Ulama Suriah: ISIS Tidak Mencerminkan Islam
2015.12.01
Banda Aceh

Seorang ulama besar Suriah Syeikh Adnan Al-Afyuni mengungkapkan bahwa gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tidak mencerminkan Islam seperti diajarkan Nabi Muhammad Sallallahu ’Alaihi Wasallam karena kelompok teroris itu mengedepankan kekerasan.
“Kalau mau memahami ISIS, kenali perbuatannya yang selalu menyerang umat Islam. Tidak ada ciri-ciri Islam yang melekat pada mereka,” kata Adnan, seorang mufti Sunni, yang juga Wakil Rektor Universitas Syeikh Ahmad Kuftaro di Damaskus, di hadapan ratusan ulama Aceh di Banda Aceh, Minggu malam 29 November lalu.
Adnan bersama rekannya Syeikh Mahmud Shehadah yang juga ulama serta seorang ulama muda dari Yaman, Syeikh Umar Dib berada di Aceh atas undangan Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) – perkumpulan ulama pesantren tradisional di Aceh.
Menurut dia, Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk) yang tak mengajarkan pemeluknya untuk melakukan kekerasan.
“Rasulullah sangat baik pada orang yang menentangnya meski beliau sering dianiaya, tapi tetap sabar dalam berdakwah. Beliau sama sekali tidak membenarkan kekerasan seperti dipraktikkan ISIS selama ini,” tutur Adnan, yang juga Wakil Rektor Universitas Syeikh Ahmad Kuftaro di ibukota Damaskus.
“Gerakan ISIS telah mengotori agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin karena mereka menggunakan nama Islam. Semua ulama di Suriah tidak ada yang setuju dengan aksi kelompok tersebut,” tambahnya.
Menurut pemberitaan berbagai media internasional, kelompok ISIS membunuh para tahanan secara sadis dan kejam. Mereka juga menghancurkan masjid-masjid, gereja-gereja dan berbagai fasilitas bersejarah di Suriah dan Irak karena tidak sesuai dengan keyakinan ISIS.
Menentang radikalisme
Pada kesempatan yang sama, Syeikh Mahmud menegaskan bahwa Islam menentang keras berbagai bentuk radikalisme, liberalisme serta terorisme di tengah masyarakat Muslim karena semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.
“Pemikiran radikalisme yang dipraktikkan ISIS hanya bisa diterima oleh orang bodoh dan jahat karena mereka tak mau bersusah payah menuntut ilmu. Paham-paham itu tidak akan berkembang di tengah masyarakat yang kuat ilmu agama Islam,” ujarnya.
Mahmud mengajak para ulama Aceh agar terus berdakwah tentang Islam yang cinta damai dan memperkuat tali silaturrahmi antarsesama Muslim di seluruh dunia. Salah satu alasan mereka datang ke Indonesia dan Aceh untuk memperkuat silaturahmi.
Seruan jangan ikut ISIS
Sekretaris Jenderal HUDA Bulqaini Tanjungan yang diwawancara BeritaBenar, Selasa, menyatakan salah satu tujuan mendatangkan ulama Suriah ke Aceh untuk mendapat informasi sebenarnya apa yang terjadi di negeri itu dan bersilaturahmi.
“Dari pembicaraan kami dengan kedua ulama besar Suriah dan ulama muda Yaman itu, tidak ada konflik agama di kedua negara,” tuturnya.
Menurut Bulqaini, para ulama tersebut menyebutkan bahwa kelompok ISIS tidak ada dukungan dari ulama setempat karena perbuatan mereka tak mencerminkan Islam.
“Kami menyerukan generasi muda Aceh khususnya dan Indonesia umumnya untuk tak ikut-ikutan bergabung dengan ISIS karena misi kelompok itu tidak jelas,” katanya.
Ia mengharapkan konflik yang terjadi di Suriah dan Yaman dapat segera diselesaikan secara damai karena sudah sangat banyak korban dan jutaan penduduknya terpaksa harus mengungsi.
Doa bersama
Selama di Aceh, ketiga ulama dari negara yang dilanda perang saudara itu meninjau sejumlah situs tsunami dan bertemu kalangan ulama Aceh. Mereka juga ikut berdoa dengan seribuan warga Banda Aceh di Masjid Raya Baiturrahman, Senin malam.
Saat memimpin doa untuk Palestina dan Suriah, Syeikh Adnan tampak menitikkan air mata. Banyak jamaah juga tak mampu membendung airmata dan menangis terisak-isak.
Muhammad Ibrahim, seorang warga Banda Aceh, mengaku sengaja datang ke masjid kebanggaan rakyat Aceh itu untuk mengikuti doa dan zikir bersama ulama Suriah dan ingin mengetahui tentang kondisi negeri yang masih diamuk perang saudara.
Tetapi Ibrahim agak sedikit kecewa karena Adnan tidak menceritakan perkembangan di Suriah saat berceramah. Mufti Damaskus itu lebih banyak berpesan kepada umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempererat silaturrahmi.
Ketiga ulama itu akan berada di Aceh, satu-satunya provinsi di Indonesia yang diberi kewenangan untuk memberlakukan syariat Islam, hingga Rabu.