9 Terduga Teroris JAD Dibekuk Densus 88

Tiga pembantu rumah tangga WNI yang bekerja di Singapura ditahan oleh kepolisian setempat, karena diyakini terlibat dalam kegiatan terorisme.
Rina Chadijah
2019.09.23
Jakarta
190923_ID_Terrorism_1000.jpg Densus 88 antiteror mengawal para terduga militan menuju sebuah konferensi pers di Jakarta, 18 Mei 2019.
AP

Tim Densus 88 Polri menangkap sembilan orang yang diyakini anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dalam operasi di Bekasi, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat, Senin, 23 September 2019.

Petugas juga menyita bahan peledak jenis TATP (triaceton triperoxide) seberat 500 gram yang disiapkan untuk melakukan serangan, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo.

"Semua terduga yang diamankan, mereka masih satu jaringan dan terkoneksi," katanya kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta.

Dedi menambahkan, mereka yang ditangkap merupakan anggota JAD Bekasi, yang telah melakukan serangkaian persiapan untuk melancarkan serangan, setelah ikut pelatihan di kawasan Gunung Halimun, Jawa Barat.

Kesembilan orang itu ditangkap di lokasi berbeda. Tujuh orang ditangkap di sejumlah tempat di Bekasi dan dua orang lainnya ditangkap di Jakarta.

Dedi menyebutkan bahwa bahan peledak 500 gram disita dari salah seorang terduga militan itu.

“Barang bukti yang disita high explosive, cukup banyak dan ini sudah direncanakan akan dirakit dan rencananya digunakan saat dia akan beraksi," ujarnya.

Petugas telah memusnahkan bahan peledak yang ditemukan.

Kelompok ini, menurut Dedi, telah merencanakan serangkaian serangan kepada aparat maupun kantor kepolisian.

Namun ia tidak merinci kantor kepolisian mana yang menjadi target kelompok itu.

Menurutnya, ada empat tahapan kelompok JAD sebelum mereka melakukan amaliyah atau serangan teror.

Pertama melakukan konsolidasi lewat beberapa kali pertemuan, pengajian lanjutan, latihan menyerang, dan terakhir melancarkan serangan.

“Seluruh tahapan itu sudah dilakukan, tinggal serangan saja. Sasaran utama mereka toghut yaitu aparat polisi dan kantor polisi,” kata Dedi.

Saat ini, Densus 88 Polri masih memeriksa dan mendalami sejauh mana keterlibatan mereka dalam jaringan teroris JAD.

Sesuai Undang-undang Antiterorisme yang disahkan tahun lalu, Polri punya kewenangan memeriksa terduga teroris selama 21 hari dan bisa diperpanjang.

Ingin ke Suriah

Sementara itu, tiga orang pembantu rumah tangga warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Singapura ditahan oleh kepolisian setempat, karena diyakini terlibat dalam kegiatan terorisme.

Ketiganya disebut berencana berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, serta terekam pernah mengirimkan sejumlah uang kepada anggota kelompok JAD di tanah air.

Dalam keterangan resmi yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA), identitas ketiganya adalah Anindia Afiyantari (33), Retno Hernayani (36) dan Turmini (31).

Mereka disebut telah bekerja di Singapura selama 6-13 tahun, dan siap berangkat ke Suriah untuk bertempur dan menjadi pelaku bom bunuh diri.

Ketiganya juga saling mengenal dan mulai teradikalisasi sejak 2018, setelah mendapati materi-materi ceramah doktrin online terkait ISIS.

MHA tidak menyebut secara detil daerah asal ketiga WNI di Indonesia.

Namun Anindia dan Retno disebut pertama bertemu di sebuah acara di Singapura saat keduanya sedang libur. Sedangkan Turmini berkenalan dan berkomunikasi dengan keduanya melalui media sosial.

"Seiring berjalannya waktu, mereka mengembangkan jaringan kontak online asing yang pro-militan, termasuk 'pacar-pacar online' yang berbagai ideologi pro-ISIS," tulis MHA.

Ketiganya juga disebut aktif berhubungan dengan kelompok-kelompok radikal di Filipina Selatan, Afghanistan atau Afrika, dan juga dari Indonesia lewat media sosial.

Mereka juga disebut menyumbangkan sejumlah uang untuk aktivitas JAD di Indonesia.

Dedi Prasetyo ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya telah mengetahui informasi tersebut.

“Ya, sudah dikoordinasikan dengan Densus 88,” katanya.

Tapi Dedi belum bisa menjelaskan lebih lanjut langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Polri akan berkordinasi dengan kepolisian Singapura untuk menindaklanjuti kasus itu.

“Kita tunggu hasil komunikasi terlebih dahulu,” ujarnya.

Paling aktif

JAD disebut pengamat terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Zaki Mubarak sebagai kelompok teraktif dari organisasi teroris di Indonesia.

Meski polisi telah melakukan serangkaian penangkapan terhadap pentolan maupun anggota kelompok ini, katanya, penyebaran paham radikal JAD terus berlangsung.

“Penyebaran paham mereka terus berlangsung dan sudah pasti akan lahir orang-orang baru yang siap melakukan aksi,” katanya saat dihubungi BeritaBenar.

JAD didirikan Aman Abdurrahman – terpidana mati yang saat ini mendekam di penjara Nusa Kambangan karena terlibat serangan bom di Jalan MH Thamrin Jakarta pada 2016 lalu, dan serangkaian aksi lainnya.

Kelompok itu juga disebut polisi berada di balik rentetan aksi teror bom terhadap tiga Gereja dan kantor polisi di Surabaya pada 2018 lalu.

Kelompok Jawa Barat atau Bandung Raya, menurut Zaki, menjadi sel JAD teraktif saat ini dan penyebaran paham mereka dilakukan lewat berbagai cara, tidak hanya lewat media sosial, tapi juga melalui pengajian-pengajian.

“Kalau kita lihat yang ditangkap itu juga masih sangat muda-muda. Memang target yang didoktrin adalah mereka yang pemahaman akidahnya masih rendah sehingga mudah untuk diradikalisasi,” pungkas Zaki.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.