Festival Hujan

Meski hujan tak turun, berbagai atraksi bisa mewakili pesan syukur yang ingin disampaikan.
Kusumasari Ayuningtyas
2018.01.18
Sukoharjo
Festival-Hujan-1.JPG

Patung berbentuk manusia dari plastik dipajang di pintu masuk pertunjukan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Festival-Hujan-2.JPG

Sejumlah anak yang berpartisipasi dalam festival hujan berdoa sebelum tampil. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Festival-Hujan-3.JPG

Dua anak menunjukkan kebolehan mereka di pentas alam bebas. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Festival-Hujan-4.JPG

Panitia memperbaiki jembatan bambu yang licin dan rapuh karena area di sekitarnya becek saat berlangsung festival. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Festival-Hujan-7.JPG

Artis cosplay mengenakan kostum Raja Nusa saat berlangsung festival. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Festival-Hujan-8.JPG

Kelompok Kentrung menceritakan kisah hujan sambil duduk di tanah. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Alam bebas dan hujan bukan untuk ditakuti, tapi berkah Tuhan yang harus dihargai dan disyukuri menjadi pesan yang disampaikan Mugiyono Kasido, seniman tari kontemporer asal Solo, Jawa Tengah, lewat International Rain Festival 2018 yang berlangsung Minggu, 14 Januari lalu.

Bertempat di studio miliknya di Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, dia mengajak seniman untuk tampil di alam terbuka, tanpa khawatir jika hujan mendadak turun, dan tak takut baju-baju kotor karena tanah becek.

“Selama ini kita menganggap hujan sebagai gangguan, sumber ketidaknyamanan, faktanya hujan berkontribusi terhadap kehidupan semua makhluk, di sini saya ingin mengajak semua untuk menikmati anugerah alam,” ujar Mugiyono.

Festival yang menjadi event tahunan sejak tahun 2015 diharapkan menjadi penanda keberkahan hujan meski kadang juga menimbulkan petaka banjir. Festival sengaja dilaksanakan di puncak musim hujan, yaitu bulan Januari.

Meski saat festival belum tentu hujan, seperti hari Minggu itu, berbagai penampilan dari para partisipan mengisahkan rasa syukur terhadap hujan dianggap mewakili pesan yang ingin disampaikan dari festival tahun ini.

Karena yang dimaksud festival hujan bukan berhujan-hujan, namun mengajak untuk mencintai dan mensyukuri hujan sebagai rahmat Tuhan.

Partisipan yang mengikuti festival berasal dari segala usia, mulai anak-anak hingga usia lanjut. Mereka datang dari Solo, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Palu, Padang, Lampung, Papua, Tulungagung, dan Meksiko.

Penonton tidak dipungut biaya selain membayar parkir bagi yang membawa kendaraan. Mereka boleh mengeksplorasikan arena pertunjukan di halaman rumah Mugiyono dan bebas keluar masuk tanpa ada pembatasan waktu hingga menjelang tengah malam.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.