Arakan Pengantin Melayu

Prosesi ini digelar untuk melestarikan tradisi khas Melayu di Kalimantan Barat.
Severianus Endi
2017.10.17
Pontianak
Arakan-Pengantin-01.JPG

Sepasang pengantin menjalani tradisi arak-arakan dalam festival di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, 15 Oktober 2017. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-02.JPG

Beras kuning disiapkan dalam wadah dari tembaga. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-03.JPG

Beras kuning dibagi kepada para pejabat yang menyaksikan arak-arakan dan dihambur ke rombongan arakan pengantin sebagai wujud permohonan agar kegiatan itu terhindar dari mara bahaya. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-04.JPG

Miniatur mushalla sebagai barang hantaran yang dibawa kerabat atau keluarga dalam rombongan arak-arakan. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-05.JPG

Barang hantaran berupa pakaian yang dikreasi menyerupai burung enggang — maskot Provinsi Kalimantan Barat — dan disimpan dalam wadah berlapis kaca. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-06.JPG

Pemain musik tar dengan rebana berada di bagian belakang rombongan. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-07.JPG

Para pemain musik tanjidor memainkan lagu-lagu Melayu selama prosesi arak-arakan. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-08.JPG

Peserta arakan pria melakukan swafoto dengan latar belakang Masjid Raya Mujahidin. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-09.JPG

Pemain tanjidor meniup alat musik sambil berlindung dari sengatan matahari, usai prosesi arak-arakan. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Arakan-Pengantin-10.JPG

Pengunjung mengabadikan sepasang pengantin dengan menggunakan kamera telepon selularnya. (Severianus Endi/BeritaBenar)

Tradisi adat dan budaya lokal kerap tenggelam dalam derap modernisasi. Tak terkecuali tradisi khas Melayu di Pontianak, Kalimantan Barat.

Pemerintah Kota Pontianak berkomitmen melestarikan berbagai tradisi itu.

Tahun ini, dalam rangkaian peringatan hari jadi kota Pontianak ke-246 yang jatuh pada 23 Oktober, Arak-arakan Pengantin Melayu digelar dalam festival pada Minggu, 15 Oktober 2017.

Dalam tradisi Melayu, arak-arakan pengantin merupakan rangkaian prosesi mengantar mempelai lelaki ke rumah pengantin perempuan. Orang tua ikut mengantar, mengapit mereka dalam barisan. Seorang kerabat keluarga memayungi pasangan di belakangnya.

Delapan kelompok berpartisipasi dalam festival kali ini. Mereka dilepas dari halaman Museum Kalimantan Barat, berparade sepanjang satu kilometer ke halaman Masjid Raya Mujahidin.

30 hingga 40 orang berpartisipasi dalam satu rombongan. Mereka terdiri dari tujuh hingga sembilan pemusik tanjidor – kombinasi musik tabuh dan tiup – serta dilengkapi serombongan pemain musik tar dengan rebananya.

Rombongan lain berupa anggota keluarga, handai taulan, yang membawakan berbagai hantaran seperti mas kawin, perabot rumah tangga, pakaian, serta perlengkapan salat dan mandi.

Walikota Pontianak, Sutarmidji, mengatakan, di antara barang hantaran yang harus ada adalah peninggalan zaman nenek moyang dulu, seperti sirih, pinang, kapur, tembakau, dan gambir.

"Dibuat festival ini, agar semakin banyak orang mengenal tradisi ini dan tetap lestari," katanya.

Rombongan mengenakan pakaian khas Melayu. Lelaki memakai setelan "telok belanga", perpaduan baju koko, celana panjang, dan batik motif "corak insang", khas Pontianak. Sementara perempuan memakai baju kurung, jilbab, dengan bawahannya kain batik "corak insang" pula.

Aksesoris lain berupa bunga manggar, kertas warna-warni yang dipasang pada tangkai lidi dalam jumlah banyak, ditancapkan pada bagian ujung sebatang tebu atau tongkat, sehingga menyerupai payung.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.