Pemerintah Indonesia Akan Menempatkan Yatim Piatu Rohingnya Di Pesantren

Oleh Paramita Dewiyani
2015.05.26
150526_ID_PARAMITA_ROHINGYA_DIKIRIM_PESANTREN_700.jpg Seorang anak Muslim etnis Rohingya ketika berada di tempat pengungsian, Langsa, Aceh tanggal 24 Mei, 2015.
AFP

Menteri Sosial (Mensos) mengatakan akan menempatkan pengungsi Rohingya terutama yang yatim piatu di Pesantren. Sementara itu Presiden Joko “Jokowi” Widodo mendorong dunia internasional untuk membantu krisis migrasi yang melanda Asia Tenggara.

“Kami sudah mengkoordinasi hal ini dengan Wapres [Wakil Presiden] dan Menlu [Menteri Luar Negeri], mereka dimungkinkan untuk diasuh. Terutama bagi mereka [pengungsi Rohingya] yang terbukti yatim piatu agar bisa dimasukkan ke pesantren," kata Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa di Jakarta tanggal 25 Mei.

“Mereka bisa disebar di beberapa pesantren di Pulau Jawa termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,” katanya sambil menambahkan bahwa Kementrian Sosial sudah mendapatkan beberapa lampu hijau dari pihak pesantren yang mau menampung mereka.

Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj mengatakan bahwa NU akan siap menampung pengungsi Rohingya di seluruh pesanren NU di Indonesia.

“Kita harus membantu penderitaan mereka dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk tetap menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam. NU akan siap membantu,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 26 Mei.

Said juga mendorong pemerintah Indonesia agar terus melakukan upaya diplomasi dengan Myanmar.

“Agar mereka [Myanmar] menghentikan penindasan terhadap Muslim etnis Rohingya,” katanya lanjut.

Bantuan Mensos

Menurut Khofifah jumlah pengungsi yang sekarang masih berada di Indonesia secara keseluruhan ada 11.330 dan tersebar di berbagai pulau termasuk Jawa, Aceh, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat.

Dengan adanya tambahan 1.759 pengungsi etnis Rohingya dari Myanmar dan migran dari Bangladesh, pemerintah Indonesia telah mengucurkan dana sebesar Rp. 2,3 milliar.

Mensos mencatat 682 pengungsi sekarang berada di kamp penampungan pelabuhan Kuala Langsa, Aceh Timur. Sejumlah 597 pengungsi berara di Kuala Cangkoy, Aceh Utara, sebanyak 433 di Desa Bayeun, Aceh Timur; dan 47 di Gedung SKB, Kabupaten Aceh Tamiang.

“Dana Rp. 2,3 millar tersebut berasal dari anggaran bencana sosial Kementrian Sosial,” kata Khofifah.

Mensos juga menambahkan bahwa sementara ini untuk pemberian makanan masih ditanggung oleh IOM (International Organization for Migration) dan bantuan lokal dari masyarakat Aceh.

“Mensos membantu beberapa fasilitas kebutuhan lainnya termasuk selimut, matras, tenda, dan Al Quran,” katanya lanjut.

Diperlukan bantuan internasional: Jokowi

Presiden Jokowi mengimbau kepada dunia internasional bahwa masalah krisis migran di Asia Tenggara merupakan situasi yang serius dan Indonesia mengharapkan kerjasama dari negara-negara kawasan dan dunia internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Kita berharap dunia internasional ikut memberikan dukungan untuk mengatasi hal ini,” katanya kepada wartawan tanggal 24 Mei.

Sebelumnya Wapres Jusuf Kalla menyatakan pemerintah Indonesia akan melakukan dua kebijakan berbeda.

"Solusinya akan berbeda untuk migran dari Myanmar dan Bangladesh," katanya tanggal 20 Mei lalu.

Pengungsi etnis Rohingya akan dicarikan negara ketiga yang mau menampung mereka sedangkan migran dari Bangladesh akan dipulangkan, kedua kebijakan dilaksanakan dalam waktu satu tahun.

Tekanan berlanjut

Presiden Jokowi mendapat tekanan dari dalam dan luar negri untuk lebih proaktif mengatasi isu migrasi.

"Presiden Jokowi sebagai Presiden negara Islam terbesar harus mampu menyatukan umat Islam dunia agar membantu Muslim Rohingya," kata Ketua Fraksi PKB, Helmy Faisal Zaini, di Jakarta tanggal 26 Mei.

“Solidaritas antara umat Islam perlu ditingkatkan. Tentu kita bisa. Daripada menghabiskan uang untuk berperang membunuh sesama Muslim… negara Islam harus membuka mata hati untuk membantu,” katanya lanjut.

Kementrian Luar Negeri Indonesia mengkonfirmasi kepada Berita Benar bahwa Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin di Naypyitaw tanggal 21 Mei lalu.

Dalam pertemuan tersebut dinyatakan bahwa pemerintah Myanmar akan mengunjungi warganya yang terdampar di Aceh.

“Itu benar dan semoga ini bisa terlaksana secepatnya,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir tanggal 26 Mei.

Khofifah juga mengatakan bahwa pemerintah Indonesia juga akan melakukan reunifikasi.

“Banyak dari para pengungsi yang terpisah dengan pasangannya. Misalnya suami ada di Malaysia dan istri ada di Aceh. Kita akan berkomunikasi dengan pemerintah Malaysia dan Thailand agar mereka bisa bersatu,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.