Karamnya Kapal, Menarik Perhatian Atas Upaya Imigran Indonesia Masuk Malaysia Secara Ilegal
2021.12.17
Kuala Lumpur
Para pelaku perdagangan manusia telah mencoba menyelundupkan pekerja migran tidak berdokumen melalui laut hampir setiap hari sejak Mei 2020, demikian menurut kepala penjaga pantai Malaysia, Jumat (17/12), setelah lebih dari 20 warga negara Indonesia (WNI) tewas ketika kapal mereka tenggelam di lepas pantai negara bagian Johor pertengahan pekan ini.
Hingga Jumat, jumlah korban tewas telah mencapai 21, sementara 13 orang telah berhasil diselamatkan dan 16 masih hilang dari kapal yang tenggelam di perairan Tanjung Balau, demikian menurut keterangan penjaga pantai Malaysia dan pihak berwenang Indonesia.
“Tragedi yang sangat disayangkan ini dapat dihindari jika imigran ilegal dan sindikat perdagangan manusia tidak bersekongkol untuk menyelundupkan orang ke negara itu melalui rute ilegal dengan mempertaruhkan nyawa mereka dalam cuaca buruk seperti ini,” kata Mohd Zubil Mat Som, direktur jenderal Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA).
Dalam bencana terbaru itu, gelombang laut dilaporkan setinggi 3 hingga 5 meter dan angin bertiup hingga 50 kilometer per jam, katanya dalam sebuah pernyataan.
Mohd Zubil mengatakan Sistem Pengawasan Laut Malaysia oleh MMEA “telah berhasil mendeteksi 1.110 target mencurigakan sejak Mei 2020, dengan 689 di antaranya berhasil diusir dari perairan Malaysia.”
Sementara perbatasan dijaga ketat, imigran gelap bersedia mempertaruhkan nyawa mereka untuk memasuki negara itu secara ilegal, kata Mohd Zubil.
“Sindikat penyelundup tidak peduli, justru mereka selalu mencari celah untuk mencari untung tanpa memikirkan resiko nyawa,” ujarnya.
Kapal tunda dan kapal kecil lainnya yang sering digunakan oleh penyelundup tidak dilengkapi dengan kelengkapan memadai untuk berlayar di perairan yang bergelombang, kata Mohd Zubil.
“Badan Penegakan Maritim Malaysia berharap tragedi memilukan ini dapat menjadi pelajaran dan membuka mata para imigran gelap dan sindikat penyelundupan agar tidak mempertaruhkan nyawa dengan masuk melalui cara ilegal,” katanya.
Dua kapal dan tiga perahu milik MMEA, Angkatan Laut Kerajaan Malaysia dan Pasukan Polisi Laut telah dikerahkan untuk operasi pencarian dan penyelamatan di perairan seluas 79 mil persegi, kata Kapten Simon Templer Lo Ak Tusa, wakil direktur operasi MMEA negara bagian Johor.
Pihak berwenang juga menggunakan helikopter dari Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan serta Pasukan Operasi Polisi Udara untuk melakukan pencarian dari udara di perairan seluas 135,8 mil persegi.
Konsulat Jenderal Indonesia di Johor mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengidentifikasi para korban.
Dalam pernyataan media yang dikeluarkan Jumat malam, Konsulat Jenderal Indonesia mencatat bahwa jumlah korban tewas telah meningkat setelah satu mayat ditemukan mengambang di laut dan seorang korban lain meninggal saat dirawat di rumah sakit.
“Hingga 17 Desember, jumlah korban 21 orang, yakni 15 laki-laki dan enam perempuan, sedangkan yang selamat 13 orang,” demikian pernyataan yang dikeluarkan Jumat malam.
Tiga dari korban telah diidentifikasi dan jenazah mereka akan dikirim kembali ke Indonesia.
“Untuk 13 WNI yang selamat, mereka dalam kondisi baik dan saat ini ditahan di Departemen Imigrasi Malaysia di Johor,” kata pernyataan itu.
“Berdasarkan proses verifikasi, sembilan di antaranya berasal dari Lombok sedangkan sisanya dari Pekanbaru, Jember, dan Tanjung Balai Karimun.”
Konsulat mengatakan para pejabat akan memastikan kesehatan dan hak-hak warga negara yang ditahan, dan memperingatkan warga Indonesia untuk tidak masuk atau meninggalkan Malaysia secara ilegal.
Pada bulan Agustus, pemerintah Malaysia melaporkan bahwa mereka telah memulangkan hampir 90.000 migran tidak berdokumen, mulai November 2020, di bawah program amnesti untuk mengirim mereka ke negara asal mereka.
Saat itu, KBRI memperkirakan sekitar 2,7 juta warganya bekerja di Malaysia tetapi hanya 704.000 yang berdokumen.