Kesaksian Anak Buah Kapal Charles 001 yang Dibajak

Gunawan
2016.06.28
Balikpapan
160628-ID-sailors-testimonies-620.jpg Dua polisi militer TNI AL mengawal enam anak buah kapal tagboat Charles 001 saat tiba di Pangkalan TNI AL Balikpapan, Kalimantan Timur, 25 Juni 2016.
Gunawan/BeritaBenar

Siang terik itu, kecepatan kapal tugboat (TB) Charles 001 yang menarik tongkang Robby 152 melaju normal, melintasi perairan antara Jolo dan Tawi Tawi di Filipina Selatan, Senin, 20 Juni 2016. Terpaan gelombang menggoyang tugboat usai mereka mengirim batu bara ke Cagayan de Oro, Filipina.

Dalam ruang kemudi, Rudi Kurniawan mengendalikan laju tugboat. Sesekali, mata juru mudi melirik titik koordinat di perangkat ruang kemudi TB Charles. Namun tangan Rudi tetap terampil mengendalikan laju kapal sembari badannya menggeliat menahan pegal.

Hampir setengah harian itu, Rudi berlayar mengarungi perairan Jolo selepas keluar dari wilayah Batangas. Tiga rekan menemaninya. Mereka adalah Ismail (mualim I), Robin Piter (juru mudi) dan Andi Wahyu (mualim II).

“Saat itu sudah hampir jelang pergantian juru mudi. Badan sudah terasa penat seharian memegang kemudi kapal,” ujar Rudi saat ditemui BeritaBenar di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Minggu, 26 Juni 2016.

Ia adalah seorang dari enam anak buah kapal (ABK) yang dilepas komplotan perompak. Sedangkan, tujuh rekannya sesama ABK Charles dijadikan sandera kelompok bersenjata yang diduga militan Abu Sayyaf.

Rasa kantuk Rudi sontak buyar, begitu melihat dua speed boat melaju kencang mengejar di kiri dan kanan TB Charles. Puncak ketegangan, ketika belasan pria itu yang menenteng senjata api laras panjang mengacungkan ke arah badan kapal, seolah memerintah Rudi yang memegang kemudi untuk berhenti.

“Terlintas dalam pikiran, mereka ini kelompok Abu Sayyaf. Apalagi sebelumnya pernah terjadi pembajakan kapal di perairan Tawi Tawi,” ujarnya, yang mengingatkan dua kasus pembajakan dan penyanderaan 14 ABK asal Indonesia pada Maret dan April lalu. Tetapi, mereka sudah dibebaskan setelah sebulan ditawan Abu Sayyaf.

Tanpa pikir panjang, Rudi dan tiga rekannya membangunkan sembilan kru kapal lain yang sedang istirahat. Seluruh rekannya langsung berhamburan ke ruang kemudi begitu mendengar Abu Sayyaf disebut.

“Sebagian mereka sudah ada yang naik ke kapal sambil menodongkan senjatanya. Kami tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa angkat tangan sebagai tanda menyerah,” kata Rudi yang tampak masih menyiratkan kelelahan.

Tiga orang dibawa

Rudi menghitung, setidaknya tujuh pembajak naik ke dalam kapal. Seorang di antaranya yang berlogat Melayu langsung mencari para teknisi mesin TB Charles. Mereka menahan Ferry Arifin (nahkoda), Muh Mahbrur Dahri (KKM) dan  Edi Suryono (masinis II).

“Mereka mencari masinis. Mana masinis mana masinis! Edi Suryono masinis, ayo angkat tangan,” ujar Andi Wahyu, seorang rekan Rudi, meniru ucapan perompak. “Tangan Edi langsung diikat pakai tali. Lalu, mereka meringkus Ferry dan Mahbrur sambil menodong senjata laras panjang.”

Ketiga kru dibawa turun ke speed boat pembajak. Seluruh alat komunikasi TB Charles tidak luput dari jarahan komplotan pembajak lain.

Andi menuturkan saat situasi tegang di bawah todongan senjata api membuat seorang ABK gemetar, hingga menangis. Tapi dia tak mau bilang siapa kru yang menangis karena ketakutan setelah pembajak menyandera tiga rekannya yang merupakan senior dalam struktur kepemimpinan TB Charles.

“Melihat rekan kami menangis, pembajak yang berbahasa Melayu bilang untuk tenang saja karena mereka cuma mau uang dari owner kapal kami,” ungkap Andi.

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo di Jakarta, Senin, mengungkapkan kepada para wartawan bahwa motif penyanderaan adalah murni karena uang. Para pelaku, katanya, meminta tebusan sebesar 200 juta peso atau hampir Rp65 milyar.

Dia juga menyebutkan, para sandera diperkirakan disekap di Pulau Jolo, Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Gatot menduga bahwa ada dua kelompok pelaku, dimana salah satunya pimpinan Al Habsyi.

“Satu lagi belum diketahui dan masih kami cek terus keberadaannya,” kata Gatot sambil menyebutkan pemerintah terus menjalin komunikasi dengan pemerintah Filipina dalam upaya membebaskan ketujuh sandera.

Seorang polisi militer TNI AL berdiri di dermaga ketika kapal TB Charles 0001 merapat di Pelabuhan Semayang Balikpapan, Kalimantan Timur, 25 Juni 2016. (Gunawan/BeritaBenar)

Serangan kedua

Andi menambahkan setelah pembajak pergi, kebingungan sempat melanda 10 kru yang tersisa. Mereka segera menjauh dari perairan Jolo sambil mencari sinyal komunikasi. Seorang kru sempat menyembunyikan ponselnya dari jarahan pembajak.

“Belum sempat kepanikan reda dan begitu kapal kami baru saja jalan, datang speed boat kedua yang juga berisi beberapa pria bersenjata api,” papar Andi, yang mengaku ia terus berusaha memacu kecepatan kapal.

Sempat terjadi kejar-kejaran antara kapal pembajak dengan TB Charles selama beberapa menit. Tapi upaya meloloskan diri dengan melepas tongkang tidak membawa hasil.

“Kami kalah cepat meski sudah melepaskan tongkang. Akhirnya orang-orang bersenjata itu kembai menyandera kami,” tutur Andi.

Gerombolan perompak kedua tidak kalah garang dibanding kelompok pertama. Mereka malah terlihat lebih sangar berseragam loreng coklat yang dilengkapi rompi anti-peluru. Senjata laras panjang organik teracung, membuat kru TB Charles kembali tak berkutik.

Gagal mendapatkan nahkoda, Andi menjelaskan, pembajak menyasar awak lain. Mereka memilih empat ABK yakni Muh Nasir (masinis III), Ismail (mualim I), Muh Sofyan (oilman) dan  Robin Piter (juru mudi). Keempat kru segera diikat dengan tali.

“Tanpa banyak bicara mereka membawa empat rekan kami,” papar Andi.

Para sandera menyisakan enam orang yakni Andi Wahyu (mualim), Syahril (masinis IV), Albertus Temu (juru mudi), Reidgar Frederik Lahiwu (juru mudi), Rudi Kurniawan (juru mudi) dan Agung E Saputra (juru masak).

Kepanikan kru TB Charles kembali pecah setelah kapal perompak beranjak pergi. Enggan kecolongan untuk ketiga kalinya, TB Charles langsung dipacu segera keluar dari perairan Jolo.

“Selama 35 jam, kami bergantian memacu kapal keluar dari perairan Jolo hingga tiba di Berau dan langsung menghubungi perusahaan lewat ponsel yang tersisa,” pungkas Andi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.