Dua Pekan Setelah Bencana, Warga Sulteng Bangkit
2018.10.12
Palu
Reruntuhan bangunan masih terlihat jelas di sejumlah titik di ibukota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi meski gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah telah berlalu dua pekan.
Namun, tiga daerah itu tidak lagi seperti kota mati seperti saat hari-hari pertama setelah gempa berkekuatan 7,4 skala Richter menyerang pada 28 September lalu. Aktivitas ekonomi warga telah bangkit, jaringan listrik juga sudah pulih, demikian juga jaringan internet dan telekomunikasi.
Tepat dua minggu, proses pencarian korban yang dilakukan tim gabungan SAR resmi dihentikan. Namun, “meski proses evakuasi dihentikan, personel kami masih disiagakan di sejumlah titik-titik,” kata Kepala Kantor SAR Palu, Basarano.
Ribuan orang diperkirakan masih hilang karena tertimbun lumpur akibat likuifaksi di wilayah Balaroa dan Petobo di Palu, dan Jono Oge, Sigi.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rilisnya menyatakan hingga Jumat, 12 Oktober, jumlah korban tewas mencapai 2.090 orang, 10.679 lainnya luka berat dan 87.000 warga mengungsi.
Pemerintah memperpanjang masa tanggap darurat hingga dua pekan ke depan. Sementara BNPB mengatakan dibutuhkan waktu dua tahun untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Di tengah reruntuhan yang menjadi saksi bencana, warga yang hampir kehilangan semuanya itu, berusaha untuk bangkit. Mereka tidak sendiri, bantuan terus mengalir baik dari dalam maupun luar negeri.