Dua abdi dalem Keraton Yogyakarta turut hadir dalam festival untuk menikmati jamu tradisional. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Kesenian Jathilan menjadi pembuka Festival Minum Jamu di Yogyakarta, 17 Februari 2018. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Penjual jamu tradisional yang menjual jamu dengan cara digendong juga dihadirkan dalam Festival Minum Jamu. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang simbok jamu menunjukkan ramuan kunir asem berwarna kuning pekat yang dibuatnya dengan cara digepuk dan diperas. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang panitia menunjukkan sepiring kunyit, yang merupakan bahan utama jamu kunir asem. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang simbok jamu menggepuk kunyit dengan ulekan khusus untuk membuat jamu tradisional jawa.
Seorang pengunjung meminum jamu tradisional yang masih segar. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Dua abdi dalem Keraton Yogyakarta turut hadir dalam festival untuk menikmati jamu tradisional. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Kesenian Jathilan menjadi pembuka Festival Minum Jamu di Yogyakarta, 17 Februari 2018. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Penjual jamu tradisional yang menjual jamu dengan cara digendong juga dihadirkan dalam Festival Minum Jamu. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang simbok jamu menunjukkan ramuan kunir asem berwarna kuning pekat yang dibuatnya dengan cara digepuk dan diperas. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang panitia menunjukkan sepiring kunyit, yang merupakan bahan utama jamu kunir asem. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Seorang simbok jamu menggepuk kunyit dengan ulekan khusus untuk membuat jamu tradisional jawa.
Seorang pengunjung meminum jamu tradisional yang masih segar. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Dua abdi dalem Keraton Yogyakarta turut hadir dalam festival untuk menikmati jamu tradisional. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Sekitar 2.500 gelas jamu dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang datang di Festival Minum Jamu Yogyakarta, Sabtu, 17 Februari 2018. Lebih 55 produsen jamu di Daerah Istimewa Yogyakarta turut berpartisipasi dalam festival yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Di antaranya juga hadir para “simbok” jamu tradisional yang datang dengan segala ciri khasnya. Mereka menggendong jamu yang akan disajikan dan memakai pakaian tradisional Jawa, ciri khas utama penjual jamu.
Acara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta. Tetapi sejak pukul 12.00 WIB, para wisatawan sudah berdatangan karena promosi acara memang gencar dilakukan di berbagai media, terutama media sosial.
Puluhan stand berupa meja panjang diatur berjauhan untuk mengantisipasi antrian panjang.
Ada lebih 18 jenis jamu tradisional yang disajikan, seperti beras kencur, kunir asem, temulawak, sehat pria, bir plethok, secang, gula asem, pace, uyup-uyup, dan lainnya.
Jamu dimasukkan ke wadah-wadah tembikar dan menggunakan pengaduk kayu lengkap dengan tempurung kelapa.
Di antara jamu yang disajikan dalam bentuk jadi, ada simbok jamu yang menyajikan jamu tradisional Yogyakarta kuno dengan tetap menggerus dan memeras ramuan, baru kemudian disajikan kepada pengunjung.
Widihasto Wasana Putra, Ketua Panitia, berharap agar festival ini bisa menyadarkan masyarakat tentang tradisi leluhur yang sudah ada di tanah air sejak ratusan tahun lalu dan menjadi penyemangat para simbok jamu untuk bangkit di tengah gempuran industri farmasi.