Survei: Elektabilitas Prabowo cenderung stagnan, pilpres berpotensi dua putaran
2024.01.19
Jakarta
Pemilihan presiden bulan depan kemungkinan akan berlangsung dua putaran, karena hasil survei terbaru menunjukkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto gagal mendapatkan 50% lebih suara menjelang pemilihan.
Pasangan Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka memiliki elektabilitas yang paling tinggi sepanjang kampanye, tetapi dukungan untuk mereka menjelang pemilihan 14 Februari stagnan di angka 46-47%, menurut survei yang dirilis Jumat (19/1) dan sehari sebelumnya.
Survei lembaga sigi Poltracking Indonesia yang dilakukan pada 1-7 Januari 2024 mengindikasikan Prabowo-Gibran hanya mencapai 46,7%, sedikit lebih tinggi dibanding 45,2% pada Desember 2023.
“Kenaikannya masih dalam rentang margin of error (marjin kesalahan) 2,9%,” ujar Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha dalam konferensi pers Jumat.
Hanta mengatakan kenaikan siginifikan diraih pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar yang mencapai elektabilitas 26,9% atau naik 3,8% dari periode survei pada Desember 2023.
Sebaliknya, jelas Hanta, penurunan elektabilitas terjadi pada pasangan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD yang hanya mencapai 20,6%.
Padahal pada survei Poltracking pada Desember lalu, elektabilitas pasangan nomor urut 03 tersebut mencapai 27,3%.
>>> Untuk berita lainnya terkait Pemilu 2024, silakan klik di sini.
Dua putaran
Menurut Hanta, melihat pergerakan tren elektabilitas terbaru para kandididat, potensi satu maupun dua putaran sama-sama memiliki peluang. Hal tersebut dikarenakan belum adanya kandidat yang mampu menembus angka 50%.
“Melihat tren saat ini, potensi besar yang menantang Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka di putaran kedua ialah pasangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar,” terang Hanta.
Temuan senada juga ditunjukkan oleh hasil survei Indikator Politik pada periode 30 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024.
Berdasarkan hasil sigi Indikator, perolehan suara Prabowo-Gibran mencapai 45,79%, Anies-Muhaimin 25,47%, Ganjar-Mahfud 22,96%, dan mereka yang mengatakan tidak tahu 5,78%.
“Terjadi stagnasi pada elektabilitas paslon 02,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengacu pada pasangan Prabowo-Gibran, Kamis (18/1).
Menurut Burhanuddin, jika tren stagnasi suara Prabowo-Gibran berlanjut, maka potensi pilpres berlangsung dua putaran terbuka.
“Jika terjadi dua putaran, Anies lebih besar peluangya untuk masuk putaran kedua mendampingi Prabowo,” katanya.
Sistem pemilihan presiden di Indonesia memerlukan putaran kedua antara dua kandidat teratas jika tidak ada yang memperoleh lebih dari 50% suara pada putaran pertama.
Dalam laporan Majalah Tempo pada Minggu (14/1), Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang adalah orangtua Gibran melakukan pertemuan secara terpisah dengan para pemimpin partai koalisi Prabowo-Gibran pada awal Januari antara lain Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hassan, dan Prabowo selaku Ketua Umum Partai Gerindra.
Menurut para narasumber Tempo, Jokowi menumpahkan kekesalannya karena suara pasangan Prabowo-Gibran belum menembus 50%.
Jokowi juga khawatir pemilu berlangsung dua putaran dan menipiskan kans Prabowo untuk menang. Jokowi juga disebut mempertanyakan kinerja partai pengusung Prabowo-Gibran.
"Prabowo miskin gagasan"
Firman Noor, profesor riset bidang ilmu politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan stagnannya elektabilitas Prabowo karena pola kampanye yang monoton dan visi-misi yang miskin.
“Misalkan, setiap masalah solusinya selalu makan siang gratis dan minum susu gratis,” kata Firman Noor kepada BenarNews.
“Citra Prabowo pasca debat tidak membaik dan malah menurun karena karakternya emosional. Dia tidak berusaha memperbaiki itu, karena sudah yakin suara akan berdatangan kepadanya,” terang Firman.
Koalisi jumlah partai yang berada di belakang pasangan Prabowo-Gibran adalah terbesar dengan tujuh partai dibandingkan pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud, yang masing-masing diusung oleh tiga dan empat partai.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan salah satu yang menggerus elektabilitas Prabowo-Gibran adalah serangan terhadap isu kode etik, karakter yang emosional, dan bahasa-bahasa yang keras yang identik dengan Prabowo.
“Ini menurunkan elektabilitas Prabowo. Jadi angka 45% dalam survei memang sudah angka maksimal,” kata Ujang.
Hurriyah, direktur eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, mengatakan pola kampanye joget yang selama ini diusung Prabowo, membosankan, terutama bagi kalangan muda.
Kaum muda yang berusia 17 hingga 35 tahun mencakup 50 persen lebih dari sekitar 204,8 juta warga yang berhak memilih dari 270 juta penduduk Indonesia.
“Anak muda jenuh melihat kampanye Prabowo dengan joget gemoy-nya yang hanya hura-hura tapi kurang interaksi,” ujar Hurriyah.
Elektabilitas capres lainnya
Firman Noor dari BRIN mengatakan pola kampanye Prabowo sangat berbeda dengan Anies. Calon presiden nomor urut 01 itu bisa berdialog dengan segala segmen dari mulai mahasiswa, guru, buruh, tenaga kesehatan, pebisnis, dan lain-lain.
“Anies berdikusi dengan tema-tema yang lengkap,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Hurriyah yang mengatakan salah satu kunci naiknya elektoral Anies adalah pendekatan dialogisnya kepada anak muda yang mengisi kekosongan interaksi para kandidat kepada generasi Z.
“Anies muncul di TikTok dan dianggap ayah oleh anak-anak muda di mana generasi Z banyak yang fatherless sekarang,” ujar Hurriyah kepada BenarNews.
Firman menambahkan bahwa pasangan Anies-Muhaimin dan pasangan nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, kompak memberikan pemahamaman kepada masyarakat tentang keunggulan mereka dan menyampaikan kampanye negatif soal Prabowo-Gibran.
Namun, kata Firman, suara Ganjar cenderung turun karena masyarakat melihat ketidakjelasan posisinya terhadap pemerintah.
“Masih ada waktu untuk 01 dan 03 untuk berkembang. Kalau tren mereka terus naik, maka pilpres sulit untuk berlangsung satu putaran,” jelasnya.