Masyarakat Adat: Merayakan Budaya Leluhur di Tengah Berbagai Tantangan

Tia Asmara
2016.08.08
Jakarta
MasyarakatAdat-2.JPG

Komunitas masyarakat adat berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, sebelum melakukan pawai. (Tia Asmara/BeritaBenar)

MasyarakatAdat-3.JPG

Dua pemuda mengenakan pakaian adat suku Dayak saat ikut pawai kebudayaan. (Tia Asmara/BeritaBenar)

MasyarakatAdat-1.JPG

Seorang pria mengenakan pakaian baduy mengikuti pawai kebudayaan. (Tia Asmara/BeritaBenar)

MasyarakatAdat-5.JPG

Seorang anak mendandani ondel-ondel ciri khas adat Betawi yang diarak dalam pawai kebudayaan. (Tia Asmara/BeritaBenar)

MasyarakatAdat-8.JPG

Seorang perempuan mengenakan kostum tari Bali menari dalam parade budaya di Jalan Thamrin.

MasyarakatAdat-9.JPG

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, mendorong kursi roda Wimar Witoelar saat ikut pawai. (Tia Asmara/BeritaBenar)

MasyarakatAdat-10.JPG

Seorang perempuan melayani permintaan gethuk lindri, jajanan tradisional Jawa, di pelataran Museum Nasional. (Tia Asmara/BeritaBenar)

Warna warni sekitar sekitar 350 orang berpakaian adat tampak menyolok di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu, 7 Agustus 2016.

Rosalina Zweidhika (28) datang sejak pukul 06.00 WIB. Mengenakan pakaian tradisional suku Dayak, ia adalah salah satu peserta Hari Internasional Masyarakat Adat (HIMAS).

“Saya harap generasi muda di kota tak malu pakai baju adat dan tergugah untuk tidak meninggalkan budaya serta ikut memajukan pendidikan di daerah terpencil,” ujarnya kepada BeritaBenar, di tengah kerumunan warga yang juga menikmati Hari Bebas Kendaraan yang berlaku di wilayah itu setiap Minggu pagi.

Data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mencatat bahwa sekitar 2 juta masyarakat adat belum tersentuh pendidikan dari total 70 juta masyarakat adat di 1.128 suku yang ada di Indonesia.

Menurut sekjen AMAN, Abdon Nababan, salah satu kendala paling utama ialah banyak masyarakat adat tidak memiliki KTP, kartu keluarga atau akte lahir sehingga menyulitkan mereka mengakses pendidikan.

“Mayoritas masyarakat adat memiliki nilai kearifan sendiri sehingga tak bisa dipaksakan mengikuti kurikulum pendidikan pada umumnya,  pemerintah seharusnya menyediakan program untuk mereka, tidak boleh mengubah budaya mereka,” katanya.

Peringatan HIMAS 2016 dengan beragam kegiatan di Pekan Masyarakat Adat Nusantara, 7-11 Agustus 2016 di Museum Nasional, melibatkan perwakilan adat berbagai wilayah di Indonesia, penggiat seni budaya, organisasi-organisasi masyarakat adat, pemerintah, dan para penghayat kepercayaan.

Kegiatan antara lain pawai budaya, seminar nasional masyarakat adat, pameran karya masyarakat adat nusantara dan karya seni kontemporer, bengkel kerja seni tradisional dan kontemporer, pemutaran dan diskusi film dokumenter masyarakat adat, panggung budaya nusantara, dialog serta perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.