Indonesia Terima 215 Juta Dosis Vaksin COVID-19 dari China, 80% Ketersediaan Nasional
2021.09.24
Jakarta
Indonesia telah menerima 215 juta dosis vaksin dari China, yang merupakan 20 persen dari total jumlah dosis yang dikirimkan Beijing ke luar negeri, dan merupakan 80 persen lebih dari keseluruhan vaksin yang ada di Indonesia, kata Duta Besar China di Jakarta, Xiao Qian, Jumat.
Pada Jumat Jakarta kembali menerima dua juta dosis vaksin yang kali ini merupakan sumbangan dari pemerintah China dan perusahaan farmasi Sinovac Biotech.
“Hingga saat ini, Sinovac dan Sinopharm telah mengirimkan 215 juta dosis vaksin ke Indonesia. Terhitung hampir 20 persen dari semua vaksin yang diekspor oleh China dalam periode waktu yang sama, dan lebih dari 80 persen dari total vaksin yang diperoleh Indonesia,” ucap Dubes China Xiao Qian.
Indonesia adalah penerima vaksin China terbesar, menurut perusahaan riset Bridge Consulting yang berbasis di Beijing.
Awal pekan ini, Indonesia juga menerima sumbangan 200 ribu dosis vaksin Sinopharm dari Red Cross Society of China.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut suplai vaksin yang terus berdatangan dari China sebagai komitmen pemerintah mengejar pemerataan cakupan vaksinasi untuk seluruh masyarakat.
“Kerja sama adalah kunci. Mesin diplomasi kita terus bekerja, menjalin kerja sama dalam berbagai bentuk agar kebutuhan vaksin kita tercukupi,” kata Retno.
“Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas dukungan vaksin yang diberikan, baik oleh Pemerintah RRT (Republik Rakyat Tiongkok), perusahaan Sinovac, dan juga Red Cross Society of China,” ucapnya.
Indonesia saat ini telah mendapatkan total 273 juta dosis vaksin dalam bentuk siap pakai dan curah, kata Retno.
Selain dari Sinovac and Sinopharm dari China, Indonesia juga telah menerima vaksin dari perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca, Pfizer dan Moderna dari Amerika Serikat dan Janssen dari Belgia.
Menurunnya efektivitas Sinovac?
Penelitian yang dilakukan di Indonesia yang dirilis Agustus menunjukkan vaksin Sinovac, yang diberi nama CoronaVac masih efektif melindungi dari COVID-19 serta mengurangi perawatan rumah sakit dan kematian akibat penyakit tersebut.
Studi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan terhadap 71.455 tenaga kesehatan di Jakarta sepanjang periode Januari-Juni 2021 menunjukkan 5 persen dari yang divaksinasi lengkap dilaporkan terkonfirmasi COVID-19 pada periode April-Juni 2021.
Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0,98 persen.
Studi juga menunjukkan jumlah tenaga kesehatan yang belum divaksinasi yang meninggal relatif lebih banyak daripada yang sudah mendapat vaksinasi lengkap.
Efektivitas CoronaVac dalam mencegah perawatan menurun menjadi 53 persen di April-Juni, dibanding 74 persen pada periode Januari-Maret, menurut hasil penelitian.
Sementara efektivitas CoronaVac dalam mencegah kematian berkurang menjadi 79 persen pada periode April-Juni, dibanding 95 persen pada Januari-Maret.
Per Jumat, lebih dari 84,8 juta orang di Indonesia telah mendapatkan vaksin dosis pertama, sementara 47,7 juta telah mendapat dua kali suntikan, menurut data Kementerian Kesehatan. Ini berarti sekitar 17 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia telah divaksinasi penuh..
Hampir 900 ribu orang sudah mendapat suntikan ketiga atau booster.
Terlalu tergantung pada Beijing?
Teuku Rezasyah, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran di Bandung, mengatakan dominannya pasokan vaksin merek China ini menunjukkan ketergantungan Jakarta yang begitu tinggi kepada Beijing.
Dari sudut pandang politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, Rezasyah menekankan Indonesia perlu melakukan diplomasi vaksin yang lebih kencang dengan negara lainnya.
“Ketergantungan pada satu supplier tidak bagus, harusnya sejak awal bikin tendernya internasional,” kata Rezasyah.
“China mengerti bahwa bisnis ini keuntungannya sangat besar dan jangka panjang. Akhirnya (pasokan) dipermudah karena Indonesia-China juga memiliki strategic partnership,” kata Rezasyah.
Sementara itu, Indonesia hingga saat ini belum mendapatkan pasokan yang rencananya berjumlah 20 juta dosis vaksin Sputnik V buatan Rusia meski telah mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Saya belum bisa merespons secara detail karena ini masih menjadi negosiasi. Ada formalitas-formalitas yang perlu diselesaikan,” kata Duta Besar Rusia di Jakarta dalam konferensi pers virtual, Rabu.
Pusat produksi vaksin Asia Tenggara
Bulan lalu, pemerintah mengumumkan bahwa perusahaan bioteknologi asal China, Anhui Zhifei Longcom Pharmaceutical, akan membangun pabrik vaksin COVID-19 di Indonesia dengan rencana mulai produksi akhir tahun depan.
Anhui melalui PT BHCT Bioteknologi Indonesia bekerja sama dengan PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (Jbio) untuk memproduksi vaksin COVID-19, kata juru bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi, tanpa menyebut nilai investasi.
Anhui Zhifei saat ini juga terus mengembangkan produksi vaksin Zifivax berbasis DNA rekombinan (rDNA) yang tengah menjalani uji klinis tahap ketiga di laboratorium Universitas Padjajaran di Bandung, Jawa Barat.
Selain COVID-19 Anhui Zhefei juga merupakan produsen vaksin untuk influenza, TB, meningitis dan rabies. Dua juta dosis vaksin meningitis telah diekspor ke Indonesia, menurut Kementerian Luar Negeri.
Dukungan Pemerintah China menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi vaksin COVID-19 di Asia Tenggara muncul dalam pertemuan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dengan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan di Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Januari 2021.
Komitmen itu kembali diungkapkan melalui sambungan telepon antara Presiden Xi Jinping dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada April 2021.