Asia Tenggara Menyambut Tahun Babi Tanah
2019.02.05
Washington
Penduduk Asia Tenggara bersama dengan jutaan orang di seluruh dunia merayakan Tahun Baru China pada hari Selasa, menyambut datangnya tahun babi tanah dengan barongsai, petasan, dan membagikan ampao – dengan harapan akan mendapatkan keberuntungan.
Perayaan yang merupakan Festival Musim Semi bagi penduduk China ini juga dirayakan di Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina.
Tahun Baru China yang dikenal dengan Imlek ini adalah awal tahun baru di penanggalan tradisional China. Hari pertama perayaan dimulai pada bulan baru yang muncul antara 21 Januari dan 20 Februari.
Hari terpenting bagi warga Tionghoa ini dikaitkan dengan beberapa mitos dan secara tradisional merupakan saat untuk memberikan penghormatan kepada para dewa serta leluhur.
Di Asia Tenggara, tradisi China ini berpadu dengan kebudayaan asli penduduk setempat.
Di Filipina keluarga-keluarga Tionghoa memiliki tradisi membersihkan rumah mereka secara menyeluruh, dilandasi kepercayaan bahwa hal itu akan menyapu bersih nasib buruk tahun sebelumnya dan membuat rumah mereka siap untuk keberuntungan.
Warna merah melambangkan keberuntungan dalam tradisi China, dan di Asia Tenggara angpao berwarna merah dibagikan saat pertemuan keluarga. Secara tradisi jumlah uang harus merupakan angka genap, dengan nomor 8 dianggap sebagai angka keberuntungan.
Warga Tionghoa di Bangkok menyambut Tahun Baru Imlek dengan pertunjukan barongsai menggunakan lampu LED warna-warni di King Power Mahanakhon gedung tertinggi di negara ini. Sementara penduduk Negara Gajah Putih itu juga membakar dupa dan uang-uangan kertas.
Indonesia menandai Imlek dengan persembahyangan di kelenteng-kelenteng dan kumpul keluarga. Malaysia tidak terkecuali, menyambut hari khusus tersebut dengan mendekorasi jendela dan pintu rumah-rumah mereka dengan potongan kertas merah, warna yang diyakini membawa keberuntungan, kebahagiaan, kekayaan dan umur panjang.