Festival Minum Jamu di Yogyakarta

Festival diharapkan bisa menghidupkan kembali ramuan tradisional itu di tengah gempuran industri farmasi.
Kusumasari Ayuningtyas
2018.02.23
Yogyakarta
Jamu-1.jpg

Kesenian Jathilan menjadi pembuka Festival Minum Jamu di Yogyakarta, 17 Februari 2018. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Jamu-2._1000.jpg

Penjual jamu tradisional yang menjual jamu dengan cara digendong juga dihadirkan dalam Festival Minum Jamu. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Jamu-4.jpg

Seorang simbok jamu menunjukkan ramuan kunir asem berwarna kuning pekat yang dibuatnya dengan cara digepuk dan diperas. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Jamu-5.jpg

Seorang panitia menunjukkan sepiring kunyit, yang merupakan bahan utama jamu kunir asem. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Jamu-6.jpg

Seorang simbok jamu menggepuk kunyit dengan ulekan khusus untuk membuat jamu tradisional jawa.

Jamu-8.jpg

Seorang pengunjung meminum jamu tradisional yang masih segar. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Jamu-10.jpg

Dua abdi dalem Keraton Yogyakarta turut hadir dalam festival untuk menikmati jamu tradisional. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Sekitar 2.500 gelas jamu dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang datang di Festival Minum Jamu Yogyakarta, Sabtu, 17 Februari 2018.  Lebih 55 produsen jamu di Daerah Istimewa Yogyakarta turut berpartisipasi dalam festival yang digelar untuk pertama kalinya itu.

Di antaranya juga hadir para “simbok” jamu tradisional yang datang dengan segala ciri khasnya. Mereka menggendong jamu yang akan disajikan dan memakai pakaian tradisional Jawa, ciri khas utama penjual jamu.

Acara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta. Tetapi sejak pukul 12.00 WIB, para wisatawan sudah berdatangan karena promosi acara memang gencar dilakukan di berbagai media, terutama media sosial.

Puluhan stand berupa meja panjang diatur berjauhan untuk mengantisipasi antrian panjang.

Ada lebih 18 jenis jamu tradisional yang disajikan, seperti beras kencur, kunir asem, temulawak, sehat pria, bir plethok, secang, gula asem, pace, uyup-uyup, dan lainnya.

Jamu dimasukkan ke wadah-wadah tembikar dan menggunakan pengaduk kayu lengkap dengan tempurung kelapa.

Di antara jamu yang disajikan dalam bentuk jadi, ada simbok jamu yang menyajikan jamu tradisional Yogyakarta kuno dengan tetap menggerus dan memeras ramuan, baru kemudian disajikan kepada pengunjung.

Widihasto Wasana Putra, Ketua Panitia, berharap agar festival ini bisa menyadarkan masyarakat tentang tradisi leluhur yang sudah ada di tanah air sejak ratusan tahun lalu dan menjadi penyemangat para simbok jamu untuk bangkit di tengah gempuran industri farmasi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.