TNI AU Kirim Empat Jet Tempur ke Natuna

Badan Keamanan Laut menyatakan kapal-kapal Cina masih berada di perairan Indonesia.
Arie Firdaus
2020.01.07
Jakarta
200107_ID_Natuna_1000.JPG Sebuah jet tempur F-16 C tiba di pangkalan udara militer Raden Sadjad di Pulau Natuna, provinsi Kepulauan Riau, 7 Januari 2020.
Antara Foto/M.Risyal Hidayat/via REUTERS

Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengirim empat jet tempur jenis F-16 ke wilayah perairan Natuna pada Selasa (7/1/2020), menyusul meningkatnya ketegangan antara Indonesia dan Cina di Laut Natuna Utara yang dipicu masuknya sejumlah kapal nelayan dan kapal penjaga perairan Cina yang kini masih berada di wilayah perairan yang disengketakan tersebut.

Menurut Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadi Marsekal Pertama Ronny Irianto Moningka, empat jet tempur yang dikirim dari Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin di Pekanbaru, Riau, itu nantinya akan berpatroli di perairan Natuna untuk menjaga wilayah Indonesia, sesuai instruksi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

"Kita tidak buat provokasi dengan pihak manapun. Kami menjaga wilayah kita," kata Ronny Irianto Moningka dikutip dari laman kantor berita Antara.

Ronny tak memerinci sampai kapan operasi patroli bersandikan Lintas Elang 20 tersebut bakal berlangsung. Hal itu, terangnya, bakal bergantung situasi dan instruksi dari Panglima TNI.

"Perintahnya bergeser dulu karena pada dasarnya kami menyiapkan personel untuk melaksanakan operasi pengamanan wilayah kedaulatan," tambah Ronny.

Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Fajar Andrinto di laman Reuters menambahkan, pengiriman empat jet tempur dari Pekanbaru ke Natuna juga tidak bermaksud memancing perang dengan Cina.

"Mereka (jet tempur) melakukan patroli standar untuk melindungi kedaulatan," ujar Fajar.

Kapal Cina

Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrachman di kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan mengatakan, hingga Selasa pagi, kapal-kapal Cina masih berada di perairan Natuna, baik kapal nelayan atau kapal penjaga perairan.

"Laporan Menteri Luar Negeri bahwa masih ada dua coast guard mereka di sekitar situ. Ada satu di luar, ada dua perkuatan di Pulau Nansha (Spratly). Mungkin akan ada pergantian patroli mereka," kata Taufiq.

Jumlah tersebut sama dengan data dari Maritime Traffic, sebuah website tentang pelacakan kapal yang menyebutkan setidaknya dua kapal China, Zhongguohaijing dan Haijing 35111 - berada di perairan di tepi zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia pada hari Selasa, sekitar 200 km (124 mil) dari Kepulauan Riau.

Ryan Martinson, seorang pakar pada InstitutKajian Maritim Cina mengatakan setidaknya ada empat kapal penegak hukum maritim China beroperasi di ZEE Indonesia pada Selasa seperti cuitan twiternya.

Menurut Kepala Bakamla, sejauh ini, komunikasi dengan kapal-kapal Cina itu terus dilakukan otoritas Indonesia. Hal ini guna mencegah terjadinya konflik terbuka antara kedua negara.

"Intinya secara legal kita tidak mengakui itu (nine-dashed line) karena kita merujuk Konvensi Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS). Sedangkan mereka berdasarkan sejarah. Jadi tidak akan bertemu," lanjut Taufiq.

"Kalau itu (beda pendapat soal klaim) enggak selesai, maka sampai kapan pun akan seperti ini. Makanya kemarin saya sampaikan bahwa harus ada orkestra tim antara operasi dan diplomasi."

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, dikutip dari laman Detik.com, mengatakan bahwa kedaulatan Indonesia di perairan Natuna adalah hal mutlak.

Ia pun menepis pemerintah Indonesia bakal bersikap lunak kepada Cina kendati negara itu merupakan salah satu investor besar di Tanah Air.

"Enggak mungkin kedaulatan kita tergadai sama investasi," ujar Luhut.

Hingga semester pertama 2019, Cina merupakan negara dengan jumlah investasi terbesar ketiga di Indonesia, di bawah Singapura dan Jepang. Negeri Tirai Bambu itu menginvestasikan dana senilai USD2,3 miliar.

Adapun Singapura dan Jepang masing-masing menanam dana sebesar USD3,4 miliar dan USD2,4 miliar.

Pernyataan Cina

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, dalam keterangan pada hari ini mengatakan, Beijing dan Jakarta telah berkomunikasi secara diplomatik terkait sengketa maritim di perairan Natuna.

"Cina dan Indonesia adalah rekan strategis menyeluruh. Bagi kami, persahabatan dan kerja sama adalah yang utama," kata Geng Shuang, dilansir laman Kementerian Luar Negeri Cina.

Ditambahkan Geng, Cina dan Indonesia beserta negara Asia Tenggara lain akan tetap berupaya menjaga stabilitas dan keamanan regional.

"Cina selalu mamandang hubungan bilateral dengan Indonesia dari perspektif strategis dan jangka panjang," kata Geng, seraya menambahkan bahwa sengketa yang muncul belakangan di Natuna tidak bakal mengganggu perayaan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

"Kami percaya Indonesia juga memiliki kerangka besar tentang hubungan bilateral dan stabilitas regional, menuntaskan perbedaan dengan Cina secara baik dan membantu menjaga situasi dan kondisi menjelang perayaan 70  tahun hubungan diplomatik," ujarnya.

"Sebagai rekan strategis, Cina dan Indonesia menikmati kerja sama yang luas dengan potensi besar. Sepanjang kami mengupayakan tujuan sama, kami akan mencapai perkembangan lebih baik."

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.