Pemerintah Indonesia Menyelidiki TKI Yang Diduga Bergabung ISIS
2015.03.26
Pemerintah Indonesia menginvestigasi hilangnya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang diduga pergi ke Suriah untuk menyusul suaminya.
Najma (25) yang sedang hamil 7 bulan dikabarkan telah meninggalkan Hong Kong untuk bergabung dengan the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Kepala Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong menegaskan bahwa berita ini muncul beberapa minggu yang lalu. Najma dikabarkan meninggalkan Hong Kong tanggal 27 Febuari.
“Pengetahuan kami tentang Najma masih terbatas. Saat ini berita tersebut sedang marak dibicarakan dalam jejaring sosial. Pihak KJRI masih melakukan investigasi,” kata Rafail Walangitan, Kepala Konsul KJRI Hong Kong.
Rafail menambahkan situasi ini menjadi serius bukan hanya tentang hilangnya Najma tetapi juga beredarnya foto tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan atribut ISIS.
“Kami masih menyelidiki kebenarannya. KJRI akan bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk memastikan berita ini. Tetapi saat ini kita masih belum bisa memberikan klarifikasi. Sampai sekarang belum ada fakta bahwa TKI Indonesia telah pergi ke Suriah untuk bergabung ISIS,” katanya ketika dihubungi oleh BenarNews lewat jaringan telefon tanggal 26 Maret.
Nama lengkap Najma, asal dan nama suami Najma yang dikabarkan telah bergabung dengan ISIS di Suriah sampai sekarang juga masih belum dikonfirmasi.
Hong Kong waspada
Leung Chun-ying, Kepala Eksekutif Hong Kong, pekan lalu memperingatkan bahwa penduduk kota harus waspada dengan perekrutan ISIS di kota tersebut.
Ia berkata bahwa Hong Kong adalah salah satu kota paling aman dan menjadi tujuan wisata internasional.
“Melihat ancaman teroris, kita tidak boleh menganggap enteng. Ini masalah serius,” katanya seperti dikutip dalam South China Morning Post tanggal 24 Maret.
Ketua Aliansi Migran Muslim Indonesia di Hong Kong, Romlah Rosedah, mengkonfirmasi kepada BenarNews bahwa Najma sempat meminjam uang dari TKI lainnya untuk menyusul suaminya di Suriah.
"Najma mengatakan kepada temannya akan membayar kembali uang tersebut begitu ia tiba di Suriah. Beberapa bulan sebelumnya Najma juga sempat bertanya secara pribadi kepada saya tentang cara untuk ke Suriah. Meskipun demikian saya tidah tahu persis apakah benar dia ke Suriah atau menghilang ke tempat lain,” kata Rosedah kepada BenarNews tanggal 26 Maret.
Rafail menyatakan pihak KJRI tidak pernah membuat visa untuk warga negara Indonesia (WNI) yang akan ke Suriah dari Hong Kong.
"Kita belum mendengar tentang mereka yang pergi ke sana dari Hong Kong. Tetapi akan kami selidiki kembali," katanya.
Meredam Gerakan ISIS di Hong Kong
Kekhawatiran yang sama disampaikan oleh Ketua Support Group untuk Asosiasi Majikan dan Pekerja Migran di Hong Kong.
"Saya khawatir dengan beberapa pekerja migran yang terpengaruh secara emosional jika mereka bergabung dengan kelompok tersebut. Mereka bisa menjadi temperamental dan mungkin akan membahayakan anak-anak yang mereka asuh,” kata Joan Tsui, seperti dikutip oleh the Strait Times.
Joan mengatakan bahwa belakangan ini ada beberapa tenaga kerja asing yang menerima selebaran-selebaran berisi rayuan untuk bekerja di negara yang lain,
Banyak pekerja rumah tangga asal Indonesia menerima pamflet yang mendorong mereka untuk bekerja di wilayah Zinjiang, Tiongkok, Straits Times melaporkan.
Phamflet ini juga menunjukkan foto wanita bercadar dan tertutup dari kepala sampai kaki, membawa bendera ISIS.
Rafail memahami situasi ini dan memastikan akan melakukan koordinasi dengan kepolisian dan juga pihak imigrasi guna mengidentifikasi WNI yang terpengaruh paham ISIS.
Ia juga memastikan bahwa KJRI akan bekerjasama dengan pemerintah lokal di Hong Kong.
“Kami juga melakukan koordinasi dengan Islamic Union Hong Kong dan menyampaikan himbauan agar para TKI tidak mudah terbujuk dan terjebak dalam gerakan tersebut,” kata Rafail.
Pemerintah Hong Kong minggu ini telah membatalkan pengajian yang digelar oleh kelompok Mujahiddah Islam Hong Kong. Perdana Ahmad dan Sahal Khan yang terbang ke Hong Kong via Malaysia Airlines nomor penerbangan MH448 dari Kuala Lumpur ditahan imigrasi karena dugaan terlibat gerakan ISIS.
Kedua ulama ini dijadwalkan akan mengisi pengajian di Distrik Fortress Hill bertema ‘Mengungkap Kesesatan Syiah dan Pelatihan Ruqyah Syariyyah.’
Tiga warga Malang ditangkap diduga pengikut ISIS
Usaha untuk mencegah semakin banyaknya WNI yang ingin bergabung dengan ISIS juga dilakukan dengan upaya penegakan hukum.
Densus 88 menangkap tiga orang diduga pengikut ISIS di Malang, Jawa Timur (Jatim) tanggal 25 Maret.
Mereka adalah Abdul Hakim Munabari, Helmi M. Alamuddin dan Ahmad Junaidi.
Kepala Kepolisian Jatim Anas Yusuf membenarkan penangkapan tersebut.
“Mereka diindikasikan terlibat jaringan kelompok Salim Al Mubarok alias Abu Jandal," kata Anas Yusuf di kantornya tanggal 26 Maret.
Anas juga berkata satu dari mereka terlibat pembuatan video propaganda ISIS di YouTube.
Pengamat terorisme Al Chaidar berkata penangkapan tersebut melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena belum ada Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang menyatakan ISIS adalah teroris.
“Perppu yang mengatur tentang ISIS atau pendukungya belum ada. Jadi penangkapan tersebut melanggar HAM. Kalau ini berlanjut dampaknya akan lebih serius, karena akan membuat mereka dan keluarga mereka semakin dendam terhadap apparat,” Al Chaidar berkata kepada BenarNews, tanggal 26 Maret.
Al Chaidar menambahkan, polisi tidak seharusnya memperlakukan “terduga” pendukung ISIS seperti teroris.
“Mereka belum melakukan aksi teroris dan mereka tidak punya pengacara untuk membela diri,” tuturnya.
Adik Abdul Hakim Munabari, Nur Camelia, menyatakan sedih dengan penangkapan saudara kandungnya.
“Saya tidak pernah melihat Abdul terlibat dengan gerakan militan ISIS. Dia tidak pernah sekalipun berbicara kepada keluarga tentang keterkaitannya dengan organisasi tersebut,” katanya kepada BenarNews.
Nur berharap Abdul akan lekas dibebaskan setelah investigasi.
“Semoga semua tuduhan ini tidak benar,” katanya.