Lebih dari 1000 WNI Masih Terjebak di Suriah

Tia Asmara
2016.03.29
Jakarta
160329_ID_syria_1000 Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal (kiri) dan juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir memperhatikan Sri Rahayu yang sedang menceritakan pengalamannya selama berada di Suriah dalam jumpa pers di Jakarta, 29 Maret 2016.
Tia Asmara/BeritaBenar

Diperbaharui pada 1-4-2016, 21:00 WIB

Sekitar 1.100 warga negara Indonesia (WNI) hingga kini masih terjebak di Suriah. Ratusan dari mereka diyakini telah bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sebagian lagi memilih bertahan karena alasan pekerjaan.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan itu dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016.

“Fakta jumlahnya meningkat. Masih ada sekitar 1.100 WNI berada di Suriah karena banyaknya arus masuk secara ilegal ke Suriah,” ujarnya.

Jumlah itu tersebar di beberapa wilayah, seperti Aleppo dan Damaskus. Kebanyakan dari mereka adalah pekerja sektor domestik dan pembantu rumah tangga (PRT) yang tidak terdeteksi Kemlu.

Iqbal menyebutkan ada beberapa faktor yang menyulitkan untuk mengakses WNI di Suriah. Salah satunya kebanyakan rumah warga setempat sangat tertutup sehingga pihaknya tidak bisa mendeteksi dimana mereka tinggal.

“Selain itu data yang dimiliki juga sedikit. Ada sebagian yang pindah ke kota lain karena ikut majikan yang mengungsi sehingga kehilangan kontak,” jelasnya.

Namun, pihaknya tetap melakukan berbagai upaya penyelamatan dan mengimbau WNI untuk segera mengevakuasi diri dari wilayah konflik, seperti Suriah dan Yaman.

"Repatriasi WNI masih menjadi prioritas, namun kami tidak bisa memaksakan orang yang masih merasa aman dan ingin tinggal di sana. Beberapa mereka tinggal bukan di daerah konflik. Kami hanya bisa memfasilitasi kalau mereka ingin pulang," ujarnya.

Iqbal menambahkan, Kemlu bekerjasama dengan berbagai pihak di Suriah seperti Bulan Sabit Merah, para relawan, hingga supir taksi.

“Kami juga sebarkan pamflet dan selebaran dengan nomor kontak KBRI. Kami pesan supir taksi jika melihat orang Indonesia segera dibawa ke KBRI. Bila tidak ada biaya, akan kami bayarkan,” tuturnya.

Bergabung dengan ISIS

Dia mengakui ada kemungkinan sebagian WNI di Suriah akan atau pernah bergabung dengan ISIS, namun pihaknya tidak bisa mendeteksi hal itu. Biasanya, mereka masuk secara ilegal melalui perbatasan Turki.

“Mereka sudah dipantau dari airport oleh pihak keamanan Turki untuk kemudian diamankan dan dideportasi. Begitu sampai di Indonesia, akan diserahkan ke Densus 88 untuk discreening dan kemudian dibina. Dipastikan mereka tidak akan kembali ke Suriah,” tutur Iqbal.

Sebelumnya, dia pernah menyebutkan jumlah WNI yang ditangkap dan dideportasi dari luar negeri yang diduga terkait dengan aktivitas Foreign Terrorist Fighters (FTF) berjumlah 217 orang. Mayoritas mereka dideportasi dari Turki.

TKW dan WNI yang pulang sudah discreening beberapa kali oleh KBRI hingga mereka dinyatakan tidak bermasalah.

“Kalau TKW sangat tidak mungkin bergabung dengan ISIS karena banyak tinggal di wilayah bukan konflik atau terjebak di wilayah konflik dan tidak bisa pulang,” kata dia.

Iqbal merinci, sejak awal 2012 hingga saat ini Kemlu telah memulangkan lebih dari 12.200 orang dari total estimasi 12.572 WNI di Suriah. Artinya, kata dia, seharusnya hanya sekitar 200 – 300 orang yang tersisa di sana.

Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bidang Pencegahan, Wawan Purwanto sebelumnya pernah mengatakan hingga September 2015, sekitar 800 WNI telah bergabung menjadi anggota ISIS. Dari jumlah itu, 50 orang dilaporkan tewas di Suriah dan sekitar 100 lainnya telah kembali ke Indonesia.

Tapi, Presiden Joko “Jokowi” Widodo pertengahan Februari lalu menyatakan, WNI yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS berjumlah 329 orang. Angka itu, menurut dia, relatif kecil dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta.

Sejumlah TKW Indonesia berpose bersama sebelum dipulangkan ke tanah air di Bandara Damaskus, 28 Maret 2016. (Foto Dokumen KBRI Damaskus)

Repatriasi 35 WNI

Sementara itu, KBRI Damaskus kembali memulangkan 35 TKI, termasuk seorang bayi. Ini adalah pemulangan gelombang ke-273 dari sejumlah kota di Suriah. WNI tersebut tiba di Jakarta, Selasa pagi, dengan pesawat Qatar Airways.

"Semua permasalahan, hak hingga status WNI tersebut telah diselesaikan,” jelas Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto dalam pernyataan pers yang diterima BeritaBenar.

TKW yang direpatriasi tersebut sebagian besar berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat, termasuk Sri Rahayu, yang sebelumnya pernah diberitakan terjebak di Raqqa – yang diklaim sebagai ibukota ISIS.

Djoko menegaskan pemulangan TKW adalah program yang telah berlangsung sejak 2011 karena situasi keamanan di Suriah sangat mengkhawatirkan dan tak mungkin kontrak kerja mereka diperpanjang.

Menurut data KBRI, tercatat masih ada sekitar 30 WNI yang diyakini menjadi korban perdagangan manusia. Mereka kini berada di tempat penampungan Kedutaan dan sedang diperjuangkan hak serta pemulangan ke Indonesia.

"Disayangkan, jumlah itu masih terus bertambah setiap harinya," ujar Djoko.

Seperti pernah diberitakan sebelumnya bahwa pada 3 Maret lalu, KJRI Istambul juga menyelamatkan dan memulangkan 11 WNI yang disekap oleh sindikat perdagangan manusia asal Suriah di Turki.

Kemudian, tanggal 21 Februari lalu, empat WNI dideportasi dari Singapura setelah ditangkap karena diduga hendak bergabung dengan ISIS. Mereka ditangkap Imigrasi Singapura ketika dalam perjalanan dari Johor ke Singapura.

Selanjutnya pada 13 Maret, 14 WNI gagal berangkat ke Turki setelah dicurigai ingin pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Setelah sempat diperiksa oleh polisi, mereka disuruh pulang.

Dalam versi yang diperbaharui ini, jumlah WNI yang direpatriasi telah dikoreksi dari yang semula disebutkan 36 menjadi 35 orang.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.