Polisi Gagalkan Rencana Serangan Teror di Lamongan

Ketiga terduga militan yang ditangkap diyakini memiliki hubungan dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah.
Ismira Lutfia Tisnadibrata
2017.04.07
Jakarta
170407-ID-terror-620.jpg Foto tertanggal 15 Januari 2016 ini memperlihatkan anggota Densus 88 berjaga-jaga saat melakukan penggerebekan di sebuah rumah terduga teroris di Jawa Barat sehari setelah serangan teroris di Jl. Thamrin, Jakarta, yang menewaskan delapan orang.
AFP

Pasukan Detasemen Khusus Anti-Teror Polri (Densus 88) menggagalkan rencana serangan teroris terhadap Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Brondong setelah menangkap tiga terduga militan di Kecamatan Paciran, Kabupatan Lamongan, Jawa Timur, Jumat, 7 April 2017.

“Target serangan bisa besar atau kecil, yang penting tetap ada serangan untuk buktikan mereka tetap eksis dan sasarannya tetap polisi,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol. Martinus Sitompul, kepada BeritaBenar.

Martunis menjelaskan, identitas ketiganya adalah Zainal Anshori dan Adi Bramadinata yang ditangkap saat berboncengan sepeda motor sekitar pukul 9:30 WIB waktu setempat. Sekitar 30 menit kemudian, tim Densus 88 menciduk Zainal Hasan di rumahnya.

Polisi mengatakan ketiganya terafiliasi dengan tujuh terduga teroris anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di tiga lokasi terpisah di Jawa Barat dan Banten, pada 23 Maret lalu. Saat itu, seorang terduga teroris tewas ditembak karena disebut melawan petugas. JAD yang telah berbaiat dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah ditetapkan sebagai organisasi teroris global oleh pemerintah Amerika. Pemimoin JAD, terpidana teroris yang sekarang mendekam di penjara, Aman Abdurrahman, telah ditetapkan sebagai teroris global.

Menurut Martinus, Zainal Hasan ikut serta dalam pembelian senjata api di Filipina Selatan bersama Suryadi Mas’ud, salah seorang dari mereka yang ditangkap pada 23 Maret itu.

Dari sejumlah senjata yang dibeli, dua senjata masuk ke Indonesia dan dipakai dalam serangan bom di Jalan Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016, yang menewaskan delapan orang, termasuk empat pelaku.

“Tiga senjata lainnya masih dicari,” ujar Martinus.

Ketiga terduga teroris yang ditangkap di Lamongan itu juga diyakini memiliki hubungan dengan Aman Abdurahman dan Iwan Darmawan alias Rois. Seperti Aman, Rois juga narapidana kasus terorisme. Keduanya sedang menjalani hukuman di penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Aman merupakan narapidana yang divonis sembilan tahun penjara atas keterlibatannya dalam pelatihan militer Jamaah Islamiyah di Pegunungan Jalin, Kabupaten Aceh Besar, awal 2010. Dia juga disebut sebagai sosok di balik serangan teror di Jalan Thamrin.

Tahun lalu, Luhut Binsar Pandjaitan yang saat itu menjabat Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan mengatakan Rois juga terlibat dalam serangan di Jalan Thamrin.

Rois adalah narapidana hukuman mati pada September 2005 atas perannya dalam kasus pengeboman Kedutaan Australia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, 9 September 2004, yang menewaskan sembilan orang.

Martinus mengatakan bahwa Rois membuat rencana serangan dari penjara, termasuk untuk menyerang Polsek di Lamongan.

Terkait laporan dugaan bahwa Rois sempat merencanakan serangan di pusat ibukota Jakarta dengan meniru serangan teroris di Mumbai, India, tahun 2008, Martinus mengatakan, “belum ada informasi soal itu.”

Sebelumnya, Channel NewsAsia mengutip sumber anonim yang mengatakan polisi telah menggagalkan rencana serangan seperti di Mumbai yang dirancang Rois dari penjara.

Serangan teroris terhadap beberapa pusat bisnis di Mumbai, termasuk dua hotel dan stasiun kereta api, yang dilancarkan 10 pria bersenjata selama empat hari menewaskan 166 orang.

‘Selalu dibatalkan’

Brigjen. Pol Hamidin, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ketika dikonfirmasi tentang rencana serangan seperti di Mumbai itu mengatakan tidak dapat mengidentifikasi rencana penyerangan satu demi satu.

“Namun setiap rencana (serangan) hampir selalu bisa dibatalkan oleh polisi,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Pengamat terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya meragukan Rois sempat membuat rencana untuk melakukan penyerangan seperti di Mumbai.

“Saya tidak yakin. Itu narasi yang didapat setelah penangkapan tujuh orang di Banten dan Bekasi, bulan lalu,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Sedangkan, pakar terorisme Sidney Jones, Direktur Lembaga Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) yang berbasis di di Jakarta, mengatakan meski Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah kalah di Suriah dan Irak, tapi para pengikutnya masih tetap semangat untuk terus bergerak di Indonesia.

Sidney juga mengatakan pergerakan kaum militan masih banyak terpusat di Jawa, walau jaringan mereka sudah menyebar ke tempat-tempat lain di Indonesia.

“Akan ada terus usaha-usaha untuk melakukan serangan,” ujarnya dalam diskusi tentang perkembangan terbaru revisi UU Terorisme di Jakarta, Kamis, 6 April 2017.

Dengan penangkapan tiga terduga teroris di Lamongan makin menambah daftar mereka yang ditangkap Densus 88, termasuk tujuh orang ditembak mati sejak Desember 2016.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan setidaknya 160 orang terduga teroris ditangkap karena terkait ISIS sepanjang tahun 2016.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.