Polisi Usut Dugaan Pemerkosaan Pengungsi Rohingya di Aceh

Nurdin Hasan
2015.09.30
Banda Aceh
150930_ID_ROHINGYA_620.jpg Sejumlah perempuan pengungsi Rohingya di kompleks Balai Latihan Kerja, Desa Blang Ado, Aceh Utara, 15 Juni 2015.
BeritaBenar

Polisi mengusut dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap empat perempuan pengungsi etnis Rohingya yang ditangkap warga ketika mereka hendak kabur dari sebuah tempat penampungan di Provinsi Aceh.

“Kita masih mendalami informasi itu dan mengumpulkan data. Sejauh ini belum ada warga yang diperiksa, karena kita masih menunggu hasil visum dari tim dokter,” kata Kepala Polisi Resort Kota Lhokseumawe, Ajun Komisaris Besar Polisi Anang Triarsono, Rabu siang.

Dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual itu berawal ketika empat perempuan bersama dua pria dan tiga anak-anak pengungsi Muslim Rohingya hendak kabur dari tempat penampungan di Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara, Senin malam 28 September.

Sekitar satu kilometer dari lokasi penampungan, mereka dihadang warga setempat sehingga digeledah karena dikhawatirkan ada yang membawa senjata tajam. Warga menghubungi petugas barak penampungan, yang datang menjemput dengan mobil.

“Setelah dikembalikan ke barak, berhembus isu kalau empat perempuan mengalami pelecehan seksual oleh masyarakat,” ujar Anang kepada BeritaBenar.

“Tetapi isu itu belum tentu benar. Kita sedang dalami. Hasil visum belum juga kita terima. Polisi mengalami kendala karena tidak bisa bicara bahasa Rohingya sehingga perlu penerjemah.”

Akibatnya, ratusan pengungsi Rohingya yang terdampar di perairan Aceh 10 Mei lalu, menutup akses masuk ke barak penampungan. Mereka melarang relawan masuk ke areal penampungan hingga menjelang Selasa siang.

Tapi setelah pejabat Aceh Utara dan petugas UNHCR datang dan bernegosiasi, akses masuk dibuka. Dalam negosiasi itu, para pengungsi Rohingya melaporkan bahwa ada empat perempuan yang telah mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Muhammad Rasyid, seorang pengungsi Rohingya, menyatakan mereka menggembok pintu masuk barak karena marah setelah mendapatkan kabar ada perempuan yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual.

"Menurut cerita dari dua perempuan korban, mereka sempat ditelanjangi,” jelasnya kepada wartawan.

Situasi semakin memanas. Para pengungsi Rohingya mengungkapkan bahwa mereka tak mau tinggal di barak. Mereka ingin pergi ke Malaysia untuk bertemu keluarganya dan bekerja di negeri jiran tersebut.

Tinggalkan barak

Menjelang Selasa petang, hampir seluruh pengungsi Rohingya yang berjumlah lebih 200 orang, termasuk 100 lebih anak-anak, meninggalkan barak yang mereka tempati sejak awal Agustus lalu. Mereka berjalan kaki sambil membawa barang miliknya.

Begitu mengetahui para pengungsi meninggalkan barak, aparat keamanan meluncur ke lokasi dan mencegat mereka sekitar satu kilometer dari lokasi penampungan.

Pejabat pemerintah setempat bersama relawan dibantu aparat keamanan berusaha membujuk mereka untuk kembali ke barak penampungan. Akhirnya seluruh pengungsi berhasil diajak kembali ke barak.

Para pejabat Aceh Utara dan aparat keamanan meminta keempat perempuan yang mengaku diperkosa untuk bersedia divisum guna membuktikan apakah benar terjadi pemerkosaan dan pelecehan seksual atau tidak.

“Menjelang senja, saat tim medis hendak membawa empat perempuan yang diduga diperkosa dan mengalami pelecehan ke rumah sakit untuk divisum, para pengungsi berusaha menghalangi dan sempat melempar ambulans dengan batu,” kata seorang saksi mata.

Setelah dibujuk, dua dari mereka bersedia untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia.

“Untuk memastikan mereka benar diperkosa seperti diisukan, harus divisum di rumah sakit,” kata Anang.

Tak yakin terjadi pemerkosaan

Zainal Bakri, pejabat hubungan media Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingya (KNSR) – lembaga yang diberi kepercayaan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk mengelola tempat pengungsian Blang Ado — menyatakan pengungsi Rohingya sempat mengamuk setelah beredar kabar empat perempuan diperkosa.

“Tetapi kami tidak yakin dengan apa yang mereka katakan. Makanya kita tunggu saja hasil visum dari dokter biar semuanya jelas,” tuturnya, seraya menyatakan situasi di barak penampungan sepanjang Rabu kembali normal seperti biasa.

Menurut dia, saat petugas keamanan barak menjemput empat perempuan berusia sekitar 20 tahun bersama dua lelaki dan tiga anak-anak yang ditangkap warga, “mereka saling tertawa bersama di dalam mobil.”

“Memang ketika tim keamanan datang, mereka sempat melihat warga yang sedang menggeledah para pengungsi yang kabur karena dicurigai mereka membawa senjata tajam,” kata Zainal kepada BeritaBenar.

Puluhan pengungsi di Blang Ado telah melarikan diri meski kamp penampungan itu memiliki fasilitas lengkap. Selain itu, seratusan pengungsi Rohingya yang ditampung di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur juga telah kabur.

Banyaknya pengungsi Rohingya yang kabur diyakini karena tidak ada kegiatan berarti yang dapat mereka kerjakan di Aceh, karena Pemerintah Indonesia tidak memberikan izin mereka bekerja. Apalagi saat meninggalkan negaranya, Myanmar, para pengungsi Rohingya itu hendak pergi ke Malaysia.

Mereka berangkat dengan membayar calo untuk dapat membawa pergi ke Malaysia untuk bisa bekerja atau bertemu anggota keluarga yang sebelumnya telah berada di negara itu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.