, perjalanan itu penuh dengan bahaya. Saat mereka mendekati zona timur, mereka bertemu dengan pasukan militer Indonesia.

"Ketika para prajurit memberi isyarat agar kami berhenti, Komandan Xanana menoleh ke saya dan berkata, 'Pastor, kita tidak akan berhasil kali ini,'" kenang Amaral. Amaral mengatakan bahwa dia memutuskan untuk memperkenalkan dirinya sebagai seorang pastor.

"Saya menurunkan kaca jendela mobil, memperlihatkan jubah saya, dan bertanya kepada mereka mengapa mereka menghentikan kami," katanya. Karena mengenalinya sebagai seorang Pastor, para tentara mengizinkan mereka lewat.

"Pakaian pastor saya menyelamatkan kami hari itu," kata Amaral. "Tuhan tahu bagaimana menjaga mereka yang telah Dia panggil dan utus untuk menjalankan misi."

Pada Senin, Paus Fransiskus memuji proses rekonsiliasi pascaperang di negara tersebut, dan menggambarkannya sebagai model bagi wilayah lain yang terkena dampak konflik.

"Semoga surga mengabulkan keinginan untuk perdamaian juga akan menang dalam situasi konflik lain di berbagai belahan dunia," kata Fransiskus.

_____
Tria Dianti di Jakarta berkontribusi pada laporan ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.