Pasca Pembunuhan Di Parigi Moutong, Petani Diimbau Hentikan Aktivitas
2015.09.17
Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah mengimbau para petani di wilayah perkebunan Kabupaten Parigi Moutong agar untuk sementara menghentikan aktivitasnya, setelah tiga petani kakao ditemukan tewas dipenggal oleh kelompok bersenjata yang diduga pimpinan Santoso.
Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi adanya hal yang tidak diinginkan kembali menimpa petani di daerah itu, selagi Polda masih melakukan penyelidikan.
"Selain mengimbau petani, kami juga masih melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap pelaku pembunuhan tiga petani di daerah itu," kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto kepada BeritaBenar di Palu, Kamis.
Imbauan kepada petani hasil bumi tersebut, kata Hari, disampaikan tidak lama setelah dua korban mutilasi pertama ditemukan.
"Sejak Selasa Polda mengeluarkan imbauan dan langsung disebar di Parigi Moutong. Bagi warga yang tidak mengindahkan bisa saja untuk terus bertani, namun harus berkelompok jangan memberanikan diri untuk bertani sendiri," ujar Hari.
Korban Ketiga Ditemukan Tewas Tanpa Kepala
Pada hari Rabu, kepolisian Parigi Moutong menemukan kepala korban ketiga, yang menurut penyelidikan sementara diduga bernama Cangklung (45). Kepala korban ditemukan sekitar 50 meter dari badannya di wilayah pegunungan Desa Sabulanga, Kecamatan Sausu, yang ditemukan sehari sebelumnya.
"Saat ini ketiga jenazah masih diotopsi di Rumah Sakit Anuntaloko, Parigi Moutong, demi pengembangan penyelidikan lebih lanjut," ungkap Hari.
Seperti dilaporkan BeritaBenar sebelumnya, Senin lalu dua warga Parigi Moutong ditemukan tewas tanpa kepala di dua tempat kejadian perkara (TKP) berbeda.
Korban pertama yang ditemukan bernama I Nyoman Astika (71). Dia ditemukan tewas tanpa kepala di perkebunan kakao miliknya sekitar kaki gunung Dusun Baturiti, Desa Catur Karya, Kecamatan Balinggi.
Sedangkan korban kedua bernama Simon Taliko (55), ditemukan tewas dipenggal di kebunnya di Dusun VI Buana Sari, Desa Tolai Induk, Kecamatan Tolai.
Pelaku Pembunuhan Diduga Kelompok Santoso
Dari serangkaian pembunuhan dan pengembangan penyelidikan sementara, kepolisian menduga pembunuhan kejam terhadap ketiga warga tersebut dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso bernama Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Dugaan kami mengarah ke kelompok tersebut. Dugaan itu diperkuat berdasarkan hasil keterangan saksi yang diperoleh penyidik dan hasil olah TKP," sebut Hari.
Kabupaten Parigi Moutong berjarak sekitar 125 km dari Kabupaten Poso. Kedua wilayah itu dipisahkan oleh hutan luas yang diduga menjadi tempat persembunyian kelompok Santoso selama ini.
Kelompok tersebut menjadi terduga pembunuhan karena saksi, yang merupakan istri korban I Nyoman Astika melihat beberapa orang bersenjata membawa senjata api laras panjang dan pendek datang ke TKP. Selain itu, saksi juga melihat anggota kelompok tersebut membawah parang, kampak, dan beberapa jenis senjata lainnya.
"Hasil intelejen kita menyebutkan, kekuatan kelompok itu masih sekitar 30an orang. Memang tidak begitu banyak namun mereka hampir semua memiliki senjata berbahaya, sepenti senjata api, tajam, bom, dan lain sebagainya. Selain itu, kelompok tersebut juga sangat menghafal medan sehingga membuat kita sulit untuk menemukannya," imbuh Hari.
Keterlibatan warga asing dan dukungan terhadap ISIS
Ketika dihubungi BeritaBenar di Jakarta, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris juga mengaku sulit memperkirakan kekuatan sebenarnya kelompok Santoso karena kelompok itu terus berpindah tempat.
"Bisa jadi mereka merekrut anggota masyarakat saat bergerilya," ujar Irfan lagi.
Irfan menambahkan bahwa ada warga asing yang bergabung dengan kelompok ini, namun jumlahnya belum bisa diperkirakan.
"Yang sudah kami temukan adalah empat orang etnis Uighur yang sudah divonis," katanya.
Empat orang etnis Uighur itu adalah Ahmet Bozoglan, Ahmet Mahmut, Abdul Basit, dan Abdullah alias Altinci Bayyram.
Pada bulan Juli lalu mereka masing-masing divonis enam tahun penjara dan denda Rp 100 juta oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara setelah dinyatakan terbukti ingin bergabung dengan kelompok Santoso.
Sementara Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto mengatakan bahwa masih lagi warga Uighur yang diketahui bergabung dalam MIT dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian.
"Untuk sementara baru satu orang asing yang terdata oleh kami bergabung bersama kelompok itu. Warga asing itu berasal dari Uighur dan bernama Faruk alias Magalasi. Namanya sudah masuk juga di DPO kami," pungkas Hari.
Pada bulan Oktober 2014 Polda Sulteng menemukan video yang menampilkan Santoso alias Abu Wardah dengan latar belakang bendera ISIS. Dalam video itu dia menyatakan dukungannya terhadap ISIS.
Video tersebut ditemukan ketika polisi melakukan pengejaran di wilayah pegunungan Poso Pesisir, di sebuah kamp yang diduga sebagai tempat persembunyian kelompok Santoso.
Balas dendam
Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan bahwa pihaknya menduga pembunuhan terhadap ketiga petani di pinggir hutan Kabupaten Parigi Moutong itu sebagai tindakan balas dendam kelompok Santoso terkait tewasnya salah satu anggotanya, Abu Urwah alias Osama alias Bado, dalam baku tembak dengan kepolisian dan Detasemen Khusus 88 pertengahan Agustus lalu di pegunungan Poso.
"Ya, itu aksi balas dendam. Sekaligus melancarkan teror untuk membuat takut masyarakat," kata Anton kepada BeritaBenar, hari Kamis.
Kelompok tersebut, menurut Anton, memilih korbannya secara acak, tanpa melihat latar belakang mereka.
Sebelumnya pihak Polda Sulteng menduga kelompok Santoso memilih melakukan aksi teror pada saat ini karena ada festival bahari internasional Sail Tomini yang puncaknya berlangsung tanggal 19 September.
Sekitar 10 ribu peserta dari pelbagai provinsi dan negara tetangga ikut serta dalam acara di Teluk Tomini, Parigi Moutong itu.
Presiden Joko Widodo beserta para menteri dan wakil-wakil dari sekitar 30 kedutaan besar dijadwalkan akan menghadiri festival tersebut.