Malaysia, Indonesia, Filipina dan Interpol Tanggulangi Terorisme

Brunei juga ambil bagian dalam “Operasi Maharlika,” yang bertujuan untuk menghentikan militan dari menyerang perbatasan.
Colin Forsythe
2017.10.31
Kota Kinabalu, Malaysia
171031-MY-ID-interpol-620.jpg Pejabat polisi dari Malaysia, Filipina, Indonesia, Brunei dan Interpol berpose bersama saat peluncuran Operasi Maharlika, di Sandakan, Sabah, Malaysia, 31 Oktober 2017.
BeritaBenar

Pasukan polisi dari Malaysia, Indonesia, Filipina dan Brunei akan bekerja sama dengan Interpol untuk menangkap militan asing yang berusaha menyusup ke perbatasan bersama mereka, saat mereka mengawali dua minggu operasi gabungan yang dimulai Rabu, demikian sejumlah pejabat.

Negara-negara tersebut akan menggunakan database 75 juta orang, termasuk tersangka teroris, yang disediakan oleh Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) yang berbasis di Prancis.

"Asia, seperti setiap wilayah di dunia, telah dan terus menjadi sasaran teroris," kata Harald Arm, direktur analisis dan dukungan operasional Interpol, kepada wartawan Selasa dalam sebuah acara media di Sandakan, Malaysia, dalam peluncuran Operasi Maharlika.

"Maharlika" berarti "orang bebas" di Filipina kuno.

Keempat negara tersebut berbagi wilayah di pulau Kalimantan, yang terletak di dekat Filipina selatan yang menjadi markas gerilyawan yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang terlibat pertempuran lima bulan dengan pasukan pemerintah di kota Marawi hingga pekan lalu. Lebih dari 1.200 orang tewas dalam pertempuran yang pecah pada 23 Mei itu.

"Operasi seperti Maharlika adalah salah satu cara di mana Interpol bekerja bagi negara-negara anggota untuk membantu mereka mengamankan perbatasan mereka dan mencegah pergerakan teroris dan senjata yang dapat digunakan dalam serangan," jelasnya.

Operasi akan sangat penting dalam menjalankan upaya antara negara-negara anggota dalam "waktu yang sebenarnya" Arm menambahkan.

"Database Interpol berisi 75 juta catatan dan, pada 2016, ada tiga miliar pemeriksaan yang dilakukan," kata Arm, "saat ini, database Interpol diperiksa 200 kali per detik."

Dia mengatakan akses ke database Interpol akan memungkinkan negara-negara peserta untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan terorisme di wilayah tersebut.

Pertarungan di Marawi pecah ketika pasukan Filipina bergerak untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf Filipina yang juga merupakan kepala ISIS Asia Tenggara.

Dia dan pejuangnya didukung oleh militan asing, termasuk warga Malaysia dan Indonesia, kata militer Filipina. Hapilon terbunuh pada hari-hari terakhir pertempuran, seperti juga Mahmud Ahmad, seorang pemimpin militan Malaysia dan mantan profesor.

Pertarungan yang mencakup pemboman setiap hari yang dilakukan militer, menghancurkan kota tepi danau yang indah berpenduduk 200.000 orang tersebut.

Dukungan peralatan dan database

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (kiri) bergabung dengan rekan-rekannya dari Malaysia, Hishammuddin Hussein (tengah), dan Filipina, Delfin Lorenzana, untuk foto bersama setelah peluncuran patroli udara bersama di pangkalan udara militer Subang di Petaling Jaya, Malaysia, 12 Oktober 2017. [AP]
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (kiri) bergabung dengan rekan-rekannya dari Malaysia, Hishammuddin Hussein (tengah), dan Filipina, Delfin Lorenzana, untuk foto bersama setelah peluncuran patroli udara bersama di pangkalan udara militer Subang di Petaling Jaya, Malaysia, 12 Oktober 2017. [AP]

Selama kegiatan Maharlika tersebut kepolisian dari keempat negara tersebut akan melakukan operasi di wilayah masing-masing dengan dukungan pelatihan dan peralatan dari Interpol, kata Zulkifli Abdullah, yang memimpin divisi Keamanan Internal dan Ketertiban Umum kepolisian Malaysia.

Operasi bersama tersebut bertujuan untuk mencegah militan asing bergerak ke wilayah bersama, ujarnya.

Interpol akan menyediakan peralatan yang berisi data tentang individu, yang memungkinkan petugas penegak hukum memeriksa catatan kriminal seseorang di tempat, jelasnya.

"Kami akan tahu apakah orang tersebut berada dalam daftar pencarian di negara tersebut atau di tempat lain," kata Zulkifli.

Operasi tersebut, kata Zulkifli, akan mencakup bandara, laut, dan perbatasan darat. Hasil akan dibahas dalam pertemuan perwakilan pemerintah di akhir tahun, katanya.

"Kita tidak dapat berbicara secara spesifik tentang bagaimana operasi ini akan berjalan. Kami tidak bisa mengungkapkan operasi kami, "kata Zulkifli kepada wartawan.

Zulkifli mengatakan Zona Keamanan Sabah Timur (ESSZONE) akan menjadi fokus utama operasi di Malaysia. Negara bagian Sabah terletak di dekat Filipina selatan.

"Jika operasi berhasil, kami akan memeriksanya dan mungkin melanjutkannya di masa depan. Jika ada masuknya teroris asing lintas batas, kami akan membagikan informasinya dalam waktu yang sebenarnya," tambahnya.

Awal bulan ini, Malaysia, Indonesia dan Filipina meluncurkan Trilateral Air Patrol (TAP), untuk mendukung upaya maritim bersama yang bertujuan untuk menanggulangi ancaman bersama perbatasan dari para ekstremis terkait ISIS.

"Tidak ada negara yang aman dari cengkeraman ISIS. Tapi hari ini kami telah mengirim sinyal jika mereka mengganggu salah satu dari kami, kami akan menghadapi secara langsung," demikian pernyataan Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein kepada wartawan saat peluncuran TAP di Subang, Malaysia.


Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.