TNI Waspadai Infiltrasi Teroris yang Bisa Bangunkan Sel-Sel Tidur di Indonesia

Indonesia, Malaysia, dan Filipina menjadwalkan peluncuran patroli maritim bersama di Laut Sulu dan Sulawesi minggu depan.
Ismira Lutfia Tisnadibrata
2017.06.12
Jakarta
170609_ID_FPI_1000.jpg Presiden Joko Widodo (tengah), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (dua dari kiri) beserta pimpinan TNI lain menyaksikan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, 19 Mei 2017.
Dok. Puspen TNI

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pengamatan TNI menemukan adanya sel-sel tidur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di hampir semua provinsi dan kemungkinan infiltrasi kelompok militan yang menguasai Marawi di Filipina Selatan ke Indonesia dapat membangunkan sel-sel tersebut.

“Hampir semua provinsi di Indonesia, kecuali Papua, ada sel-sel ISIS yang sudah ada tapi tidur,” ujar Gatot dalam sambutannya pada acara buka puasa bersama media di Balai Sudirman, Jakarta, Senin, 12 Juni 2017.

Gatot menambahkan infiltran ini bisa meloncat berpindah dengan mudah dari Marawi ke dalam negeri melalui titik-titik terluar Indonesia.

“Ini yang sama-sama harus kita waspadai, karena begitu ada kejadian di satu tempat yang membangunkan sel-sel tidur, maka akan ada berbagai macam titik konflik yang beraliansi ke IS (ISIS),” ujar Gatot.

“Jangan sampai konflik di Suriah berpindah ke Indonesia. Kita harus mencegah jangan sampai mereka lari ke tempat kita karena benih-benih di tempat kita sudah ada,” tambahnya.

Untuk mencegah inflitrasi tersebut, TNI sudah memperkuat penjagaan di jalur-jalur tradisional melalui pulau-pulau terluar seperti Pulau Marore, Pulau Kaiwo, Pulau Matatuang di perairan Sulawesi Utara dan Pulau Morotai di wilayah Maluku Utara, ujar Mayjen Ganip Warsito, Panglima Kodam XIII Merdeka yang komando teritorialnya mencakup Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.

“Kita sudah tempatkan orang-orang di sana. Kita waspadai jangan sampai ada infiltrasi, bisa juga senjata, karena itu jalur yang memungkinkan dapat digunakan untuk infiltrasi,” ujar Ganip kepada wartawan di Balai Sudirman.

Menurutnya, pihak manapun yang memenangkan pertempuran di wilayah konflik Marawi di Filipina Selatan akan membawa dampak yang sama bagi Indonesia karena bila kelompok militan menang, wilayah tersebut akan menjadi basis kuat mereka dan sebaliknya bila militer Filipina menang, para militan yang kalah di sana dapat kabur ke wilayah Indonesia.

“Dan di sini ada sel-sel tidur yang siap menampung mereka,” ujar Ganip.

Selain berasal dari Filipina Selatan seperti kelompok Abu Sayyaf dan Maute, militan yang kini terus digempur militer Filipina, juga diyakini berasal dari Indonesia, Malaysia dan beberapa negara lain.

Sementara itu, pada hari Senin, 12 Juni 2017, pemerintah Amerika Serikat (AS)  telah menetapkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) sebagai organisasi teroris. Sebagai konsekuensi dari penetapan ini warga AS dilarang melakukan transakasi dengan MMI dan semua properti dan kepentingan MMI yang ada di bawah yurisdiksi AS, dibekukan.

Basis militer

Peta di atas menggambarkan Pulau Morotai, salah satu pulau yang diajukan menjadi tempat dibangunnya basis militer di pulau-pulau terluar di Indonesia. (BeritaBenar)

Terkait rencana pembangunan kekuatan militer di Pulau Morotai, Gatot mengatakan hal itu sesuai dengan kebijakan rencana strategis TNI yang pernah dipaparkannya kepada Presiden Joko Widodo, untuk memperkuat kehadiran TNI di pulau-pulau terluar seperti Kepulauan Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan, Pulau Morotai, Pulau Biak, di Papua dan Pulau Saumlaki di Maluku.

Gatot mengatakan realisasi pembangunan kekuatan militer di pulau-pulau tersebut akan tergantung pada kondisi ekonomi.

Untuk menjaga wilayah Indonesia dari ancaman yang datang dari wilayah utara, TNI sedang membangun dermaga kapal selam di Pangkalan Angkatan Laut di Palu, Sulawesi Tengah.

Dalam siaran pers TNI seusai meninjau pembangunan dermaga tersebut, Jumat, 9 Juni 2017, Gatot mengatakan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi di Marawi, TNI telah mengerahkan kapal selam untuk mengintai di kawasan perairan Pulau Marore dan Pulau Miangas.

Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan rencana pembangunan kekuatan militer di Pulau Morotai adalah bagian dari rencana lama konsep pertahanan maritim Indonesia yang belum sempat terealisasi hingga sekarang.

“Mungkin sekarang sudah ada momentumnya, hanya saja ancamannya sudah di depan mata, jadi TNI harus punya skema lain sementara belum ada pangkalan dengan kekuatan yang menetap,” ujar Khairul kepada BeritaBenar.

Khairul mengatakan ancaman bangunnya sel tidur teroris di Indonesia yang dapat berpotensi konflik di wilayah-wilayah masih tergolong ancaman dengan “intensitas rendah”.

“Ancaman itu tidak akan sampai ke tahap menguasai wilayah seperti di Marawi,” ujarnya sambil menambahkan bahwa potensi ancaman di berbagai wilayah terutama Jawa tetap ada namun kecil kemungkinannya bisa sampai menguasai wilayah.

Latihan bersama

Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Totok Sugiharto, membenarkan kabar bahwa Indonesia, Malaysia, dan Filipina akan meluncurkan patroli maritim bersama di Laut Sulu dan Sulawesi, awal pekan depan, setelah lama tertunda.

Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu beserta rekan-rekan sejawatnya dari Malaysia, Hishamuddin Tun Hussein, dan Filipina, Delfin Negrillo Lorenzana, dijadwalkan akan hadir di peluncuran patroli bersama di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 19 Juni mendatang.

“Peluncuran patroli ini untuk melanjutkan rencana yang sempat tertunda sebelumnya,” ujar Totok kepada BeritaBenar.

Dikutip dari laman tni.mil.id, kapal perang KRI dr Suharso-990 telah berangkat dari Pangkalan TNI Angkatan Laut (AL) jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya pada Minggu, 11 Juni 2017, menuju Tarakan.

Patroli bersama itu diputuskan setelah menteri luar negeri dan panglima angkatan bersenjata ketiga negara mengadakan pertemuan trilateral di Yogyakarta, tahun lalu, menyusul terjadinya serangkaian pembajakan kapal dimana sejumlah anak buah kapal Malaysia dan Indonesia disandera militan Abu Sayyaf yang telah berbaiat kepada ISIS.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.