TNI AL Latihan Bersama Cina di Laut Jawa

Kapal Xing Dao-863 berhasil memetakan lokasi Nanggala-402 dengan lebih jelas, namun tim evakuasi belum bisa menentukan metode pengangkatan.
Ronna Nirmala
2021.05.10
Jakarta
TNI AL Latihan Bersama Cina di Laut Jawa Foto yang tidak diketahui kapan diambilnya ini namun dirilis pada 15 September 2020 oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) Indonesia, memperlihatkan kapal penjaga pantai Cina berlayar di Laut Natuna Utara, Provinsi Kepulauan Riau.
Bakamla via AP

Indonesia dan Cina menggelar latihan kapal perang bersama di utara Pulau Jawa akhir pekan kemarin, sementara upaya untuk mengangkat bangkai kapal selam yang tenggelam dengan bantuan kapal angkatan laut Tiongkok masih  mengalami hambatan, demikian kata TNI AL pada Senin (10/5). 

Latihan dilaksanakan hari Sabtu saat dua kapal perang Cina (People’s Liberation Army Navy/PLAN) melintas dari arah utara menuju selatan melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), sebut Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksda Abdul Rasyid, komando armada yang meliputi wilayah perairan Indonesia bagian barat.

Passing exercise (passex) dengan kapal perang Cina ini merupakan kegiatan latihan yang lumrah dilaksanakan oleh angkatan laut negara-negara di dunia setiap ada kapal perang negara sahabat yang berkunjung atau melintas, termasuk di perairan Indonesia,” kata Rasyid dalam keterangan tertulis yang diterima BenarNews

KRI Usman Harun-359 dan KRI Halasan-639 bersama-sama dengan dua frigat Cina, Liuzhou-573 dan Suqian-504, mengawali kegiatan dengan melakukan latihan komunikasi antarkapal dan dilanjutkan dengan operasi penyelamatan dan manuver taktis. 

Pada latihan penyelamatan, masing-masing kapal turut melaksanakan metode pencarian orang jatuh di laut. 

“Melalui latihan ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan persahabatan antara TNI AL dan PLAN serta meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL dalam melaksanakan latihan bersama angkatan laut negara sahabat melalui passex ini”, lanjut Rasyid. 

Kepala tim formasi pelatihan lepas pantai PLANS, Mei Guoqiang kepada PLA Daily mengatakan latihan tersebut digelar untuk meningkatkan kemampuan kedua belah pihak untuk menjaga perdamaian regional. 

“Latihan ini membantu meningkatkan koordinasi antara kapal perang, memperdalam komunikasi profesional, meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama, serta bersama-sama menunjukkan tindakan praktis menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Mei, dikutip Senin.  

Pekan lalu, kapal induk AL Cina Shandong baru saja menyelesaikan latihan perang untuk pertama kalinya di Laut Cina Selatan, demi meningkatkan kemampuan negaranya dalam melindungi kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan, kata juru bicara AL Cina Gao Xiucheng dikutip dari laman resmi Kementerian Pertahanan Cina.

Gao mengatakan keberadaan Shandong di perairan bersengketa itu adalah bagian dari latihan rutin yang termaktub dalam rencana kerja tahunan AL Cina dan sepenuhnya sah. 

Pihaknya meminta pihak luar untuk melihat latihan ini secara obyektif dan rasional, seraya menekankan bahwa hal ini akan terus dilakukan pihaknya secara rutin. 

Indonesia tidak menganggap memiliki klaim di Laut Cina Selatan. Kendati demikian, Jakarta kerap memprotes masuknya kapal ikan dan patroli laut Beijing ke wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) di perairan Natuna.

Pangkoarmada I di sisi lain, mengatakan bahwa Koarmada I rutin menggelar operasi laut sepanjang tahun dengan menghadirkan unsur KRI dan pesawat udara intai maritim untuk memastikan kedaulatan dan keamanan laut di wilayah yurisdiksi nasional Indonesia terjaga. 

Naval presence atau kehadiran unsur KRI di laut maupun Maritime Patrol Aircraft (MPA) merupakan suatu keharusan untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keamanan negara di laut,” kata Rasyid. 

Upaya pengangkatan KRI Nanggala-402

Pekan lalu juga, Cina mengirimkan tiga unit kapal AL-nya untuk membantu proses pengangkatan KRI Nanggala-402 yang tenggelam bersama 53 kru di perairan Bali. 

Adapun tiga kapal tersebut adalah PRC Navy Ship Ocean Tug Nantuo-195, PRC Navy Ocean Salvage & Rescue Yong Xing Dao-863, dan Scientific Salvage Tan Suo 2. Sebanyak 48 penyelam dari AL Cina juga dilibatkan dalam operasi pengangkatan.  

Sementara di perairan Bali, upaya pengangkatan KRI Nanggala-402 yang dibantu kapal Angkatan laut Cina masih berhadapan dengan beragam kendala seperti kedalaman lokasi dan cuaca di laut yang tidak memungkinkan. 

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan hingga saat ini kapal survei Xing Dao-863 telah berhasil mengambil gambar dan video dari KRI Nanggala-402 di kedalaman 838 meter dengan lebih jelas untuk pemetaan lokasi. 

Namun, tim evakuasi Cina dan Indonesia masih belum bisa menentukan metode pengangkatan kapal berbobot 1.395 ton yang telah terbelah menjadi tiga bagian ini. 

Sebelumnya, tim evakuasi berencana mengikatkan tali ke bangkai kapal Nanggala-402 untuk selanjutnya diangkat ke permukaan. Dengan kedalaman tersebut, pengikatan tersebut hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan robot. 

“Dari tim, sedang dikalkulasikan teknik metode apa yang akan dipakai mengingat kedalamannya dan menggunakan robot tidak selues manusia,” kata Julius kepada BenarNews, Senin. 

“Banyak faktor yang menjadikan kendala dan keterbetasan untuk jadi bahan kajian,” lanjutnya. 

Julius mengatakan, tim gabungan akan tetap mengoptimalkan operasi pengangkatan dengan memperhitungkan berbagai faktor tersebut. “Belum ada pembatalan evakuasi, (tiga kapal) masih ada di lokasi,” katanya. 

Lokasi karamnya KRI Nanggala-402 tetap memiliki risiko yang tinggi meski kapal-kapal AL Cina ini memiliki kemampuan menyelam dan mengangkat beban hingga 2.000 ton. Dasar Laut Bali dicirikan oleh lereng yang curam dengan kedalaman maksimum 1.590 m.

Selain lokasi, kapal selam buatan Jerman itu juga tenggelam dengan membawa tiga torpedo kepala perang yang masih aktif. Julius memastikan proses pengangkatan akan menggunakan kehati-hatian sehingga publik tidak perlu mengkhawatirkan bahaya yang mungkin ditimbulkan. 

KRI Nanggala-402 hilang kontak saat persiapan melakukan latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali, Rabu (21/4).

Peneliti Senior Center for Sustainable Ocean Policy Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Aristyo Rizka Darmawan, sebelumnya mengatakan keterlibatan kapal AL Cina dalam misi pencarian KRI Nanggala-402 tidak bisa dilepaskan dari aspek diplomasi yang dimainkan oleh Cina maupun Indonesia. 

“Kita nanti bisa lihat apakah ini tulus atau ada hidden agenda. Secara geopolitik itu yang kita perhatikan. Mungkin tidak secara tertulis imbal baliknya, mungkin berupa soft diplomacy dengan mempertimbangkan respons dengan Cina ketika nanti misalnya terjadi eskalasi lagi,” tambahnya lagi. 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.