Indonesia akan Hadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN

Pemerintah siap bantu Filipina dalam kerjasama pemberantasan terorisme di kawasan.
Tia Asmara
2017.10.20
Jakarta
171020_PH_Marawi_bodies_1000.jpg Kantong-kantong plastik berisi mayat para militan ISIS yang berhasil ditumpas oleh tentara Filipina di kota Marawi, Filipina selatan, 20 Oktober 2017.
Mark Navales/BeritaBenar

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen. TNI Totok Sugiharto, mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, akan menghadiri Asean Defense Ministers Meeting di Manila, Filipina, pada 23-24 Oktober 2017.

"Rombongan akan berangkat melalui Bandara Halim Perdana Kusuma dengan pesawat Boeing pukul 07.00 ke Filipina," katanya kepada BeritaBenar, Jumat, 20 Oktober 2017.

Salah satu agenda yang dibahas dalam pertemuan itu, jelas Totok, mengenai skema kerjasama dalam pemberantasan terorisme di kawasan.

"Kalau ajakan menghancurkan kelompok Abu Sayyaf, itu tergantung nanti bagaimana melalui prosedur yang disepakati," ujar Totok.

Sebelumnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis mengatakan ia akan meminta pemimpin Indonesia dan Malaysia untuk ikut bekerjasama menghancurkan kelompok militan bersenjata Abu Sayyaf dari perairan kawasan.

Abu Sayyaf, jaringan yang melakukan penculikan untuk mendapatkan uang tebusan dan telah berbaiat pada kelompok ekstrimis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu berada di belakang sejumlah penculikan di wilayah perairan Sulu di perbatasan Malaysia, Filipina dan Indonesia.

"Hancurkan mereka dari perairan tersebut untuk menjaga agar jalur pelayaran kita tetap terbuka dan aman. Mereka telah melakukan cukup banyak pembajakan di sana, cukup banyak uang yang dikumpulkan dari uang tebusan," kata Duterte dalam sebuah pidato di sebuah forum untuk para diplomat dan pemimpin Asia Tenggara di Manila.

"Saya baru saja menyelesaikan pertempuran di Marawi, mungkin saya bisa memfokuskan kembali seluruh angkatan bersenjata untuk menangani masalah ini sekali dan untuk selamanya."

Pernyataan Duterte itu dikeluarkan dua hari setelah orang pertama di Filipina tersebut mendeklarasikan Kota Marawi di Filipina selatan telah “dibebaskan dari pengaruh teroris” setelah hampir lima bulan pertempuran melawan kelompok militant termasuk anggota Abu Sayyaf.

Lebih dari 1.000 orang telah tewas sejak 23 Mei ketika para militan pro-ISIS melancarkan serangan ke Marawi, kota berpenduduk 200.000 jiwa dengan mayoritas Muslim di negara dengan mayoritas penduduk Katholik itu.

Militer Filipina mengatakan korban tewas termasuk 840 militan, 160 tentara dan setidaknya 47 warga sipil.

Sementara pihak rumah sakit mengatakan lebih dari 1.000 tentara terluka dalam pertempuran tersebut.

Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (Deputi II BNPT), Irjen. Pol. Arief Darmawan, dalam wawancara sebelumnya minggu ini memperkirakan ada beberapa orang Indonesia bergabung dengan kelompok teror di Marawi.

"Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang telah lama tinggal di Marawi. Tapi kami tidak memiliki rincian tentang identitas mereka," kata Arief.

Siap membantu

Mengenai skema kerjasama memberantas Abu Sayyaf, Totok menambahkan kemungkinan akan dilakukan dengan pantauan udara melalui helikopter atau koordinasi patroli laut di sekitar laut Sulu.

"TNI siap membantu ditugaskan dimana saja. Tidak ada alasan, apapun yang diperintahkan selalu siap, ada tugas satuan seperti Kopasus (TNI AD), Denjaka (Detasemen Jala Mengkara dari TNI Angkatan Laut), dengan spesialisasinya masing-masing. Serangan kota, hutan," ujarnya.

Sementara itu, Arief mengaku bahwa Indonesia selalu siap dalam membantu Filipina.

"Bukan hanya BNPT, tapi pemerintah kita siap untuk bekerja sama (dengan Filipina)" katanya saat dikonfirmasi BeritaBenar melalui telpon di Jakarta.

Selama ini, tambahnya, beberapa bentuk kerjasama terkait pemberantasan terorisme sudah dilakukan BNPT dalam bentuk sharing info intelijen dan capacity building.

"Apapun itu. Yang namanya terorisme memang harus diberantas. Yang penting adalah masing-masing negara bisa mematuhi aturan teritorial masing-masing dan bersinergi dengan negara lain," kata Arief.

Dalam keterangan sebelumnya Arief juga mengatakan bahwa pihak berwenang di Indonesia khususnya pejabat di Kalimantan memantau secara ketat batas-batas wilayah perbatasan Indonesia dengan Filipina selatan.

"Kami sangat berhati-hati, terutama di daerah perbatasan seperti Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan (provinsi)," ujar Arief.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.