TNI: 3 Pemberontak Ditembak Mati, Separatis: Korban adalah Warga Sipil
2021.02.16
Jakarta
Tiga orang yang diduga anggota kelompok separatis ditembak mati aparat gabungan TNI-Polri karena melawan petugas di Puskesmas Sugapa, Intan Jaya, Papua, kata pejabat militer setempat Selasa (16/2), namun kelompok separatis mengatakan ketiganya adalah warga sipil.
Kekerasan pada hari Senin (15/2) itu merupakan insiden kelima yang diduga melibatkan kelompok separatis di Intan Jaya, Papua, sejak awal tahun. Pada hari yang sama beberapa saat sebelumnya, seorang anggota TNI juga tewas dalam konflik antara aparat kemanan dan kelompok separatis.
Penembakan terhadap tiga pemuda – yang diindentifikasi bernama Janius Bagau, Justinus Bagau, dan Januarius Sani – pada hari Senin itu terjadi ditengah pengejaran yang dilakukan oleh tentara dan polisi menyusul tewasnya seorang anggota TNI berusia 22 tahun beberapa saat sebelumnya, kata Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Kolonel I Gusti Nyoman Suriastawa.
“Setelah dicocokkan dengan identitas dan beberapa barang bukti lain seperti surat pernyataan perang oleh KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata), ketiganya dipastikan anggota KKSB yang selama ini sering melakukan aksi teror dan penyerangan terhadap masyarakat dan aparat keamanan di Sugapa,” kata Suriastawa dalam pernyataan yang diterima BenarNews.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk pengurusan tiga jenazah KKSB itu,” lanjut Suriastawa.
Tragedi bermula saat tim gabungan TNI/Polri melakukan pengejaran pelaku penembakan yang menewaskan Prada Ginanjar Arianda dan memeriksa Janius Bagau. Namun saat diperiksa, Janius tiba-tiba melarikan diri dengan meloncat ke jurang, demikian kata Suriastawa.
Aparat sempat melepaskan tembakan dan dilaporkan mengenai tangan Janius, tapi ia berhasil lolos.
Tidak berapa lama kemudian, aparat mendapat informasi dari warga setempat bahwa seseorang dengan luka tembak telah dibawa ke Puskesmas Sugapa oleh sejumlah orang dan Kepastoran Gereja Katolik Bilogai.
Petugas lantas mendatangi puskesmas untuk mengecek kabar tersebut dan mendapati bahwa pria tersebut adalah Janius.
Tidak berselang lama, Justinus Bagau dan Januarius Sani disebut mendatangi puskesmas dengan dalih menjenguk Janius, namun belakangan justru menyerang dan berupaya merampas senjata petugas dan hendak melarikan diri, kata Suriastawa.
"Aparat dengan sigap melumpuhkan ketiga orang itu hingga tewas," tambahnya.
Juru bicara kelompok separatis Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom menyangkal para korban sebagai anggota kelompoknya. Menurut keterangan masyarakat setempat, terang Sebby, ketiganya adalah warga sipil.
"Saya terima laporan dari lapangan dari lapangan bahwa mereka adalah warga sipil, bukan anggota TPNPB. Itu dikonfirmasi semua pihak di Sugapa," kata Sebby kepada BenarNews.
Situs berita Suara Papua melaporkan, mengutip penduduk yang tidak disebutkan namanya, bahwa ketiga korban yang masih satu keluarga itu tewas disiksa di Puskesmas Bilogai di Yokatapa, Sugapa.
“Janius itu korban yang sebelumnya tertembak dari Amaesiga. Dua orang (lainnya) itu sehat. Mereka ada di Puskesmas untuk jaga Janius. Tetapi mereka diperiksa dan diinterogasi lalu dipukul sampai ketiganya meninggal dunia di Puskesmas tadi malam,” kata Suara Papua, mengutip sumber tersebut.
Rentetan kekerasan
Kekerasan pada hari Senin yang menewaskan Janius Bagau, Justinus Bagau, Januarius Sani dan Prada Ginanjar Arianda itu merupakan insiden kelima yang diduga melibatkan kelompok separatis di Intan Jaya, Papua, sejak awal tahun.
Dalam keterangan kepada BenarNews, TPNPB mengklaim bertanggung jawab atas tewasnya Ginanjar dalam konflik TNI/Polri dan kelompok separatis pimpinan Sabinus Waker pada Senin pagi itu.
Peristiwa kekerasan pertama awal 2021 ditandai dengan pembakaran pesawat Twin Otter perintis milik Mission Aviation Fellowship (MAF), organisasi berbasis di Amerika yang membawa bantuan kemanusiaan untuk masyarakat pedalaman Papua, saat pesawat tersebut mendarat di Distrik Biandoga, Kabupaten Intan Jaya, pada 6 Januari 2021.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Pelakunya, kelompok separatis yang didalangi Sabinus Waker mengatakan membakar pesawat tersebut karena pesawat itu diindikasikan membawa tentara atau terkait militer Indonesia, hal yang ditepis oleh perwakilan MAF.
Tiga hari berselang, seorang anggota TNI, Prajurit Dua Agus Kurniawan, meninggal dunia setelah ditembak di daerah Titigi, Kabupaten Intan Jaya.
Peristiwa ketiga adalah penembakan Prajurit Satu Roy Febrianto dan Prajurit Satu Dedi Hamdani hingga meninggal dunia pada 22 Januari.
Insiden keempat terjadi pada tanggal 1 Februari, dengan korban jiwa seorang warga sipil bernama Boni Bagau. Ia diduga ditembak kelompok separatis usai dicuragai sebagai mata-mata TNI/Polri.
BenarNews mencatat sejak Januari 2021 hingga saat ini setidaknya empat anggota TNI, seorang sipil dan empat terduga anggota kelompok separatis tewas dalam kekerasan di Papua, wilayah paling timur di Indonesia yang terus digoncang konflik antara aparat kemanan dan kelompok separatis yang ingin Papua merdeka dari Indonesia.
Sementara itu militer Indonesia mengatakan tujuh dari 11 prajurit TNI yang meninggal di Kabupaten Intan Jaya, Papua, sejak Agustus 2020, adalah korban penembakan kelompok bersenjata,
"Dari jumlah tersebut empat prajurit di antaranya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas," kata Asisten Operasi Kogabwilhan III Brigjen Suwastyo, seperti dikutip kantor berita Antara.
Sebby Sambom mengatakan TPNPB tidak akan berhenti mengangkat senjata sampai Pemerintah Indonesia mau berunding dengan kelompok separatis.
"Pemerintah Indonesia harus membuka diri dan bersedia duduk di meja perundingan bersama pimpinan TPNPB dan semua elemen perjuangan guna mencari solusi," terang Sebby.
Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (AIDP) Latifah Anum Siregar menambahkan, diskusi memang merupakan jalan terbaik dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Papua.
"Semua pihak, baik pemerintah maupun KKB (Kelompok Kekerasan Bersenjata) harus mau menghentikan pendekatan kekerasan," pungkas Anum, saat dihubungi.
Merujuk catatan AIDP, Intan Jaya memang menjadi salah satu daerah berbahaya di Papua. Dari 55 kasus kekerasan sepanjang 2020 di Papua, setengah di antaranya dilaporkan AIDP terjadi di Intan Jaya.
Angka ini naik dibanding 2019, dengan total kekerasan di wilayah Papua tercatat sebanyak 32 kasus.