Ratusan Orang Tewas Akibat Gempa dan Tsunami di Sulteng
2018.09.29
Jakarta

Sedikitnya lebih dari 380 orang tewas, 540 lainnya mengalami luka-luka dan 29 hilang serta ribuan rumah warga dan bangunan rusak parah akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu di Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat petang waktu setempat.
“Jumlah korban sementara 384 orang meninggal dunia,” ungkap Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu siang, 29 September 2018.
Jumlah korban diperkirakan bakal bertambah karena informasi dari Kabupaten Donggala belum diperoleh.
Selain itu, informasi yang dilansir Sutopo merupakan data hingga pukul 13:00 WIB dari Kota Palu.
"Ini baru yang di Palu. Kerusakan di Donggala, masih belum terdata karena komunikasi terputus sama sekali dan daerah itu belum bisa dijangkau," katanya.
“Proses evakuasi masih terus dilakukan. Jadi diperkirakan jumlah korban banyak, baik disebabkan gempa di Donggala maupun oleh tsunami.”
Dia menambahkan jalur darat menuju Palu dari Poso tertimpa lereng bukit yang longsor akibat gempa berkekuatan yang semula disebutkan 7,7 Skala Richter (SR) - tapi kemudian direvisi menjadi 7,4 SR, sehingga sulit dilewati.
BNPB bersama tim relawan lain, tambah Sutopo, masih fokus melakukan pencarian dan penangan korban selamat dan luka-luka yang harus menghabiskan malam kedua di alam terbuka karena gempa susulan masih terus terjadi.
Menurutnya, warga korban terdampak bencana mencapai 2 juta lebih di Sulteng. Mereka sangat membutuhkan tenda, makanan siap saji, makanan untuk bayi dan anak.
Sutopo memperkirakan bangunan yang rusak akibat gempa dan tsunami di Sulteng dan Sulawesi Barat mencapai ribuan dan kini masih terus didata.
“Pendataan terus dilakukan, bangunan yang rusak ringan, sedang dan berat. Fasilitas publik juga didata, kerusakan infrastruktur juga didata,” katanya.
Jumlah pengungsi juga masih terus didata, karena tersebar di banyak titik baik daerah Palu maupun wilayah lain.
Sementara itu hampir keseluruhan dari 560 narapidana di sebuah penjara di Palu melarikan diri setelah dindingnya runtuh akibat gempa, kata kepala penjara Adhi Yan Ricoh kepada kantor berita Antara.
Dia mengatakan jumlah narapidana lebih banyak dari para sipir penjara. "Selain itu, para penjaga juga terlalu sibuk berusaha menyelamatkan diri," kata Adhi, menambahkan bahwa menangkap para napi yang melarikan diri tidak menjadi prioritas saat ini.
Bandara Mutiara SIS Al-Jufriedi Palu sempat ditutup selama beberapa jam pada hari Jumat karena kerusakan menara kontrol dan landasan pacu, dengan hanya helikopter yang bisa mendarat di sana, kata juru bicara bandara, Novyan Samyoga. Bandara itu dibuka kembali Sabtu.
Seorang petugas pengontrol lalu lintas udara di bandara tersebut, Anthonius Gunawan Agung (21) tetap berada di ruangan ketika gempa terjadi untuk memastikan sebuah pesawat lepas landas dengan berhasil. Pesawat Batik Air Flight 6321 berhasil terbang, namun Anthonius tewas karena luka-luka yang dideritanya saat berusaha menyelamatkan diri, demikian menurut sumber AirNav Indonesia.
Komang Adi Sujendra, direktur Rumah Sakit Umum Undata di Palu, menegaskan pentingnya pelayanan darurat di lapangan setelah bangunan rumah sakit rusak. "Kami membutuhkan tenaga medis, obat-obatan dan selimut," katanya dalam pesan video yang disirkulasikan oleh Ikatan Dokter Indonesia.
Perintah Jokowi
Berbagai bantuan mulai disalurkan kepada para korban yang terdampak, tapi akses di beberapa lokasi masih terhambat akibat putusnya jalur darat.
Tim SAR dari berbagai instansi, terutama para personel TNI dan Polri, sudah diterjunkan ke lokasi bencana untuk membantu evakuasi dan pencarian korban.
Kondisi pesisir Palu masih porak-poranda. Mayat-mayat para korban tampak dibiarkan tergeletak di pinggir jalan dan ditutup kain. Warga berusaha mengevakuasi mayat korban ke sejumlah rumah sakit yang ada di Palu.
Hingga kini aliran listrik di Palu dan Donggala masih belum normal, begitu juga dengan jaringan telekomunikasi.
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) sudah mengirimkan 30 telepon satelit ke Sulteng, guna mendukung koordinasi penanganan bencana.
Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Situ mengatakan ada 276 base station telekomunikasi yang tidak bisa digunakan setelah gempa.
Pihaknya berupaya memulihkan pasokan listrik dengan mobile backup power (MBP) dan menunggu pulihnya jaringan listrik dari PLN.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo, menyatakan dia telah memerintahkan Menkopolhukam untuk mengkoordinasikan jajaran terkait dalam penanganan darurat bencana.
“Sejak semalam, mereka sudah menuju lokasi terdampak gempa dan tsunami. Semoga hari ini kita sudah mendapatkan informasi lebih rinci mengenai kondisi di lapangan,” katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan pihak Istana.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui jika jumlah korban pasti akibat gempa dan tsunami di Sulteng masih sulit terdeteksi karena medannya terlalu berat untuk bisa ditembus.
Namun, dia meyakini jumlah korban bisa mencapai ribuan orang. Kalla mencontohkan saat tsunami menerjang Aceh pada 26 Desember 2004.
“Jam pertama mereka bilang yang tewas cuma tujuh, lalu sore mereka bilang 40, tak tahunya total korban 200 ribu,” ujar Kalla yang ketika itu juga menjabat Wakil Presiden.
Dia menegaskan pemerintah sigap menangani gempa dan tsunami di Sulteng.
“Nanti apa yang dibutuhkan pemerintah akan kita siapkan," imbuhnya.
Ahmad Syamsudin di Jakarta turut berkontribusi dalam artikel ini.