WNI Korban Kapal Tenggelam di Malaysia Sulit Diidentifikasi

Arie Firdaus
2016.07.25
Jakarta
160725_ID_Boat_620.jpg Kapal karam yang membawa 62 WNI di Pantai Batu Layar, Kota Tinggi, Johor, Minggu 24 Juli 2016.
Dok. Badan Pelaksana Kelautan Malaysia

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyatakan kesulitan mengidentifikasi warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Malaysia, Sabtu pekan lalu.

"Benar-benar sulit," kata Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Johor, Taufiqur Rijal saat dihubungi BeritaBenar dari Jakarta, Senin, 25 Juli 2016.

Menurut Rijal, kesulitan identifikasi karena terbatasnya dokumen pendukung yang ditemukan bersama korban. Walhasil, tim lebih banyak mengandalkan pengecekan fisik oleh keluarga untuk membantu pengungkapan identitas para korban.

"Upaya keluarga yang menghubungi dan datang ke KJRI untuk mengecek korban secara visual sangat membantu," jelasnya.

Dari 12 korban meninggal dunia, termasuk seorang bayi, yang sudah ditemukan tim penyelamat, baru enam jenazah berhasil diidentifikasi sampai Senin sore. Sementara itu, 16 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Tiga di antaranya bahkan baru dikenali identitasnya pada Senin sore, yaitu Ernawati; perempuan warga Belawan, Medan, Sumatera Utara; Rusida, asal Sumenep, Madura, Jawa Timur; dan Sakmah, lelaki asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Selanjutnya, jenazah-jenazah yang telah diidentifikasi akan dipulangkan ke Indonesia. Namun Rijal belum bisa memastikan kapan pemulangan akan dilakukan.

Hal yang sama juga dikatakan Direktur Jenderal Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Muhammad Iqbal.  "(Dipulangkan) begitu dokumennya perjalanan mereka selesai," katanya.

"Saat ini masih dokumennya masih diurus," Rijal menambahkan.

Tenggelam usai mati mesin

Kapal nahas itu karam di perairan Pantai Batu Layar, Kota Tinggi, Johor, usai mengalami mati mesin akibat dihantam ombak besar, sekitar pukul 23.00 waktu setempat, Sabtu lalu.

Kepala Polisi Daerah Kota Tinggi, Superintenden Rahmat Othman mengatakan bahwa kapal itu mengangkut 62 WNI. Mereka hendak pulang ke Indonesia melalui Batam, Kepulauan Riau. Sejumlah 34 orang ditemukan selamat usai kecelakaan.

“Tiga mayat kapal karam di Pantai Batu Layar, Sungai Rengit, Kota Tinggi, ditemukan hari Senin sehingga jumlah korban meninggal dunia menjadi 12 orang,” katanya kepada BeritaBenar.

Menurut Iqbal, ke-34 korban selamat kini diamankan Imigrasi Johor. Mereka terdiri dari 26 laki-laki dan delapan perempuan, dengan rata-rata usia 20 - 50 tahun.

Mereka berasal dari beragam daerah, seperti Nusa Tenggara Barat (10 orang), Jawa Timur (sembilan orang), Aceh (empat orang), Sumatera Utara (empat orang), Nusa Tenggara Timur (tiga orang), Banten (dua orang), Jambi (satu orang), dan Sumatera Barat (satu orang).

"Selanjutnya akan dirujuk ke Konsulat Jenderal RI untuk dokumentasi dan repatriasi," jelas Iqbal.

Adapun korban yang belum ditemukan terus dicari oleh tim Operasi Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Kerajaan Malaysia untuk beberapa hari ke depan.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Bambang Soelistyo ketika dihubungi mengaku siap membantu proses pencarian korban yang belum ditemukan. Hanya saja, kata Bambang, pihaknya belum mendapat izin dari Pemerintah Malaysia.

"Melihat dari korban yang sebagian besar WNI, kami sebenarnya punya keinginan besar terlibat dalam pencarian," kata Bambang.

"Tapi kami harus mendapatkan izin terlebih dahulu jika ingin terlibat pencarian. Soalnya, lokasi kecelakaan berada di wilayah Malaysia."

Bambang menambahkan, pihaknya tak bisa serta-merta memasuki wilayah Malaysia meskipun korban mayoritas adalah warga negara Indonesia dan kapal penyelamat Indonesia berada dekat dari lokasi kecelakaan.

KM Purworejo kepunyaan Badan SAR Nasional saat ini bersandar di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

"Itu tak jauh dari lokasi kecelakaan. tapi tetap harus ada clearence dari Pemerintah Malaysia," katanya lagi.

Ia mencontohkan peristiwa beberapa bulan lalu, saat sebuah kapal yang mengangkut puluhan tenaga kerja ilegal Indonesia karam sebelum mencapai daratan Malaysia.

Menurut Bambang, saat itu Basarnas telah mengajukan izin untuk ikut dalam pencarian korban tapi ditolak Pemerintah Malaysia.

"Padahal sudah dekat. Jaraknya cuma sekitar lima mil dari perbatasan tapi Basarnas tak bisa masuk karena tak mengantongi izin," ujarnya.

Menelan banyak korban

Merujuk data Kementerian Luar Negeri, kecelakaan kapal yang mengangkut tenaga kerja ilegal saat mau pulang dari negara jiran atau pergi ke Malaysia memang kerap kali terjadi.

Pada 3 September 2015, sebanyak 63 WNI yang sebagian besar dari Aceh, tewas saat kapal yang mereka tumpangi karam di perairan Sabak Bernam, Selangor, Malaysia, ketika dalam perjalanan ke Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara.

Sejak 2013, kementerian mencatat setidaknya terjadi tujuh insiden kapal karam yang mengangkut TKI ilegal. Dari rentetan peristiwa ini, 152 orang meninggal dunia dan hilang.

Menurut Rijal, Johor yang terletak di selatan Semenanjung Malaysia memang menjadi salah satu jalur ilegal favorit yang digunakan untuk keluar masuk negeri jiran itu.

Beberapa titik telah diawasi sebagai jalur-jalur "hitam" yang biasa dipakai para imigran gelap. Tapi selalu gagal menghadang laju masuknya TKI ilegal.

"Karena mereka berpindah-pindah," pungkas Rijal.

Hata Wahari di Kuala Lumpur turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.