Pemerintah Berencana Mengganti Sukhoi Rusia dengan F-35 dari AS

Indonesia dilaporkan mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat untuk membatalkan transaksi dengan Rusia
Ronna Nirmala
2020.03.17
Jakarta
200317_ID_Sukhoi_1000.jpg Sukhoi Superjet 100 tiba di Bandara Halim Perdanakusuma untuk upacara penerimaan 12 pesawat jet yang dibeli oleh maskapai domestik Indonesia, di Jakarta, 28 Februari 2013.
AP

Pemerintah tengah menjajaki peluang untuk mengubah rencana pembelian 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia dengan F-35 dari Amerika Serikat, kata Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono.

Trenggono mengatakan rencana pembelian Sukhoi dari Rusia terkendala sejumlah hal, namun dia tidak menjawab apakah salah satu dari kendala tersebut adalah tekanan dari Amerika Serikat seperti yang dilaporkan kantor berita Bloomberg pekan lalu.

"Sedang menjajaki untuk mengganti pengadaannya ke F-35 dari AS,” kata Trenggono melalui pesan singkat, Selasa (17/3/2020).

“Belum bisa membeli (Sukhoi) karena ada beberapa kendala,” katanya.

Indonesia telah menyepakati pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 buatan Rusia dengan skema imbal beli yang dikoordinasikan Kemhan dan Kementerian Perdagangan.

Kesepakatan itu diwujudkan dalam penandatanganan nota kesepahaman antara PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dengan BUMN Rusia, Rostec, pada 2018.Dalam kesepakatan dengan Rusia, nilai pembelian 11 unit SU-35 yang harus dibayarkan Indonesia adalah US $1,14 miliar atau setara Rp15,3 triliun. Sebagai imbalnya Rusia wajib membeli sejumlah komoditas ekspor, salah satunya karet, dari Indonesia sebesar 50 persen dari pembelian tersebut, atau senilai US $570 juta.

Namun kelanjutan dari rencana tersebut tak kunjung terang. Salah satunya lantaran ancaman sanksi dari AS.

Presiden AS Donald Trump pada Agustus 2017 telah menandatangani Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). Regulasi itu mengatur soal sanksi kepada negara yang membeli alutsista dari Rusia.

Dalam laporan Bloomberg, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa Amerika Serikat dengan sengaja memberi tekanan kepada negara-negara yang berencana melakukan transaksi pembelian alutsista dengan Rusia.

“Tujuannya jelas, untuk membuat negara-negara ini menolak mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington. Tentu saja, pressings tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah,” sebut Vorobieva dalam laporan yang tayang 12 Maret 2020.

BenarNews telah mencoba meminta respons dari Kedutaan Besar Rusia di Indonesia. Namun, atas pers Kedubes Rusia di Indonesia, Denis Tetiushin, hanya mempersilakan media untuk mengutip pernyataan Duta Besar Rusia yang tayang dalam laporan Bloomberg tersebut.

Jet tempur gabungan

Wakil Menteri Pertahanan, Trenggono, tidak memerinci berapa banyak unit F-35 yang direncanakan bakal dibeli.

Merujuk situs f35.com, harga satu unit Lockheed Martin F-35 Lightning II dipatok senilai US $82,4 juta atau sekitar Rp1,2 triliun. Harga ini sudah termasuk pesawat, mesin, dan pajak.

Belum diketahui apakah nilai total dari rencana pembelian 11 Sukhoi Su-35 dari Rusia bakal dikonversikan seluruhnya untuk F-35 dari Amerika Serikat.

Indonesia disebut tertarik membeli F-35 karena jet tempur itu dikembangkan dalam program Joint Strike Fighter dengan negara-negara lain. Program yang dipimpin Amerika Serikat itu juga diikuti oleh Inggris, Italia, Belanda, Australia, Kanada, Denmark, dan Norwegia.

Sejauh ini, Jepang merupakan negara pembeli jet F-35 paling banyak, sementara itu Singapura digadang-gadang tengah mempertimbangkan membeli jet tempur tersebut.

Dalam perjalanannya, Indonesia sudah dua kali membeli jet Sukhoi dari Rusia. Data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan, pada 2003, Indonesia pernah membeli seri Su-27 dan Su-30, masing-masing sebanyak dua unit.

Pada 2008, pembelian kembali dilakukan untuk seri sama sebanyak tiga unit untuk setiap serinya. Indonesia terakhir kali membeli enam jet Sukhoi Su-30 pada 2012.

Rencana latihan gabungan

Sebuah laporan yang dirilis kantor berita Rusia, TASS, menyebut Indonesia dan Rusia berencana melakukan latihan gabungan untuk Angkatan Laut (AL) kedua negara. Kepastian waktu dan tempat belum diketahui.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, pada pertengahan Februari 2020, pernah mengatakan bahwa latihan bersama itu kemungkinan dilaksanakan pada akhir tahun di sekitar Laut Jawa.

Latihan bersama ini merupakan bagian dari seremoni perayaan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Rusia.

“Lebih dari 40 events direncanakan berlangsung tahun ini, terutama dalam konteks kerja sama militer Indonesia-Rusia,” kata Vorobieva dalam laporan CNN Indonesia.

Juru Bicara untuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak tidak merespons ketika ditanyakan perihal rencana latihan bersama ini.

Saat melakukan kunjungan ke Rusia, akhir Januari 2020, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan Rusia sebagai mitra terdekat Indonesia.

“Kami di Indonesia melihat Rusia sebagai salah satu negara terkuat di dunia. Rusia, atau sebelumnya Uni Soviet, selalu menolong Indonesia di masa-masa sulit, selalu di sisi kami,” kata Prabowo dalam rilis Kementerian Pertahanan Rusia.

Rusia menjadi negara kedelapan yang Prabowo kunjungi sejak dia dilantik Oktober tahun lalu. Prabowo sebelumnya mengunjungi Malaysia, Thailand, Turki, Cina, Jepang, Filipina, Perancis, dan Jerman untuk agenda diplomasi pertahanannya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.

Komentar

Zamroni
2021-05-10 07:28

Ini berita kapan? tidak ada tanggal beritanya