Kapolda Sulteng: 9 Terduga Militan Ditangkap Terkait ISIS
2017.03.13
Palu dan Jakarta
Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi mengklaim sembilan terduga militan, yang ditangkap aparat detasemen khusus antiteror (Densus 88) Mabes Polri di Kabupten Tolitoli dan Parigi Moutong, terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Enam laki-laki ditangkap di sebuah rumah di Tolitoli, Jumat sekitar 08.30 WITA. Sekitar dua jam kemudian, tiga orang yang berinisial IR, LN, dan LS ditangkap di Parigi Moutong.
Sebelumnya, sumber polisi setempat menyebutkan LS tewas ditembak aparat karena melawan saat ditangkap. Tapi, Rudy memastikan tidak ada terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di kedua lokasi tersebut.
"Mereka itu tiga warga Poso, satu warga Lampung, tiga warga Parigi Moutong, dan dua warga Tolitoli," kata Rudy dalam konferensi pers di Poso, Minggu, 12 Maret 2017.
Dia menambahkan bahwa kesembilan orang itu merupakan kelompok baru yang tidak ada kaitan dengan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok militan bersenjata pimpinan Santoso yang selama ini beraksi di Kabupaten Poso.
"Mereka kelompok baru jaringan radikal Timur Tengah yang berafiliasi dengan ISIS," kata Rudy, seraya menambahkan pimpinan kelompok berinisial BSR yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dari hasil pengembangan, mereka direkrut di Sulteng untuk melakukan penyerangan di sejumlah tempat vital milik Polri dan TNI, seperti kantor Polsek, Polres, Koramil, dan Kodim di Tolitoli dan Parigi Moutong.
Dari penangkapan itu, polisi menyita bahan pembuat bom antara lain pupuk KNO32, belerang, arang, paku, dan spiritus.
"Mereka memang sudah menyiapkan rencana untuk menyerang di kedua kabupaten itu karena dianggap sepi dari pantauan keamanan," ungkap Rudy.
Dia menambahkan sebelumnya mereka belum pernah melakukan aksi di Sulteng.
Hingga kini kesembilan terduga teroris itu masih ditahan di markas Polda Sulteng untuk menjalani pemeriksaan intensif.
"Pemeriksaan diambil alih Densus, Polda hanya membackup," kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto saat dikonfirmasi BeritaBenar, Senin.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, menyatakan dua dari sembilan terduga teroris itu masih di bawah umur. Namun, ia tidak menjelaskan lebih detil identitas keduanya.
“Masih dilakukan pendalaman terkait peranan dan keterlibatan mereka,” kata Boy kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Dua ditangkap di Bandung
Boy juga menyatakan Densus 88 telah menangkap dua terduga teroris terkait teror di taman Pandawa, Kelurahan Arjuna, Bandung, 27 Februari lalu.
Keduanya adalah Agus Sujatno alias Abu Muslim alias Abdullah dan Soleh alias Zalzalat alias Gungun. Mereka ditangkap di lokasi berbeda di Bandung, pada 7 Maret lalu.
“Berdasarkan pengembangan sementara, Agus berperan sebagai penyedia bahan material bom, pendanaan dan survei lokasi bersama Yayat Cahdiyat,” jelas Boy kepada wartawan di Mabes Polri, Senin.
Sedangkan Soleh berperan sebagai pendana untuk membiayai aksi teror. Ia juga sempat dititipi anak dan istri Yayat sebelum melakukan aksi teror.
“Soleh memberikan dana sekitar Rp2 juta kepada Yayat untuk membeli material bom dan melakukan aksi terror,” papar Boy.
Yayat meledakkan bom panci di taman Pandawa, 27 Februari lalu. Lalu, dia melarikan diri ke dalam Kelurahan Arjuna dengan membawa senjata tajam. Yayat dilumpuhkan polisi dan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
Boy menjelaskan, Agus ditangkap di kontrakannya di Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal, Bandung.
Dalam penggerebekan itu, polisi menyita beberapa barang bukti seperti panci, baterai, pemutih pakaian, aseton, pembersih lantai, asam nitrat, paraffin, 12 kg triaseton triperoksida (TATP) dan thermometer.
Sementara Soleh ditangkap tidak jauh dari rumahnya di Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung.
“Agus bekerja sebagai tenaga ahli listrik di sebuah apartemen, sementara Soleh bekerja sebagai pedagang susu keliling,” jelas Boy.
Boy mengkonfirmasi mereka bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung dan menargetkan teror di sejumlah kantor polisi.
“Motivasinya mau melakukan aksi balasan dengan serangan balik ke markas petugas,” lanjut Boy.
Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul, mengatakan Soleh memiliki laboratorium kimia pribadi di Babakan Ciparay.
“Diduga milik Soleh, dia juga memiliki kemampuan lebih dalam merakit bom,” ujarnya.
Martunis menambahkan, Soleh kemudian mengajarkan Agus dan Yayat cara membuat bom yang diduga dipelajari secara online melalui internet.