Trump Jadi Presiden, Hubungan Indonesia-AS Dinilai Tak Berubah

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kemenangan Donald Trump berpotensi meningkatkan ketegangan antara AS dan dunia Islam.
Arie Firdaus
2016.11.09
Jakarta
161109_ID_Trump_1000.jpg Donald Trump, didampingi Mike Pence - wakil presiden terpilih, memberikan pidatonya setelah memenangkan pemilihan presiden Amerika, di New York City, 9 November 2016.
AFP

Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) dinilai tidak akan banyak berubah meskipun Donald Trump meraih kemenangan dalam pemilihan presiden AS, Selasa waktu setempat, 8 November 2016.

Hal tersebut  ditekankan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam keterangan kepada wartawan di Istana Negara, Rabu, 9 November 2016.

"Hubungan kita akan tetap baik," ujar Jokowi.

"Terutama hubungan dagang dan investasi. Kita tahu Amerika termasuk lima besar investor di Indonesia. Saya kira tidak akan ada perubahan."

Jokowi juga mengucapkan selamat kepada Presiden terpilih Donald Trump. Menurutnya, hasil pemilihan itu mencerminkan kehendak mayoritas rakyat AS.

Jokowi mengajak Presiden AS terpilih untuk terus melanjutkan kerjasama membangun perdamaian dan menciptakan kesejahteraan dunia.

Pendapat senada tentang tidak adanya perubahan hubungan bilateral juga disampaikan pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana.

"Mengingat sistem birokrasi AS akan memastikan konsistensi kebijakan," kata Hikmahanto kepada BeritaBenar, "lagipula, ini semua masih harus ditunggu karena Trump belum menyampaikan kebijakannya saat dia menjadi presiden."

Pendapat tak jauh berbeda disampaikan anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengurusi masalah luar negeri, Effendi Simbolon.

Menurutnya, koordinasi lembaga pemerintahan AS selama ini terhitung padu dan solid dalam urusan luar negeri.

Walhasil, tambah politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu, "Tak akan perubahan berarti (hubungan Indonesia-Amerika)."

Dalam masa kampanye, Trump beberapa kali melontarkan pernyataan nyeleneh yang memancing perdebatan. Salah satunya terkait rencana pelarangan warga Muslim datang ke negeri Paman Sam itu.

Pernyataan itu dilontarkan Trump tak lama usai terjadi penembakan di San Benardino, California, yang dilakukan pasangan suami-istri Muslim. Trump pun dicap sebagai anti-Muslim.

Perihal pernyataan itu, Effendi pesimis Trump bakal mewujudkan.

Ia menilai, pernyataan-pernyataan provokatif itu digunakan Trump tak lebih sebagai strategi untuk meraup suara dan memenangkan pemilihan.

"Tak mungkin jadi agenda utama," ujar Effendi.

Hikmahanto sepakat dengan Efendi.

“Kalau mendengarkan pidato kemenangannya, menurut saya tidak akan ada penerapan kebijakan anti-Islam atau anti-imigran," ujar Hikmahanto.

Berpotensi memburuk

Pendapat berbeda dikatakan pengamat hubungan internasional yang juga adalah dekan Fakultas Imu Sosial dan Politik dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta, Aleksius Jemadu, yang menyebutkan, hubungan Indonesia-AS berpotensi memburuk di era Trump, khususnya di bidang ekonomi.

"Trump itu protektif dengan pasar lokal Amerika," kata Aleksius, saat dihubungi.

"Tak menutup kemungkinan nanti Amerika membuat ekspor Indonesia terhadang," tambahnya.

Merujuk pada data Kementerian Perindustrian, Indonesia setidaknya mengekspor 31 hasil industri ke AS. Beberapa di antaranya seperti barang kerajinan, kimia dasar, atau pengolahan karet.

Pada 2015, total ekspor ke-31 barang industri itu mencapai USD13 miliar, turun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD14 miliar.

"Bisa jadi juga bakal ada pengurangan penanaman modal perusahaan Amerika di negara berupah murah seperti Indonesia," ujar Aleksius.

Perihal sikap anti-Islam yang pernah ditunjukkan Trump, Aleksius juga menyebutnya sebagai petunjuk bahwa hubungan AS dan negara-negara Islam, termasuk Indonesia, bakal berujung kurang baik.

"Jadi, sebenarnya kemenangan Trump ini tak menguntungkan," tegasnya.

‘Akan tetap baik’

Trump, yang diusung Partai Republik, terpilih jadi Presiden AS ke-45 usai mengalahkan calon Partai Demokrat, Hillary Clinton – yang sebelumnya diprediksi banyak kalangan bakal menjadi presiden perempuan pertama di negara adidaya itu.

Trump sebelumnya sempat menjadi perbincangan masyarakat Indonesia setelah beberapa petinggi DPR seperti Fadli Zon dan Setya Novanto berkunjung ke Trump Tower di New York, AS, September tahun lalu. Saat itu, Trump masih berstatus bakal calon presiden AS dari Partai Republik.

Pertemuan itu berujung sidang etik bagi Novanto dan Fadli.

Usai Trump disebut bakal memenangkan pemilihan presiden, politikus Partai Gerindra ini menyampaikan ucapan selamat lewat akun twitter pribadinya, @fadlizon.

"Congratulation!" kata Fadli, sembari menautkan akun twitter @realDonaldTrump dalam kicauannya.

Tak lupa, dalam kicauan yang sama Fadli mengunggah fotonya bersama Trump. Kicauan itu dipublikasikan Fadli sekitar pukul 15.00 WIB.

Tingkatkan ketegangan

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin, dikutip dari CNN Indonesia, menilai kemenangan Trump berpotensi meningkatkan ketegangan antara AS dan dunia Islam.

"Sebelum jadi presiden saja sudah punya pernyataan negatif, sinis, bahkan tindakannya. Saya tak bisa memahami di era modern ini masih ada orang yang eksklusif seperti itu," ujarnya.

Din menambahkan bahwa hubungan Amerika dan dunia Islam telah memburuk saat AS dipimpin George W. Bush, yang juga dari Partai Republik.

"Nah, sekarang ini (Trump) saya kira lebih parah dari Presiden George W. Bush," kata Din.

Meski begitu, Din berharap Trump bisa mengubah pikiran dan tindakannya saat sudah resmi menjabat Presiden AS nanti.

Tak hanya itu, Din berencana akan membicarakan masalah Trump dengan organisasi Islam internasional, World Conference on Religions for Peace (WCRP) yang berpusat di New York. Din menjabat presiden kehormatan di organisasi ini.

"Agar jangan menimbulkan masalah besar bagi peradaban dunia, yang sebenarnya sudah rusak ini," pungkasnya.

Tia Asmara di Jakarta turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.