Menggapai Asa di Sekolah Perempuan
2017.04.14
Surabaya
Tiga puluh perempuan duduk melingkar di teras Balai Desa Kesamben Kulon, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Senin sore, 10 April 2017.
Mereka serius mendengar pemaparan dari Rumi Handayani, aktivis Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K).
Sesekali terdengar gelak tawa di antara kaum perempuan itu. Sebagian lagi, sibuk mengatur putra-putrinya yang ikut serta dalam pertemuan itu.
Tak lama kemudian terdengar pertanyaan, “Bagaimana ibu-ibu, apakah setuju?”
“Iya, kami setuju, perempuan harus mandiri dan sejahtera,” sahut para perempuan desa itu serentak.
Sejenak kemudian, Rumi menghampiri BeritaBenar dan menjelaskan bahwa 30 perempuan itu adalah anggota sekolah perempuan yang digagas KPS2K.
Suasana sekolah perempuan berbeda dengan sekolah umumnya. Mereka yang jadi anggota sekolah tidak terbatas usia maupun latar belakang pendidikan. Ruang belajar digelar di balai desa.
“Kriteria anggota yang pasti adalah perempuan miskin,” ujar Rumi.
Untuk menjadi anggota sekolah perempuan diseleksi tim KPS2K berdasarkan data rumah tangga sangat miskin dari pemerintah setempat.
“Dari data itu selanjutnya kami survei langsung di lapangan. Ada yang kami coret, karena tidak tergolong rumah tangga sangat miskin,” terang Rumi.
Sekolah perempuan itu mulai berdiri 22 Desember 2013 yang bertepatan dengan Hari Ibu. Awalnya hanya ada di Desa Mondoluku dan Kesamben Kulon, Kecamatan Wringinanom.
Pertengahan 2014, sekolah perempuan lahir di Desa Suko dan Sumbergede, Kecamatan Wringinanom. Hingga kini, total 19 sekolah perempuan di tingkat dusun dan empat level desa.
Setiap sekolah terbagi dalam satu kelompok yang terdiri dari 15 hingga 50 orang. Jika ditotal, ada 930 anggota sekolah perempuan dan 113 di antaranya sudah menjadi leader di masing-masing kelompok.
Hari belajar ditentukan sendiri oleh anggota sekolah. Masing-masing sekolah punya waktu belajar berbeda. Pagi hari, biasanya jam belajar dimulai pukul 10:00 – 12:00 WIB dan siang hari pada 13:00 – 15:00 WIB.
“Berapapun jumlah peserta yang hadir, proses pembelajaran tetap dilakukan,” jelas Rumi.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan yang diterapkan berbeda dengan sekolah umumnya. Kurikulum yang disusun Rumi dan timnya lebih pada bagaimana perempuan mempunyai posisi tawar sama dengan pria atau pasangannya serta perempuan mampu bernegosiasi.
“Selama ini pekerjaan domestik selalu didominasi oleh perempuan. Melalui sekolah ini, kami memahamkan kalau perempuan punya hak untuk belajar dan tahu kapasitasnya. Mereka juga harus bisa negosiasi dengan suaminya,” jelas Rumi.
Perempuan aktivis yang tinggal Mojokerto ini menyebutkan, sekolah perempuan dirancang untuk menjadi pusat belajar tentang hal apapun yang bermanfaat bagi perempuan, mulai wirausaha, akses program pemerintah dan persoalan keluarga.
Pembelajaran ditekankan pada pembagian kerja antara pria dan perempuan. Materi belajar diberikan secara santai dan lebih pada diskusi serta tanya jawab. Model ini dipilih agar anggota sekolah perempuan tidak bosan.
Target anggota sekolah perempuan tak hanya mengembangkan pribadi, tapi juga ekonomi.
Menurut rencana, ke depan, anggota sekolah perempuan akan disediakan program paket A, B, dan C. Tujuannya adalah agar mereka memiliki ijazah formal, tutur Rumi.
Wati, warga Desa Kesamben Kulon bersyukur bisa menjadi anggota sekolah. Perempuan lulusan Sekolah Dasar (SD) ini mengatakan, sejak bergabung di sekolah perempuan, ia berhasil mengubah pola komunikasi dan relasi dengan suaminya.
Jika selama ini, suami selalu menyerahkan seluruh urusan rumah tangga kepada Wati, sejak setahun lalu, sang suami mulai bersedia membantu mengawasi dua anaknya yang duduk di bangku SD.
“Suami saya juga sudah bersedia membantu memasak atau membersihkan rumah jika hari libur,” tutur Wati.
Pelatihan wirausaha di sekolah perempuan Desa Kesamben Kulon, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 9 April 2017. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)
Alasan memilih Gresik
Pendirian sekolah perempuan telah melalui pertimbangan dan persiapan matang. Gresik dipilih karena pemerintah setempat menyambut baik program ini.
Mereka bersedia melakukan kesepakatan bersama dengan KPS2K. Alasan lainnya adalah Gresik menempati peringkat ke 14 kemiskinan di tingkat nasional.
Kepala Dinas Pendidikan Gresik, Mahin mengaku, yang dilakukan KPS2K sangat membantu pemerintah mewujudkan akses pendidikan yang merata dan berkeadilan.
“Kami mensupport dan membantu sepenuhnya keberadaan sekolah perempuan,” ujarnya.
Terkait keinginan KPS2K yang mau membuat program paket A, B dan C bagi anggota sekolah perempuan, Mahin siap membantu dengan memberi rekomendasi ke Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk dikeluarkan izin.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gresik, Tugas Husni Syarwanto, mengatakan tahun 2016 angka kemiskinan di Gresik mencapai 13,43 persen atau sekitar 171.000 warga.
Husni mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, tren kemiskinan terus mengalami penurunan. Pada 2006, angka kemiskinan di Gresik ada di kisaran 25,36 persen dan di 2016, kemiskinan bisa ditekan hingga kisaran 171. 000 warga atau 13,43 persen.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) nasional menyebut Jatim berada di urutan teratas daerah yang memiliki penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Total ada 4.775.000 warga berpenghasilan rendah. Batas penghasilan bulanan untuk sebuah keluarga miskin di Jawa Timur berkisar di angka Rp.318 ribu.
Rumi berharap, sekolah perempuan yang digagas KPS2K dapat memberi sumbangsih bagi perempuan keluarga miskin untuk mandiri sehingga ikut menekan angka kemiskinan di Gresik.