Separatis Papua tembak mati seorang danramil di Paniai
2024.04.11
Jakarta
Kelompok separatis Papua mengatakan Kamis (11/4) bahwa pihaknya telah membunuh seorang komandan militer TNI di Kabupaten Paniai, Papua Tengah.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom mengatakan bahwa pasukannya berhasil menembak seorang komandon rayon militer (danramil) atas nama Letda Infanteri Otto Sugalrey di Distrik Aradide pada Rabu.
“Kami yang lakukan dan kami siap bertanggungjawab atas aksi penyerangan ini,” kata Sambom dalam keterangannya.
Dalam rilis video yang diberikan Sambom, seorang pengendara sepeda motor yang diduga Otto melintas di jalan lalu diberondong tembakan.
Video lain menunjukkan pengendera motor itu terkapar lalu diserang oleh sejumlah anggota kelompok separatis Papua dengan menggunakan senjata tajam.
Sambom menambahkan TPNPB juga akan menembak warga Papua yang terlibat sebagai mata-mata TNI-Polri dan meminta militer Indonesia untuk menghindari sasaran sipil.
“Apa pun yang akan terjadi, jangan cari rakyat sipil tetapi cari kami, pasukan TPNPB. Sebab itu semua kami pasukan TPNPB yang lakukan sebagai bentuk perlawanan mengusir pendudukan ilegal terhadap pemerinta kolonial Indonesia di atas Tanah Papua,” terang Sambom.
Kepolisian daerah (Polda) Papua membenarkan bahwa TPNPB telah menembak mati seorang danramil di wilayah Paniai namun enggan menjelaskan kronologi lebih detail.
“Iya benar. Silakan konfirmasi dengan kapendam (Kepala Penerangan Komando Daerah Militer) ya,” ujar Humas Polda Papua Ignatius Benny Ady Prabowo kepada BenarNews.
Kapendam Cenderawasih Letkol. Inf. Candra Kurniawan saat dimintai keterangan hanya mengirim berita media lokal yang menampilkan pernyataan kepolisian setempat yang mengonfirmasi tewasnya seorang danramil.
“Terkait adanya informasi tersebut, Kapolres Paniai AKBP Abdus Syukur Felani saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut kepada media, Kamis sore,” tulis media lokal.
Adapun kronologi kejadian bermula saat Letda Infanteri Otto Sugalrey keluar dari rumah dan hendak menuju ke Pelabuhan Pasir Putih di Distrik Ekadide dengan menggunakan sepeda motor untuk mengambil barang pada Rabu (10/4).
Namun, setelah berangkat sang komandan tersebut tidak kembali lagi. Lalu pada Kamis diperoleh informasi dari masyarakat bahwa ada mayat yang ditemukan di jalan yang ternyata adalah Otto Sugalrey
Abdus Syukur menjelaskan bahwa pihaknya menemukan luka robek akibat senjata tajam pada bagian kepala belakang danramil itu, sementara motor yang digunakan telah hilang.
“Intelijen yang kuat”
Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem, mengakui bahwa TPNPB memiliki intelijen yang kuat untuk melacak pergerakan TNI-Polri sebelum mengeksekusinya.
“Makanya mereka dapat melakukan penembakan secara kilat kepada aparat Indonesia. Dia ditembak di jalan, toh?” ujar aktivis HAM itu kepada BenarNews.
Dia mengatakan tak hanya danramil, banyak anggota kopassus juga sudah tewas oleh TPNPB.
“Jika TPNPB mengklaim sudah mengalami kemajuan di wilayah Paniai, memang itu betul. Mereka juga memiliki persenjataan yang canggih. Saya kira sekarang TPNPB sudah bergerak di seluruh wilayah Papua,” kata Theo.
Jaringan Damai Papua (JDP) menyampaikan belasungkawa atas gugurnya prajurit TNI itu.
“JDP sangat menyesalkan masih digunakannya pendekatan konflik bersenjata yang senantiasa membawa korban,” ujar Yan Christian Warinussy, juru bicara kelompok itu, kepada BenarNews.
Yan mengatakan JDP sangat yakin bahwa akan terjadi operasi militer yang dilakukan oleh aparat TNI dan Polri akibat kejadian ini.
“Oleh sebab itu JDP menyerukan agar sasaran operasi keamanan oleh TNI dan Polri bahkan TPNPB sekalipun, seyogyanya tidak menempatkan warga sipil sebagai sasaran. Yang ada akhirnya memiliki dimensi pelanggaran hak asasi manusia,” jelas Yan.
KKB menjadi OPM
Sebelumnya pada Rabu, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menegaskan pihaknya tidak lagi menamakan kelompok bersenjata yang mendorong Papua merdeka sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB), tetapi kembali lagi disebut Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Karena dari mereka sendiri menamakan diri TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) sehingga sama dengan OPM," terang Agus di Jakarta seperti dikutip Kompas.com
Agus mengatakan OPM sudah melakukan teror dan pembunuhan terhadap masyarakat serta anggota TNI-Polri.
Mereka pun, kata Agus, telah memerkosa guru dan tenaga kesehatan di sana. Oleh sebab itu, TNI tidak akan tinggal diam.
"Saya akan tindak tegas untuk apa yang dilakukan oleh OPM. Tidak ada negara dalam suatu negara," ujar dia.
Yan mengkritisi keputusan TNI mengubah penyebutan KKB menjadi OPM yang menurutnya hal justru akan berdampak pada kian meluasnya pengerahan personil militer ke Papua.
“JDP memandang bahwa pendekatan pertahanan negara dengan mengedepankan militer akan kian membawa dampak pagi situasi dan kondisi hak asasi manusia dalam arti luas di seluruh Tanah Papua,” terang Yan.
“JDP senantiasa mendorong negara agar mau menyelesaikan konflik bersenjata di Tanah Papua yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun ini melalui dialog atau perundingan damai,” ujar dia.
Berbeda dengan Yan, Theo merespons positif perubahan nama dari KKB menjadi OPM dan berharap ada perubahan pendekatan di Papua oleh TNI.
“Ini seharusnya dapat membuka jalan bagi TNI untuk berdialog dengan OPM,” ujar Theo.
Theo juga menilai bahwa terjadinya perubahan nama ini merupakan pengakuan TNI terhadap eksistensi kelompok yang ingin melepaskan diri dari Indonesia.