Ulama Kecam Pernikahan Bertujuan Melakukan Teror

Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia meminta tvOne dan media-media di Indonesia berhati-hati saat mewawancara tersangka teroris karena bisa menjadi ajang kampanye gagasan radikal.
Arie Firdaus
2016.12.16
Jakarta
161216_ID_tv0ne_1000.jpg Seorang warga menonton wawancara terduga teroris dengan tvOne melalui Youtube di Jakarta, 16 Desember 2016.
Arie Firdaus/BeritaBenar

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam pernikahan yang dilandasi keinginan untuk berbuat teror seperti meledakkan bom karena perbuatan itu dilarang dalam ajaran Islam.

"Itu telah keluar dari tujuan pernikahan yang digariskan (dalam Islam)," kata Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas kepada BeritaBenar, Jumat, 16 Desember 2016.

Anwar diminta tanggapan menyusul terbongkarnya pernikahan Muhammad Nur Solihin dan Dian Yulia Novi setelah pasangan itu ditangkap tim Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu.

Menurut polisi, Dian dipersiapkan untuk melakukan aksi bom bunuh diri di depan Istana Kepresidenan ketika terjadi pergantian pasukan pengamanan presiden pada Minggu, 11 Desember 2016.

Tujuan pernikahan, lanjut Anwar, seharusnya untuk membentuk keluarga bahagia dan damai. Manakala pernikahan bertujuan menimbulkan malapetaka, Anwar menyebut pelakunya telah menempuh jalan yang salah.

“Tujuannya harus luhur dan mulia," tuturnya, "kalau untuk menimbulkan bencana bagi orang lain, itu sudah keluar dari ketentuan perkawinan yang ditentukan agama."

Hal senada dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang menilai pernikahan untuk melapangkan jalan teror bertentangan dengan ajaran Islam karena pernikahan seharusnya menjadi perihal sakral antara sepasang manusia dengan Tuhan.

"Jadi, kalau dijadikan alat yang bertolak belakang dengan ajaran agama, itu tidak boleh," katanya seperti dikutip dari laman detik.com.

Lukman menambahkan, Islam tak pernah mengajarkan pernikahan seperti dilakukan Solihin dan Dian.

"Itu bukan ajaran agama (Islam)," tegasnya.

Menikah untuk teror

Selain menangkap Solihin dan Dian serta menyita bom yang dirakit dalam panci, polisi juga menciduk beberapa anggota kelompok lain. Sejauh ini, tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka --termasuk Solihin dan Dian.

Dalam wawancara dengan stasiun tvOne yang disiarkan Selasa malam lalu, Solihin dan Dian mengakui pernikahan mereka dilakukan semata-mata untuk melancarkan aksi bom bunuh diri. Mereka meyakini keputusan tersebut benar secara agama.

"Insya Allah dibenarkan. Tujuannya, kan, untuk mengharapkan ridho Allah," kata Solihin dalam wawancara tersebut.

Menurutnya, keinginan untuk meledakkan diri datang dari Dian. Merasa memiliki visi dan keyakinan sama, Solihin pun kemudian menyanggupi dan menikahi Dian.

"Ia (Dian) sudah ada keinginan, maka butuh ikhwan untuk mengurusnya," tutur Solihin.

Sebelum menikah dengan Dian, Solihin telah mempunyai istri dan anak. Namun, Solihin mengaku, istri pertamanya tak mempermasalahkan pernikahan tersebut.

"Bisa dibilang, kami berbeda dengan yang lain. Kami tak melarikannya ke dunia. Tujuan utamanya akhirat," ujarnya.

Dian dalam wawancara di televisi mengakui hal sama. Menurutnya, pernikahan dengan Solihin didasarkan “keinginan jihad”.

Sehingga, katanya, ia dan Solihin tak butuh waktu panjang untuk berkenalan hingga akhirnya menikah. Mereka juga tak bertukar foto untuk mengenal wajah masing-masing sebelum melakukan ijab qabul. Bahkan Dian tidak hadir dalam pernikahannya sendiri dan hanya diwakilkan oleh wali yang ditunjuk Solihin.

Dian pun tak mempermasalahkan status Solihin yang telah menikah dan memiliki anak.

"Karena niat mencari ridho Allah. Sekali dikenalin, berlanjut di Facebook," kata Dian.

Selain berkisah soal pernikahan, mereka juga bercerita aksi yang disebut diinstruksikan oleh Bahrun Naim --warga Indonesia yang kini berada di Suriah dan menjadi salah satu pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka juga menceritakab dasar pemikiran untuk melakukan aksi bom bunuh diri di depan Istana Kepresidenan.

‘Harus berhati-hati’

Mengomentari wawancara dengan tersangka terorisme, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sujarwanto Rahmat Arifin, meminta tvOne dan media-media Indonesia lain berhati-hati.

Hal itu agar wawancara yang dilakukan tak tergelincir menjadi ajang para teroris untuk mengampanyekan dan menyuarakan gagasan teror mereka.

"Harus berhati-hati. Apalagi jika sampai seperti berdebat teologi," ujar Sujarwanto kepada BeritaBenar.

Baik Solihin maupun Dian memang sempat beberapa kali terlihat bertukar pendapat dengan jurnalis tvOne yang mewawancarainya. Misalnya saja ketika mereka berdebat soal tafsir "asing" dalam ajaran Islam.

"Berdebat soal tafsir ayat itu sangat beresiko," kata Sujarwanto.

Perihal wawancara itu yang dinilai berpotensi menyebarluaskan pengaruh teror, kuasa hukum kedua tersangka, Asludin Hatjani tak sependapat.

Menurutnya, kesempatan itu justru berdampak bagus karena bisa meluruskan beragam prasangka buruk yang selama ini berkembang di masyarakat.

"Salah satunya soal kabar bahwa penangkapan ini adalah pengalihan isu," kata Asludin.

Penangkapan jaringan teror bom di Bekasi sempat dikabarkan sebagai pengalihan isu dari kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Eko Hendro Purnomo yang lebih dikenal sebagai Eko Patrio sempat mengemukakan hal ini melalui media sosialnya, yang berujung pada pemanggilannya oleh polisi.

Makanya, tambah Asludin, pengacara tak menghalangi. "Apalagi, mereka juga bersedia. Itu yang penting," ujarnya.

Tak ada komentar dari manajemen tvOne perihal ini. Wakil Pemimpin Redaksi Totok Suryanto sempat menjawab telepon BeritaBenar, namun tak memberikan penjelasan apapun.

"Saya mau shalat dulu," kata Totok, sambil menutup telepon.

Ketika dihubungi beberapa saat kemudian, dia tidak menjawab panggilan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.